4 - Restoran Baru

332 16 0
                                    

Pukul setengah empat sore, Vanessa dan Rea sampai di Pondok Indah Mall.

Di salah satu sudut Mall ini, terlihat banner besar menggantung. Rea segera menarik lengan Vanessa ke arah banner tersebut.

Di bawah banner, kerumunan orang sudah memuncak.

"Aku ke cafe dulu ya, Re," Kata Vanessa.

"Iya. Nanti beliin caramel macchiato di cafe biasa."

Vanessa mengangguk dan berjalan menjauhi kerumunan orang yang hampir membuatnya pingsan. Ia menuju ke arah cafe dengan furniture sangat menarik. Sepertinya cafe itu baru karena ia belum pernah melihatnya.

Tangan Vanessa mendorong pintu kaca bertuliskan 'Dorong' di tengahnya. Tempat ini tak terlalu ramai. Dari sekitar lima belas meja yang tersedia, hanya lima atau enam yang terpakai.

Vanessa duduk di salah satu kursi yang mejanya berbentuk lingkaran. Seorang pelayan menghampirinya dan memberikan secarik kertas menu.

Matanya melihat-lihat kertas itu, "Satu Fried Potato, dan Burger ukuran sedang. Dan es lemon."

"Okay, saya ulangi. Satu Fried Potato, Burger ukuran sedang dan es lemon. Mohon tunggu sebentar," Ujar pelayan wanita yang rambut pendeknya di kuncir kuda tersebut.

Vanessa mengamati sekelilingnya. Dua sejoli, sepertinya mereka kekasih, sedang duduk di kursi paling dekat dengan pintu masuk. Di kanannya, terdapat seorang lelaki memakai jamper hitam sedang asyik dengan gadget nya, sampai-sampai makanan di depannya teracuhkan.

Tiga orang yang sepertinya satu keluarga baru saja keluar saat Vanessa baru melihatnya. Begitu juga wanita berkacamata tebal yang tadi duduk di sebelah kirinya.

Sedangkan di kanan Vanessa, tiga laki-laki putih bersenda gurau dalam bahasa Inggris. Sama seperti Vanessa, makanan yang mereka pesan belum siap. Satu lelaki memakai jaket jeans biru dan mengenakan topi Denim warna merah. Kacamata hitam juga menghiasi wajahnya. Heran, di tempat tertutup pun tak terpikir untuk melepas kacamata dan topi nya. Sedangkan dua teman laki-laki itu memakai jaket hitam dan topi biru, yang satunya hitam sesuai jaketnya. Vanessa tak bisa melihat wajahnya karena mereka berdua duduk membelakangi Vanessa.

"Wajahnya tak asing. Siapa ya?" Gumam Vanessa dalam hati.

"Apa mungkin Mike? Ah tidak, Mike lebih tinggi darinya," Lanjut Vanessa.

Mike adalah mantan pacar Vanessa. Satu-satunya orang yang bisa membuat Vanessa gagal move on selama setahun ini.

"Buka kacamata kenapa sih?" Vanessa merecoki lelaki itu, dalam hati tentu saja.

Makanan datang, membuyarkan lamunan Vanessa tentang Mike. Karena kelaparan, ia pun melupakan lelaki yang duduk di kanannya tadi.

Hanya tinggal ia dan tiga lelaki di kanannya saat Vanessa sudah selesai makan. Ia pun langsung menuju kasir.

Ia mengantri di belakang lelaki yang sempat ia kira sebagai Mike.

"But i haven't Indonesian money. I just borrow this card," Kata lelaki di depannya sambil menunjukan kartu ATM ke penjaga kasir.

"Only the real Indonesian money for safety, sir," kata penjaga kasir.

Vanessa yang merasa waktunya terbuang karena menonton perdebatan pun menengahi.

"Berapa mbak makanannya? Biar saya yang bayar. Jumlah sama meja nomor 8,"

Mbak-mbak kasir menjawab dengan sedikit bingung, mungkan karena ada seorang wanita yang tiba-tiba membayar. "Semua 760 ribu."

Vanessa mengeluarkan delapan lembar uang 100ribuan. Setelah kembalian sudah di tangan, Vanessa melirik lelaki tadi yang tampak tak mengerti.

Vanessa tersenyum kepadanya dan meninggalkan kasir menuju ke pintu. Penjaga kasir memberi tahu lelaki itu bahwa makanannya sudah di bayar.

Spontan, lelaki itu mengejar Vanessa. Kini mereka sudah berjalan sejajar.

"Thanks. Give me your phone number and i will change."

Vanessa berhenti dan melihat mata lelaki itu. Bukan mata, tetapi kacamata lebih tepat nya.

"Oh, you're welcome. Forget it," Kata Vanessa tersenyum.

"What? Emm, okay. Once more again, thanks. May i can be your friend?" Tanya laki-laki itu ragu.

Vanessa mengangguk. Ia pergi ke cafe minuman dan membelikan caramel macchiato untuk Rea. Dan kali ini, lelaki itu yang membayarnya karena di cafe tersebut diperbolehkan menggunakan kartu ATM.

"By the way, where's your friends?" Tanya Vanessa.

"Uh, i don't know. It's their habit, lost."

Vanessa tertawa. Tiba-tiba iPhone nya berbunyi. Ia membuka iPhone tersebut dan melihat satu pesan Rea masuk.

"Nes, aku buru-buru pulang. Udah di parkiran. Tante aku meninggal dan aku harus ke surabaya sekarang. Kamu pulang naik taksi aja ya? Besok aku ganti deh ongkos nya."

Vanessa berdecak kecil.

"Why?" Tanya lelaki di depannya.

"Nothing. Emm, my friend go home," jawab Vanessa sekadarnya.

"And how you back to your home?"

"I think, emmm .... Taxi."

"How if i take you to your home?"

"Oh no, thanks"

"Why? Cause i'm stranger?"

"No, eh, yaa?" Jawab Vanessa ragu.

Lelaki itu tertawa, "You can trust me, cause ..."

Vanessa diam menunggu lelaki itu berbicara. Ia menggantungkan kalimatnya tanpa rasa bersalah.

"Cause i'm ..." lanjut lelaki itu sembari membuka kacamata dan menaikkan sedikit topi nya sehingga wajahnya terlihat.

Vanessa memekik keras.

---

Voila!!
Chap 4 selesai.

Maaf ya kalo bad english.

Keep reading!!! :)

Ranz in My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang