Tujuh

1 0 0
                                    

Tujuh

Nana mengerjapkan matanya beberapa kali. Denyut yang ia rasakan sebelumnya mulai berkurang. Ketika matanya benar-benar mampu terbuka, yang ia dapati adalah dinding putih dan langit-langit ruangan yang berwarna serupa. Aroma khas UKS masuk ke indra penciumannya. Pelan-pelan dengan tumpuan kedua tangannya Nana duduk.

“Rebahan dulu aja! Jangan bangun dulu!” Kana berseru heboh saat memasuki ruang UKS. Karena pekikannya itu, pelototan dari anak PMR yang jaga UKS tertuju padanya. Kana berjalan gesit ke bangkar tempat Nana berbaring setelah mengucapkan permintaan maaf ke kakak kelasnya.

“Masih pusing?” Tanya Kana sambil menyodorkan teh hangat yang baru saja ia beli dari kantin. Nana mengangguk, “masih kerasa pusing dikit.”

Kana menghembuskan nafasnya pelan. Nana menoleh, “kenapa?”

“Kak Jia dibawa ke RS,” ucap Kana yang membuat mata Nana membulat sempurna.

“Parah banget, ya?” tanyanya dengan wajah mirisnya. Jika Jia sampai separah itu, pasti salahnya. Karena Jia tersandung kakinya yang akan bergerak tadi. Benar. Semua karena Nana.

“Salah aku, Na. Iya, kan?” Kana menggeleng. Ia menepuk bahu Nana beberapa kali sebelum mengucapkan kalimat yang membuat Nana lebih terkejut.

“Kak Jia emang udah sakit. Jadi, jatuh tadi bukan satu-satunya alesan dia masuk RS. Tapi emang udah sakit duluan,” jelas Kana. Nana menurunkan bahunya lesu. “Tapi tetep aja. Aku jadi pemicu sakitnya kambuh.”

Kana menggeleng tegas. “Bukan salah kamu. Kalo ngga jatuh tadi, mungkin sekarang atau nanti. Pokoknya nggak ada yang salah. Sekarang do’a aja biar dia cepet sembuh.”
Nana mengangguk.

“OIYA!” pekik Kana yang kembali mengundang peringatan. Nana mencubit pelan lengan Kana. “Jangan teriak-teriak dong.”

Kana terkikik geli. Ia mencondongkan tubuhnya kea rah Nana. Nana pun ikut mendekat.

“Tadi yang bawa kamu ke sini Kak Dhanu,” ucap Kana yang membuat Nana mengernyitkan dahinya. “Maksudnya?”

“Ih bego! Maksudnya Kak Dhanu yang gendong kamu ke UKS,” kata Kana lagi. Nana menggeleng nggak habis pikir. “Ya kebetulan aja kan dia di sana.”

Friend Done [ FINISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang