Coincidence?

109 16 2
                                    

Bel istirahat berbunyi sangat nyaring. Aku segera membereskan buku-buku yang telah kugunakan dan akan kumasukkan ke dalam loker.

Kulihat Zayn berjalan menuju mejaku yang berada di belakang ruang kelas. Ia bersandar di mejaku sembari memainkan iPhone X nya.

Duh, can you get your phone off for a while?

Kuputar bola mataku melihat itu. Aku merutuknya diam-diam karena takut akan melukai perasaannya. Blah, dasar Harry Styles Sang Perasa.

"Yuk makan, akan kutunjukkan kantinnya. Aku telah melakukan room tour sekitar 3 hari yang lalu. Jadi jangan heran, ya."

"Yeah, lets go!" ajakku setelah selesai menata bukuku yang terakhir.

Tunggu sebentar, kurasa aku harus mengajaknya bicara. Setidaknya dia bisa kujadikan teman.

"Zayn, tunggu. Kenalan dulu sama dia yuk." Bisikku sambil menunjuk laki-laki yang sedari tadi sibuk dengan buku tulisnya.

Zayn hanya mengangguk dan mengikutiku berjalan menuju bangku laki-laki bermata biru tersebut.

"Um, hi! Aku Harry, dan ini Zayn. Siapa namamu?"

Ia hanya memandang kami berdua dengan tatapan mencemooh, "Well, kau sudah berkenalan dengan sangat jelas tadi, bukan? Aku tidak tuli."

Aku memandangnya dengan kecewa karena ternyata sikapnya jauh dari ekspektasiku. Aku segera berbalik badan dan bersiap meninggalkan kelas.

"Louis, Louis Tomlinson." Ucapnya setelah melihatku yang sedikit sakit hati karena ucapannya. Zayn yang melihat kejadian itu hanya mengangkat satu alisnya saja.

"Oh, hey Lou. Nice to meet you." Ucapku dengan senyum yang sedikit tidak tulus karena masih merasa sedih.

"Hey, Louis." Ucap Zayn ikut menimpali.

Louis tersenyum, dan sikapnya berubah 180 derajat sejak perkenalan anehku tadi.

Aku berpikir dengan keras. Ada apa sih dengan anak ini?

Kenapa sikapnya yang sassy 100 persen bisa melembut setelah berbicara denganku?

Apakah aku mengganggu waktunya, namun ia hanya merasa tidak enak kepadaku sehingga tak mengatakan yang sebenarnya?

"Mari ke kantin bersama. Akan kukenalkan kalian dengan kedua temanku dari kelas sebelah." Ucap Louis membuyarkan lamunanku sembari merangkul kami berdua.

"Sorry about my attitude. Tired day, I guess." Ucapnya sembari mengedipkan sebelah matanya kepadaku.

Aku tersenyum, dan mengangguk antusias, mencoba berpikir bahwa Louis hanya lelah.

Wow, sepertinya ini akan mengasyikkan.

***

Kantin ini sangat besar untuk ukuran kantin mahasiswa. Dan lihatlah, menunya begitu menggiurkan!

Bila kamu pernah makan menu buffee hotel bintang 4 atau 5, kira-kira seperti itu makanannya.

Aku bertanya-tanya apakah Paul membiayaiku sebegitu mahalnya demi aku bersekolah disini.

"Hey, Louis!" teriak seseorang dari ujung ruangan.

Ia berambut cokelat gelap, dan berperawakan atletis seperti seorang model parfum laki-laki. Wajahnya begitu tampan dengan tubuhnya yang tak terlalu kurus.

Louis melambai ke arah mereka. Sepertinya itu teman yang dimaksud Louis.

"Let's go, lads." Ajak Louis kepada kami berdua.

Aku berpandangan bingung dengan Zayn. Namun ia hanya memberi isyarat kepadaku untuk mengikutinya.

Well, apa boleh buat. Setidaknya ada yang membantuku mendapatkan teman.

Mortal Enemy (Larry Stylinson Story Sub Indo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang