I Just Want Live Happily [ Johnny suh ]

Chapter 11 - ' Johnny bobo~ '

Malam yang indah, kami bernyanyi bersama hingga tengah malam tiba, Johnny yang umurnya sudah beranjak 20 tahun masih saja bersikap seperti anak kecil yang berumur 12 tahun. Tak apa, Johnny berhak bersikap seperti itu.

Ku syair kan berberapa lirik lagu yang ku nyanyikan pada saat Johnny lahir dulu.

" akan ku bagikan bintangku demi cintamu~.. "

Lalu Johnny dengan gemas malah tertawa malu, aw. Aku tampak ingin menggigit pipinya yang gembul.

" Johnny- ya " panggil ku pada Johnny.

" heung? Kenapa, kak? " Balas Johnny dengan muka bayinya.

Saat aku melihat mukanya, aku mengingat saat ia berumur 17 tahun dan kala itu ia sedang bermain dengan piano miliknya. Dengan lagu yang berjudul "how deep is your love" ku juga nyanyikan berberapa liriknya agar Johnny merasa tak gegabah.

" kak, kapan Johnny sehat? " tanya Johnny sembari menyenderkan kepalanya di pahaku. Aku yang mengetahui kalau Johnny umurnya tak lama lagi hanya bisa tersenyum.

Aku awalnya tak yakin kalau Johnny bisa sembuh dari penyakitnya, buktinya sekarang Johnny sudah memasuki stadium kurang lebih 4.

" lho kok diam saja? " tanyanya lagi, aku tak bisa berkata-kata. Jika aku mengatakan hal itu ia akan semakin stres dan hilang ingatan.

" ih engga kok, Johnny sembuh.. " ujarku sembari mengelus rambut Johnny. Ia membulatkan matanya yang seperti mata anak anjing, lucu.

" asal kau tahu, John. Umurmu tak sampai 1 tahun lagi.. " bisik ku pada saat Johnny menutup matanya akibat mengantuk.

" eh Johnny mau bobo? " tanyaku dengan panik, lalu aku mengangkat tubuhnya dan membiarkan ia tertidur di ranjang rumah sakit.

" kalau Johnny sembuh, bangunkan Johnny ya " suruhnya padaku, ia memainkan jari-jemari ku yang lentik dan lalu pergi ke alam mimpi.

Tak hanya Johnny, aku pun menyenderkan kepalaku pada bagian tengah kasurnya. Rasa ngantuk yang kurasa membuatku seakan-akan bermimpi bisa bermain piano dan bernyanyi bersama Johnny.

Ia memakai baju putih dan sementara diriku yang memakai baju hitam sedang duduk diantara awan dan langit yang cerah. Not piano yang Johnny tekan membuat mimpiku semakin terasa seperti lucid dream.

TBC/SORRY FOR TYPO