Hari ini aku kembali menginap di tempat Louis, dan yang mengherankan adalah Paul mengizinkanku untuk menginap! Hahaha.
Mungkin terdengar sedikit manja, namun aku masih mematuhi aturan bahwa aku harus pamit dan meminta persetujuan kedua orang tuaku sebelum melakukan sesuatu.
Mereka hanya cengar-cengir saja ketika tiba-tiba aku pamit untuk menginap di rumah Louis.
Dan tahukah kalian apa reaksi keluarga Louis saat aku menginap?
Sungguh tidak terduga, mereka justru memintaku untuk tinggal lebih lama.
Haha dasar, bila sudah seperti ini siapa yang salah bila aku betah sekali menginap di tempat laki-laki tengil satu itu?
***
"Sedang apa kau, boobear?"
Aku yang sedari tadi melihatnya sibuk dengan buku catatannya, merasa sangat heran dengan tingkahnya yang begitu tidak biasa.
Ia diam saja, namun mengulum senyum jahil karena tahu aku tidak begitu suka dicueki.
Aku mendesah, dan merutukinya pelan sembari membuka laptopku.
"Maksudnya apa sih, jam 5 pagi membangunkanku hanya untuk diduakan dengan sebuah buku tulis."
Dari sebelah tempat ku merebahkan diri ia terkekeh dan akhirnya mendekatkan badannya ke badanku.
'Ih, mau apa dia? Mengesalkan, sekarang setelah aku mengomel ia merajuk minta dibelai.'
Aku hanya diam saja dan kembali sibuk dengan lirik lagu yang sedang kutulis, namun tak kunjung selesai karena begitu sibuknya aku dan Louis.
Apalagi, ditambah aku yang sedang kesal.
Tiba-tiba ia menyanyikan sebuah lagu yang aku belum pernah mendengar itu sebelumnya.
Waking up
Beside you, I'm my loaded gun
I can't contain this anymore
I'm all yours, I've got no control
No control
Powerless
And I don't care, it's obvious
I just can't get enough of you
The pedal's down, my eyes are closed
No control
Ia menyanyikannya tanpa musik, namun tetap memukau dengan suaranya yang begitu unik dan khas seorang Louis William Tomlinson.
Dan aku, tak bisa berkata-kata.
'Is that for me?' aku membatin dengan senyum yang merekah begitu lebar.
Seolah bisa membaca pikiranku(and yes, he did), ia hanya terkekeh dan mengangguk.
"That's so beautiful, Louis! I love it!" ucapku sembari melompat untuk memeluknya.
Ia tetap tertawa dengan senyumnya yang begitu manis. "Haha, your welcome, Hazza."
"Jadi kau takkan marah karena pagi ini aku membangunkanmu lebih awal untuk kujadikan inspirasi menulis lagu kan, Curly?"
Aku mendelik karena dipanggil curly, namun tetap saja aku menyukai itu. Kulemparkan bantal yang ada di punggungku ke arah Louis.
"Hei, sini keriting! Kena kau hahahahaha." Ia menangkapku yang berusaha lari dari kejarannya dan membopong tubuhku yang lebih besar kembali ke arah tempat tidur.
"Kamu kecil tapi ternyata lebih kuat dariku, Lou." Ucapku sembari nyengir.
Ia mencubit perutku karena kuejek lebih kecil dan menunjukkan wajah cemberutnya. Astaga lucu sekali bila ia sedang cemberut.
Setelah terdiam beberapa detik sembari berpelukan, aku membuka suara.
"Lou, apa maksud dari lirik 'beside you I'm a loaded gun'?"
Ia terdiam dan tidak menjawab. Aku yang sedang merebahkan diri di atas lengannya pun mengintip ke arah muka laki-laki bermata biru tersebut.
Oh Tuhan, dia blushing!
Tunggu, sepertinya aku tahu maksudnya.
Tiba-tiba aku memiliki sebuah ide gila yang melintas di otak gilaku ini. Pelan tapi pasti, kutelusurkan tanganku ke arah wajahnya.
Nafasnya memberat, dan sedikit ada hentakan lembut ketika aku menyentuh bagian bibirnya.
Aku turunkan belaian tanganku menuju dadanya yang bidang, perutnya yang membuatku begitu tergoda, dan terakhir...
Pusat dari segala anugerah yang ada.
Kusentuh miliknya dengan pelan, sembari berbisik di telinganya.
"It's your loaded gun if you were beside me, huh...?"
Ia menggeram, kemudian mencengkeram tanganku yang masih menggodanya di bawah sana.
"Just fucking do it, babe."
Aku tersenyum, dan tetap menggodanya dengan membuat tanganku diam.
"Beg to me, Louis."
Ia semakin frustasi, dan kulihat wajahnya mulai memerah. Tandanya aku telah menang.
"Please, Harry!"
"Okay, so let me finish you real quick."
Dan pagi ini, kamar Louis dipenuhi dengan suara surgawi yang mengagungkan kenikmatan tiada henti.
***
Hari ini sekolah masuk jam 10 entah karena apa. Sedikit menguntungkan karena setelah 'perang subuh' yang terjadi antara aku dan Louis tadi membuat kami benar-benar harus memejamkan mata beberapa saat dan akhirnya terbangun jam setengah 9 pagi.
Louis masih tertidur di ranjangnya, dan aku telah siap dengan pakaianku.
Aku masih menimbang-nimbang untuk membangunkannya, namun kuurungkan karena aku akan membereskan barang-barangku ke mobil terlebih dahulu.
Seperti biasa, aku disapa oleh ayah Louis dan kelima adik-adiknya yang langsung menyerbuku untuk ikut sarapan.
Aku menolak dengan halus dengan alasan akan membangunkan Louis terlebih dahulu sebelum ikut duduk di meja.
Aku segera berjalan menuju mobilku untuk membereskan sebagian isi tasku dan mengambil baju bersih untukku nanti setelah mandi.
Entah mengapa hari ini aku memiliki feeling yang tidak mengenakkan. Apa sih yang ketinggalan?
Buku? Kuis? Ulangan? PR?
Sembari aku mencoba mengingat apa saja yang tertinggal atau yang mungkin kulewatkan, tiba-tiba sebuah klakson mobil SUV mengagetkanku yang baru saja akan membuka mercedez kesayanganku.
Kacanya gelap sekali, milik siapa sih? Aku mencoba memicingkan mata untuk melihatnya.
Tetapi tanpa ba-bi-bu, tiba-tiba aku seperti diseret oleh seseorang masuk ke dalam mobil tersebut dengan mulut dan mata terbekap.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mortal Enemy (Larry Stylinson Story Sub Indo)
FanfictionPROLOGUE 'Reinkarnasi akan terjadi apabila kau memiliki sebuah urusan yang belum selesai. Lantas, apakah urusan cintaku masuk kedalam kategori? Aku takkan menuntut, hanya akan memberi sebuah cinta tulus tanpa balasan untuknya.'