Enigmatic

57 10 4
                                    

"William, Kill him!"

"Just fucking shot him, you stupid ass!"

Seorang laki-laki berusia 20 tahunan terlihat mengangkat tangan kosongnya dengan begitu ketakutan.

Ia menyaksikan semua itu, keluarganya. Tergeletak bersimbah darah dimana-mana.

Ibu dan kakaknya dengan sisa-sisa potongan baju mereka, dengan mata terbuka lebar tak bergerak setelah tubuhnya dijarah oleh begitu banyak pria dewasa.

Ayahnya, dengan kepala setengah hancur dan badan yang terikat erat dengan sebuah tali.

Adiknya, yang terlihat akan dilemparkan ke dalam rumah mereka yang sudah terbakar.

Hidupnya begitu hancur, bahkan ia sudah sangat pasrah ketika seorang laki-laki seusianya sedang menodongkan senapan ke arahnya.

Laki-laki tersebut mematung, dan bahkan tak memiliki keinginan untuk menarik pelatuk yang ada di jari telunjuknya.

"Kill me William, please." Si korban memohon dengan berlinang air mata.

"Ed-Edward,"

Tiba-tiba tangan laki-laki yang telah putus asa itu ditarik oleh William dan mereka berlari menghindari serentetan suara senapan di belakang mereka.

Berlari.

Jauh mereka berlari ke dalam hutan. Tiba-tiba...

DOR!!!

'Edward!!!!' teriak William.

Ia bersimpuh untuk menghentikan darah Edward yang mengalir begitu derasnya dari dada kirinya.

Seorang lelaki paruh baya mendekati William, dan menjambak sedikit rambutnya untuk memaksanya berdiri.

"Kau seharusnya membunuh musuh bebuyutan kita, bodoh!"

William bukannya takut, malah menampar wajah pria tersebut sembari menodongkan senapan yang sedari tadi ia pegang di dahinya.

Sebelum William sempat menarik pelatuk ke arah dahi pria tersebut, tiba-tiba sebuah peluru melesat tepat di dadanya.

***

Aku menjerit ketakutan dalam kamarku, dan terbangun dengan nafas yang menggelegak.

'Cuma mimpi.'

Aku mengatur nafasku yang kurasa akan hilang bila tak segera kuberi inhaler dan oksigen dengan bersamaan.

"Harry!! You okay??" Mom dan Paul menghambur ke dalam kamarku dan segera menuju tempat tidurku yang sudah basah dengan keringatku.

"Aku, aku hanya mimpi buruk. Jangan khawatir, Mom, Paul."

Aku ingin sekali menjelaskan kepada mereka tentang apa yang aku alami dalam waktu dekat dan apa yang baru saja berada di dalam mimpiku, namun kurasa waktunya belum tepat.

"Aku akan kembali tidur, please?" ucapku yang saat ini benar-benar tak ingin diganggu.

Mereka mengerti, dan kembali memastikan diriku baik-baik saja sebelum akhirnya mereka meninggalkan kamarku.

Ternyata masih jam 3 pagi, dan aku sama sekali tidak mengantuk!

Aku kembali memikirkan siapa saja yang berada di mimpi itu, karena kejadiannya terasa begitu nyata.

Kurasa aku mengenali 2 nama dan 3 wajah yang ada di dalam mimpiku.

Salah seorang perempuan entah siapa namanya, memiliki wajah mirip sekali dengan Kendall yang seketika membuatku mual. Dialah yang meneriaki seorang laki-laki bernama William untuk segera membunuh Edward.

Mortal Enemy (Larry Stylinson Story Sub Indo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang