⚪07. LOTS - Septem⚪

2.6K 380 95
                                    

"Ohh~"

Cumbuan yang Vee berikan dileher Alice menciptakan sensasi geli yang baru pertama kali ia rasa, ada gelenyar aneh didalam dirinya. Tubuhnya terasa membara dengan sengatan yang memabukkan ketika lidah hangat Vee menyusuri setiap inchi kulitnya, memberikan kecupan hangat nan basah yang begitu memabukkan, hampir membuat Alice kehilangan akal sehatnya.

Tubuhnya begitu tegang saat Vee menurunkan gaun yang ia kenakan dengan kecupan yang tiada henti Vee berikan pada setiap kulitnya yang halus, begitu membakar hasrat dan juga gairahnya. Alice tak mengerti perasaan apa ini, yang jelas tubuhnya begitu membara bagai terbakar oleh api.

Vee memberikannya sentuhan memabukkan, memperlakukan ia begitu lembut dan begitu memanjakan dirinya bagai tahu apa yang dibutuhkan oleh tubuh Alice.

Gaun pendek yang Alice kenakan sudah berhasil Vee turunkan tepat diperut sang gadis, memperlihatkan gundukan kembar yang kini benar-benar tak tertutupi oleh apapun lagi. Vee memberikan kecupan hangat disana lantas menjilat hingga menghisapnya begitu napsu yang berhasil membuat tubuh Alice berjengit geli, ia meremat surai Vee dengan kepala yang menengadah. Merasakan hal-hal baru yang ia rasakan pada tubuhnya.

Keringatnya mengalir dan napasnya pun mulai terengah, perlahan Vee menghentikan kegiatannya pada dada Alice, lantas menatap gadis itu dengan pandangan sayu yang dipenuhi oleh kabut gairah. Ia kembali mendarati ciuman panas dibibir Alice, membawa sang gadis untuk berbaring secara perlahan tanpa mau melepas pagutannya.

Begitu terlepas, Vee menatap lamat kedalam mata Alice yang tampak mengedip lugu.

"Kau siap?"

Alice tak langsung menjawab, ia menggulir pandangannya kesamping seolah berpikir dalam waktu yang tak begitu lama. Kemudian ia kembali menatap Vee yang berada diatas tubuhnya, gadis itu mengangguk kecil hingga Vee menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman termanis yang pernah ia tunjukkan.

"Tapi..." Secepatnya Alice menyela namun ia tak langsung berujar, gadis itu menggantungkan kalimatnya hingga membuat Vee sabar menunggu seraya membelai salah satu wajah Alice dengan lembut.

"Aku sedang datang bulan, apakah boleh melakukannya?" Alice bertanya begitu polosnya dengan wajah tak berdosa seolah bukan apa-apa yang sontak membuat Vee menarik tubuhnya dari Alice dan menatap serius pada sang gadis.

"Kau serius?" Tanya Vee memastikan kembali, barangkali pendengarannya yang sedang bermasalah.

Dengan polosnya Alice kembali mengangguk dan berkata, "Darahnya semakin deras saat kau mengecupi leherku." Bola mata Vee melebar begitu mendengar pernyataan polos yang lolos dari belah bibir Alice.

Pemuda itu meletakkan telapak tangannya didahi seraya menggeleng tak habis pikir. Bisa-bisanya Alice begitu entengnya memberitahu masalah itu pada dirinya, gadis itu bahkan terlihat menampilkan raut wajah lugu.

"Okay okay, Alice cukup. Tak perlu diberitahu." Sela Vee pada akhirnya, ia mengangguki semua perkataan Alice lalu menyugar surainya tampak frustasi dengan sekuat tenaga ia mencoba menarik napas agar kembali normal karena demi apapun libidonya benar-benar berada dititik puncaknya saat ini, hasratnya menggebu hingga menyesakkan bagian selatannya yang terasa menegang.

Pemuda itu turun dari tempat tidur hingga Alice dibuat bertanya dengan tingkah Vee yang mendadak aneh, ia bahkan mondar-mandir disana sambil meremat surainya sendiri.

"Tuhan benar-benar tak mengizinkanku menyentuhnya." Gumam Vee seorang diri dengan kaki yang masih sibuk mondar-mandir disana hingga dahi Alice mengernyit.

Tepat setelah bergumam kecil, Vee menatap serius pada Alice. "Aku akan menikahimu begitu kita pulang."

Alice tak menunjukkan reaksi apapun, ia tak terkejut tak juga terlihat senang. Raut wajahnya datar dengan kepolosannya seperti sebelumnya. "Menikah?"

Lord of the Sea | COMPLETE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang