Chapter 24

809 84 15
                                    

CHAPTER 24

SAPPHIRE’S P.O.V

“Kau berani sama-sama saya dalam this lift?” Senyuman menggodakah tu?

Saya membeku di posisi.

Kenapa saya mau takut sendiri sama dia di dalam lift?

“Jerome, you know weekends I have plans.” Saya bilang.

That smile never leaving his face.
“We can discuss this in my office. Shall we?”

Eh, office dia?

My eyes roamed down to his… Eh! Mata kau, Sapphire!

Then saya teringat his hard erection tadi pagi dalam the meeting room. That hard d*ck pressed to my face.

Pengkhianat punya otak mesum!

-Flashback-

Darren leaned close to my ear and whispered.
“Why are you looking at your hand like that?”

Saya sedang menatap telapak tangan saya and wasn’t really focusing on the presentation about ground breaking planning for KK. Eh, topic meeting sudah bertukar dari Sydney ke KK? Cepatnya.

“Huh?” Saya terblur.

Why am I staring at my palm again? Mengkhayal apa saya ni?

“Kau menilik nasibkah tu?” Darren terkekeh geli.

I laughed nervously.

Um, no. Saya menilik sepanjang mana si Jerome. Eh, buduh kau, Sapphire! Hahahaha!

Berdosa oh kau, Saph.

Bawa-bawalah beringat kau tu sudah berpunya.

Hmmm, Braxton.

Dia tidak call saya dua hari sudah. Saturday and Sunday lagi tu. Dia terlampau penatkah bekerja sampai tidak mampu call saya?

Kesian juga Braxton. I felt bad not telling him I’m already here in Australia. Macam saya rasa saya sedang menyembunyikan sesuatu kesalahan dari dia. Kesalahan yang saya masih mencintai lelaki lain, kesalahan nafsu kewanitaan saya terhadap lelaki lain.

“Saya mau tengok berapa anak saya akan ada bah in the future.” Yang kunun tekan-tekan urat di pergelangan tangan terus kalau ada benjolan kunun itulah berapa anak saya nanti. Ciss! Semuanya mitos semata-mata. Hahahaha.

Darren tunduk sampai saya dapat rasa hembusan nafas dia di pergelangan tangan saya. Dia macam meneliti kunun tangan saya.

“Saya tengok kau ada 3 anak ni.” Dia bilang. “With me.”

Hahahahaha!

Not to be offensive but…
“I’m not gonna marry you after BLACK.”

Darren buat muka kecewa.
“That’s called testing the waters.”

Saya mencapai dua gelas air kosong yang disediakan di atas meja. One is mine, and the other is his.

“Nah, rasa ni air.” Saya bilang. “Macam mana rasa dia?”

Darren looks like he’s about to laugh. Tapi si gila ni merasa juga air yang saya bagi dia.

“Sama.” Dia bilang.

Tau pun.

“So all women might taste the same, but not all have the same taste in men.” Hahahaha! Jahat oh saya.

That’s a harsh rejection, Saph. But knowing Darren, dia tidak ambil hati juga. Malah, dia mengedikkan bahu lagi sambil tersenyum.

“But most men might have the same taste in women. Women like you.” Then Darren memandang ke depan.

Once Upon A Heartbreak Where stories live. Discover now