6 - Meet You (Again)

283 15 0
                                    

Vanessa berjalan secepat kilat di koridor sekolahnya. Koridor itu sepi. Hanya suara sepatu Vanessa yang terdengar. Namun Vanessa tahu, ia bukan satu-satu nya anak yang berada di sekolah. Tapi ia adalah anak yang terakhir datang ke sekolah.

"Oh tidak!!" Pekiknya dalam hati saat mengetahui bahwa yang sedang mengajar dalam kelasnya adalah Pak Eko, guru matematika yang super duper galak.

"Umm.. maaf pak, saya terlambat."

Wajah Pak Eko yang sama sekali tak ingin dilihat Vanessa masih datar. Vanessa menunduk malu. Teman-temannya memandang Vanessa kasihan.

"Silahkan duduk," kata Pak Eko mengejutkan semuanya.

Tanpa basa-basi, Vanessa pun duduk di bangku yang biasa ia tempati.

"Kok Pak Eko nggak marah ya? Tumben?" Bisik Chacha yang duduk di belakang Vanessa.

Vanessa mengedikkan bahu tanda tak tahu. Ia pun segera membuka buku nya dan mulai mencatat apa yang di tulis di papan tulis.

"Silahkan di catat dan di pahami. Setelah itu kerjakan halaman 76, saya ada urusan sebentar," Suara berat guru berkaca mata tebal itu menggema.

Sejenak, kelas XII IPA 1 diam. Hening. Saat punggung Pak Eko sudah benar-benar hilang, kelas berubah 180°. Mungkin pasar burung kalah ramai dengan kelas ini.

"Eh, Nes, Rea kenapa nggak masuk?" Tanya Chaca.

"Tante nya meninggal sih katanya. Emang nggak ada surat izin ya?"

"Ada sih, itu di bawa sekretaris kelas."

"Lah itu tau. Kenapa masih nanya?" Geram Vanessa.

Chaca hanya memutar bola matanya, "Kan suratnya cuma izin ada urusan keluarga."

***

Vanessa berdiri di samping gerbang masuk sekolah nya. Sekolah itu kini sudah sepi. Semuanya sudah pulang. Hanya tersisa Vanessa, satpam, guru, dan staff sekolah.

"Duhh, kok nggak di jemput sih? Telat dua jam! Nggak ada taksi pula," gumam Vanessa sebal.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Vanessa kaget. Tapi jelas, itu bukan jemputannya. Ia tak punya mobil seperti itu.

Masih keheranan, kaca mobil tersebut turun. Seseorang di dalam nya tersenyum pada Vanessa. Namun, Vanessa hanya memandangnya heran.

"Come on!!!" Teriak lelaki dalam mobil.

"Ranz? Wait wait.. you say? What?" Tanya Vanessa masih heran.

"Come on, girl. I'll pick you to your home."

"Eh? Okay."

Tanpa berlama-lama, Vanessa menaiki mobil tersebut. Siapa yang ingin berlama-lama menunggu di depan sekolah dan mengabaikan ajakan artis. Oh, babe, Vanessa bukan orang bodoh menyia-nyiakan kesempatan langka.

Ingin rasanya ia ber foto-foto ria bersama lelaki di samping nya dan memintanya menanda-tangani barang-barang Vanessa. Tapi apa boleh buat? Ia tak bisa merusak acara jaim yang ia jaga betul kemarin, dan membuat Ranz berpikir bahwa first impression is false.

***

"Are you want to visit my home?" Ujar Vanessa.

"Of course."

***

Kakak Vanessa, Zira, yang sedang libur kuliah mendadak menjatuhkan makanan ringan yang ia bawa.

"Oh God! You?" Pekik nya kaget.

Ranz tersenyum. Memperlihatkan pesona nya.

"Jangan malu-maluin! Sana ajak ngobrol dulu. Gue mau ganti baju," Kata Vanessa.

Mengabaikan adiknya, Zira pun mengajak Ranz duduk dan mengajari nya bahasa Indonesia. Dengan cepat, Ranz sudah mengerti beberapa kosa-kata. Sepertinya Zira cocok menjadi guru Bahasa Indonesia di luar negeri.

Beberapa saat kemudian Vanessa turun. Ia bergabung dengan kakak dan idola nya. Sayang sekali Rea sedang berduka. Ia tak bisa membagi kesenangannya ini. Coba saja kalau tante nya tak terlalu cepat berpulang, pasti Rea sudah teriak-teriak histeris di rumahnya.

Vanessa segera membuang jauh-jauh pikiran tersebut. Seakan ia menyalahkan Tuhan yang telah mengambil tante kesayangan Rea.

Sekitar satu jam kedua kakak-beradik itu bercanda dengan idola mereka. Sampai akhirnya Ranz mendapat telepon dari ayahnya yang merupakan manager Chicser. Ia harus segera pulang ke hotel tempatnya menginap. Dan, setelah telepon di tutup, Ranz langsung berpamitan kepada sang empunya rumah.

"Kok dia masih di Indo ya?" Tanya Vanessa saat Ranz sudah pergi.

"Iya, tadi katanya masih mau konser lagi di Jogja," Balas Zira.

"Yang bener? Kapan?"

"Minggu depan, Kamis," jawab Zira datar.

"Yuhuuuuuuuuuuuu!!!!!!! Kamis gue libur!!!! Nonton yuk, libur kuliah kan lo?"

Zira mengangguk, "Ngapain lo libur?"

"Auk, emang gue pikirin? Kamis sampe Minggu sih liburnya. Khusus kelas 12."

---

Aduh maaf ya,
Chap-nya pendek2 gini.

Bingung sih mau ngasih gimana lagi,
Udah pernah bilang kan kalo bag. Tengah nya masih belum kepikiran.

Untung lah kalo masih ada yang ngikutin sampe part ini.

See you next chap!! {}

Ranz in My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang