Sekitar perjalanan kurang lebih setengah jam yang seperti satu tahun dengan Niall yang mengendarai mobil seperti kesetanan, akhirnya kami telah sampai di sebuah gerbang besar tanpa penjaga.
Liam mengisyaratkan kami untuk berhenti. "Tunggu, Niall. Coba tolong lihat sekelilingmu apakah ada kamera tersembunyi atau tidak."
Niall mengangguk, dan segera memeriksa sekeliling tempat kami berhenti di dalam mobil.
"Tidak ada, Liam."
Ia mengangguk, "Bagus. Kurasa memang benar rumah ini jarang dipakai oleh keluarga Jenner, dan itu merupakan keuntungan bagi kita. Siapkan senjata kalian, teman-teman."
Aku memegang tangan Zayn yang(ternyata) sedang mempersiapkan pistol yang entah sejak kapan ia bawa bersamanya.
"Zayn, lads, no. Sudah cukup. Biar aku saja. Aku hanya meminta tolong kalian untuk mengantarkanku menjemput Harry. aku tak ingin kalian terluka karena diriku, dan semua masalahku."
Liam mendecak tidak sabar, "Tidak, aku takkan membiarkan kalian berdua terluka sedikitpun. Dan ingat, masalah saat ini bukanlah masalahmu karena bukan kamu yang menyebabkan ini. Namun apapun yang terjadi, kami bertiga juga harus ikut merasakan dan menanggungnya. Apapun itu, Louis. Jadi janganlah bersikap egois kepada kami."
Aku memandangi mereka semua dengan tatapan tidak percaya, "thanks, lads."
Niall menepuk pundakku dengan tangan kanannya yang masih memegang selongsong peluru pistol miliknya. Astaga, sejak kapan mereka menjadi seperti mafia?
Ya, kami bertiga(walau aku tak mengerti mengapa Zayn juga telah memiliki pistol) memiliki lisensi untuk memiliki ini, mungkin karena ayah tiri Niall merupakan senator Amerika Serikat, dan Ayah Liam merupakan duta besar Inggris di Amerika Serikat sehingga membuat kami mudah mendapatkannya.
Ayah tiriku seorang pengusaha yang sangat sukses, dan berteman dengan ayah-ayah mereka. Jadi tak heran, bukan?
Kami begitu senang saat memegang benda kecil berbahaya ini, karena menganggap diri kami telah menjadi sangat keren. Namun, aku, Niall, dan Liam bingung mau diapakan ketiga senjata ini.
Akhirnya, ketiga pistol kami disimpan di rumah Niall dengan aman.
Niall menyodorkan pistolku yang memiliki gagang coklat tua lengkap dengan peredamnya. Aku lega, namun kembali sedih karena tak memberikan pistol ini kepada Harry untuk berjaga-jaga.
Harryku yang malang.
Aku terlalu lengah untuk menjaganya.
Aku mengisi peluru dengan begitu emosi, dan dengan gerakan yang begitu cepat. Aku begitu bernafsu untuk meledakkan rumah tersebut beserta seluruh keluarga Jenner.
CEKLEK. Aku mengaktifkan pistolku setelah selesai kuisi dengan peluru.
'Mati kau, Jenner!'
***
Niall mendapatkan jalan tersembunyi melalui sebuah jalan kecil disamping gerbang depan, sehingga kami tak langsung kontak dengan jalan utama dan melewati deretan pohon yang lumayan lebat di kanan kiri jalan utama tersebut.
Ia memarkirkan mobilnya di pinggir hutan, sedikit tersembunyi namun masih bisa kami jangkau dalam keadaan darurat.
Kami menyusuri lapangan samping rumah tersebut dengan mengendap-endap supaya tak dipergoki oleh beberapa orang yang berjaga di depan rumah.
Rumah itu memiliki sebuah halaman yang begitu luas dengan kolam sedikit berlumut di tengahnya. Sungguh disayangkan sebuah rumah mewah hanya dipakai sebagai acara prom saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mortal Enemy (Larry Stylinson Story Sub Indo)
FanfictionPROLOGUE 'Reinkarnasi akan terjadi apabila kau memiliki sebuah urusan yang belum selesai. Lantas, apakah urusan cintaku masuk kedalam kategori? Aku takkan menuntut, hanya akan memberi sebuah cinta tulus tanpa balasan untuknya.'