Hari-hari berlalu. Kini Vanessa, Rea, Zira dan Giselle sedang makan malam bersama di salah satu ruang makan hotel bintang lima di Jogja. Hari itu mereka lewatkan dengan membahas konser Chicser yang keesokan harinya mereka tonton.
Nasi goreng di hadapan Vanessa sudah tinggal beberapa sendok, sedangkan ayam panggang Rea masih saja terlihat utuh. Vanessa memandang temannya itu dengan aneh.
"Ini beneran lo, Re?" Tanya Vanessa sambil menaikkan satu alis nya.
"Lo kira?"
"Ya enggak, maksudnya, biasanya gado-gado se ember pun masih nambah," Ucap Vanessa jujur dengan wajah tanpa dosa.
Rea meliriknya sebal, "Coba diet kali, Nes."
Semua yang ada di meja itu tertawa tak henti-henti.
"Badan lo ketiup angin aja udah sampe Chicago. Eh mau diet," Ceplos Giselle.
Belum berhenti tertawa, seseorang menghampiri meja mereka. Bukan pelayan. Lelaki memakai jaket jeans biru dan kacamata hitam serta topi hijau. Vanessa segera mengetahui bahwa itu Ranz.
"Ranz?" Sapanya.
Rea membalikkan badan. Wajahnya berseri-seri. Senyumnya di buat semanis mungkin. Tidak seperti Vanessa yang berhasil menjaga image nya, Rea malah berlonjak-lonjak girang melihat Ranz. Selfie bareng dan minta tanda tangan adalah hal pertama yang dilakukannya. Percaya atau tidak, Giselle yang di sekolah terlihat pendiam, kini tak ubah nya ibu-ibu PKK menang arisan dan mendapat hadiah mobil dari sabun cuci.
Mereka mengobrol seru. Masih tetap nervous menjangkit keempat wanita itu. Masih terhalang tembok batas antara idola dan penggemarnya. Meski Ranz merasa batas itu telah runtuh.
Di seberang meja, anggota Chicser yang lain sedang menggunjingkan Ranz yang akhir-akhir ini aneh.
"Ranz falling in love with one of them, i think," Ujar Cav.
Yang lain mengangguk setuju. Jus jambu yang tadi di pesan Ranz pun segera di habiskan Owy sebelum Ranz kembali ke meja mereka. Oliver tertawa, tak menyadari bahwa Owy juga menghabiskan jus mangga nya.
"Where's my mango juice?" Gumamnya.
Owy diam. Mengalihkan pandangan ke sekeliling ruang makan. Tak ayal, gerak-gerik mencurigakan berhasil membuat Oliver tahu bahwa ia lah sang-pencuri-jus-mangga.
Rencana balas dendam terpikir di otak Oliver. Tapi sayang, es lemon pesanan Owy sudah habis terlebih dulu, bahkan sebelum soup buntut nya lenyap. Kini Oliver hanya bisa tersenyum masam, sedangkan yang lain tertawa riang.
Saat dessert berupa salad buah-buahan dan pai apel datang, dan pelayan wanita mengambil piring kotor di meja para anggota Chicser, Biboy tak henti-henti nya meminum air mineral.
"Uhh.. i don't like Indonesian foods," Gerutu Biboy.
Pelayan yang rambutnya di kuncir kuda itu pun mengernyit bingung, "Rarely, Indonesian tongue are different."
"Ya and i don't like that," kata Biboy sembari menunjuk potongan seperti daging berwarna kuning dan terdapat bekas gigitannya.
Pelayan itu langsung tertawa terbahak memegangi perutnya. Sedangkan lelaki yang melingkari meja terbengong melihat sang pelayan. Setelah berhasil meredakan tawanya, pelayan itu berkata,
"It's ginger."
Dan meledak lah tawa seluruh anggota Chicser, kecuali Biboy yang wajahnya merah antara marah dan malu. Ranz yang melihat keributan di meja teman-temannya langsung menghampiri meja nomor 18 tersebut, diikuti Vanessa, Rea, Zira, dan Giselle.
"Ada apa?" Tanya Zira ke pelayan yang masih memegangi perutnya.
"I, ini.. salah satu dari mereka ada yang makan jahe," kata pelayan itu diiringi tawa yang belum reda.
Empat gadis manis yang kini berdiri di samping Ully pun tak kuasa menahan tawa.
"Who eat ginger?" Tanya Zira yang pandangannya menuju Ully.
Ully malah tertawa lebih keras dari sebelumnya, "Biboy."
--
Finished.
Buat yang suka Biboy, author minta ampun haha,
Keep reading yaa
Ada kejutan yang mencengangkan Vanessa di akhir cerita.Silahkan menghayal ria tentang apa yang terjadi selanjutnya,
See ya next chap
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranz in My Dream
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Dance group asal filipina, Chicser, yang sedang mengadakan konser di Indonesia mengundang segerombol Chicserific datang ke Gelora Bung Karno untuk melihat konser tersebut. Dan disana lah perjalanan baru Vanessa bermula.