5 - Shock

326 16 1
                                    

Vanessa memekik keras.

"Ssstttt," kata lelaki di sampingnya. Jari telunjuknya berada di depan mulut Vanessa. Menyuruh nya diam.

"You ???" Kata Vanessa masih shock.

"You know me?"

"Of course. Are you real? Are you Ranz? Member of Chicser? I can't believe it. Please somebody tell me if you're the-real-ranz," cerocos Vanessa.

Untuk sekali lagi, lelaki itu tertawa, "Silent, please girl. Too much people in here."

Vanessa diam terperangah. Matanya membelalak lebar. Mencoba mengamati sudut per sudut wajah lelaki di depannya. Dan tak ayal lagi, dia duduk dan mengobrol dengan artis yang kemarin ia puji-puji.

***

"Like a dream, you know," Ujar Vanessa saat mobil ranz-yang di kendarai sopir nya- berhenti di depan rumah Vanessa.

"And that dream was real," Balas Ranz.

Vanessa tersenyum simpul, "Okay, thanks a lot, ranz,"

"You're welcome, princess,"

Pipi Vanessa merona merah. Setidaknya, itu wajar. Ia turun dari mobil yang di tumpanginya. Dan untuk sekali lagi, mengucapkan terima kasih untuk lelaki yang duduk di bangku belakang.

Vanessa masuk ke rumah nya. Masih tetap sepi. Tapi setidaknya, hati nya tak se-sepi rumah itu.

Seorang lelaki bertubuh tegap duduk di sofa. Remote tv berada dalam genggaman tangannya. Mata lelaki itu fokus pada layar tv 40" yang terletak tak lebih dari dua meter di depannya.

"Kak!!!!" Teriak Vanessa.

"Apa?" Jawab laki-laki itu malas.

Vanessa langsung duduk di samping kakaknya, Kevin. Mata nya masih berbinar-binar. Tak ayal, rasa penasaran Kevin meluap.

"Kenapa sih?"

"Tau nggak kak? Aku tadi ketemu Ranz! Dianter pulang lagi," Jelas Vanessa.

"Ohh."

Wajah Vanessa berubah. Bibir nya melengkung ke bawah. Ia bersandar di sandaran sofa sambil kedua tangannya saling bertautan.

"Kenapa lagi?" Tanya Kevin.

"Masa cuma 'oh' doang sih?"

"Emang harus gimana lagi? Teriak-teriak? Emang Ranz siapa? Mantan?"

Bola mata Vanessa berputar, "Bukan!!! Itu loh, member-nya Chicser, yang kemarin konser di GBK!"

"Oh itu. Ngayal!" Teriak Kevin di telinga adik bungsu nya tersebut.

"Kok ngayal sih?" Tanya Vanessa cemberut.

Vanessa pun menceritakan apa yang terjadi di mall tadi. Sejujurnya ia masih tak percaya akan peristiwa paling menyenangkan yang dialami nya ini. Berkat Rea, dia bisa diantar pulang oleh Ranz. Dan tak lupa, berkat lapar ia bisa bertemu Ranz (Dan Owy serta Cav, yang tak diketahui nya karena mereka terlampau hilang terlebih dulu).

Vanessa merogoh kantongnya, mencari iPhone. Baru ingin menelpon Rea dan menceritakan semua, ia sadar, Tante Rea meninggal. Rea ke Surabaya secara mendadak dan bisa di pastikan, ia masih di dalam pesawat.

Kini Vanessa sedang berbaring di kamar kesayangannya dan memikirkan yang tadi terjadi. Masih seperti mimpi. Apa mungkin memang mimpi? Apa tadi Vanessa tidur siang dan ... Lucid Dream?

Di tengah lamunannya, pintu kamar Vanessa tiba-tiba menjeblak lebar. Seseorang masuk mengagetkan Vanessa.

"Yaelah! Ketuk pintu dulu dong kalo masuk!" Bentak Vanessa kepada kakak perempuannya.

"Tadi ketemu Ranz?" Tanya Zira mengacuhkan Vanessa.

"Iya dong"

"Gimana-gimana? Kok bisa sampe dianter pulang? Cerita dong! Masa kak kev doang di ceritain?"

"Elah!! Ini juga mau cerita. Diem dulu, jangan nyela," kata Vanessa.

Beberapa menit Vanessa luangkan untuk bercerita kepada sang kakak, sebelum akhirnya menenggak segelas air putih karena kerongkongannya belum menelan air liur. Masih teringat jelas dalam benak Vanessa, bagaimana ia lapar, menemukan orang yang di anggap nya Mike, sang mantan tersayang, Membayarkan orang itu makanan karena tak sabar lagi menunggu, mengetahui bahwa itu Ranz, dan diantarkan pulang olehnya.

"Oh God! Please, help my young sister come back to earth!!" Pekik Zira di telinga Vanessa.

Sontak, Vanessa kaget dan raut muka nya berubah merah padam.

"Lagian sih, ngelamun mulu!" Kata Zira.

"Tapi kok bisa ya? Seumur-umur, gue pernah liat artis itu mentok di Kevin Julio. Itu pun nggak diajakin pulang. Eh, adik gue yang wajahnya cantik pun enggak, bisa diajakin pulang sama artis luar negeri," lanjutnya.

Vanessa pun memukul kakaknya dengan bantal, "Ngledek mulu!! Gue nggak jelek tau! Buktinya aja Ranz mau ama gue."

"Alahh, itu mah bukan mau. Itu cuma tanda terima kasih karena bayarin makan. Lagian kalo si Rea nggak pulang, lo juga nggak bakal tau kan kalo itu Ranz?"

"Iya juga sih," Balas Vanessa lirih.

---

Finally, Chap-5 .. end!!

Yaa, author tau ini pendek. Tapi terima aja ya, lagi tumpul ini otaknya.

Entah kenapa rasanya males banget buat nulis.

Harusnya sih author belajar kalo inget udah mau UN.
Tapi apalah dayaku, rasa malas telah menjalari tubuh lemahku. *paan sii*

BTW author bingung deh,
Kenapa yang chap-2 lebih banyak yang baca? Kalo baca gimana sih kok chap-1 nya bisa kelewat gitu? Sungguh aneh tapi nyata *berasa nyanyi*

Ranz in My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang