Chapter 9

654 90 11
                                    

CHAPTER 9

SAPPHIRE’S P.O.V

“You never said goodbye.”

Those words sounds so familiar. It shook me.

Tapi what shook me the most is Jerome’s touch. His grip on my wrist. Skin to skin.

Jangan cakaplah keterkejutan saya bila saya ternampak Jeremy.

Jeremy Ashburn, adik kepada Jerome.

Saya memang kenal Jeremy sejak saya masih studying di KL sebab masa tu pun dia study di KL juga, cuma saja tidak sama university. Kalau saya tidak silap Jeremy 2 tahun lebih muda dari Jerome.

But when John Greyden mengenalkan Jeremiah Ashburn, itu adalah kali pertama saya nampak Jeremiah.

Saya melirik Jerome entah berapa kali.

Semakin tampan dan dewasa sudah oh rupa dia. I wonder if his abs masih lagi ber-muscle. Masih ada six-packs kah dia macam dulu? Dubs dubs dubs jantung saya!

Uh, saya menangkup kedua-dua belah pipi saya yang semakin panas. Merah lah bah ni muka saya.

Seingat saya kami langsung tidak bercakap dalam the meeting room sampailah saat Jerome dengan selambanya menamakan the project as The Ashburns x Abrahams.

I just can’t stop my eyes from roaming his face and the upper part of his body. He looks so good in a black suit and silver necktie. I can imagine taking off his suit and kissing his stubbly jaw, sucking his earlobe and the small loop earring on his right ear.

Bibir dia buat saya-

“Lunch with me.”

Oh. Saya tersentak dari lamunan saya. Rupa-rupanya saya mengelamun?

Saya mendongak menatap wajah tampan Jerome yang dulu pernah menghiasi imaginasi masa depan saya. Even in my high heels, Jerome is still a head taller than me. Ketinggian saya sampai… uh, tepat sampai bibir dia… yang sexy.

Pull yourself together, Saph!

“I can’t leave Darren here alone.” Saya memprotes.

“John will bring him out for lunch.” Jerome bilang.

Saya terbingung seketika.
“Why can’t Darren and John join us then?”

Jerome mengukirkan sebuah senyuman yang membuat jantung saya bergetar. Saya tidak sedar tindakan saya yang spontan.

“Kenapa kau pegang dada kau begitu?” Jerome menaikkan satu kudou.

I looked down at my hand.

Astaga, Sapphire! Yang kau menekan dada kau tu kenapa? Ni jantunglah ni punya salah. Uh, bikin malu.

Damn, damn, damn. Apalah alasan saya?

“Eh, Dar-” Saya nampak Darren dari jauh.

Tidak sempat saya mau melambai Darren untuk join us, Jerome dumped what looks like his handphone to his secretary and grabbed my wrist.

Dalam beberapa saat kami dalam lift sudah.

“J…” Saya melirih.

“Lunch. Just us.” Why is his voice suddenly so sexy? Just us.

From 25th floor turun to the lobby suasana sangat ribut sebab people are going out for lunch.

Orang-orang yang masuk lift nampak keberadaan Jerome langsung tunduk hormat and greeted him.

Pening saya rasa bila the lift stop di setiap tingkat dan menjadi semakin sesak.

Kami tersepit at the left corner of the lift and it’s only the 14th floor! Masih ada banyak floors to go.

Once Upon A Heartbreak Where stories live. Discover now