Chapter 1. Peringatan! {nc¹⁹+}

1.7K 79 4
                                    

🔞Area no children🔞

Golden Maple
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Sepatu chukka berwarna kecoklatan itu menapak mulus di lantai koridor yang licin mengkilap. Si pemilik mengarah pada sebuah ruangan. Pemuda dengan tubuh berisi, tinggi 175, rambut berponi yang diwarnai biru gelap ; samar-samar seperti warna hitam.

Di telinganya tersangkut anting tindik. Di lehernya tersangkut seuntai tali perak dengan kualitas tinggi yang bukan mitasi. Liontinnya bergambarkan bunga dengan mutiara yang bernilai tinggi.

Dalam satu meter, aroma parfum orang ini akan menguar dan si pemiliknya akan tau siapa yang dalam hitungan ke-tiga akan memasuki ruangan dia.

Ceklek!

Bibir tebalnya tersenyum saat orang di dalam ruangan itu menyapa dirinya dengan senyuman. Oknum yang tengah duduk di kursi putar ini bergeming. Tubuhnya condong ke depan untuk bersanggah pada meja. Tangannya mengetuk-ngetuk meja yang pemuda bermarga Park tau bahwa orang itu sedang kesal.

"Maafkan aku. Kau sendiri tau 'kan? Aku tidak bisa menolak kemauan seseorang?"

Pria ini menegakkan kepalanya. Tangan yang mengetuk kini disatukan dan dipakai sebagai sanggahan dagunya. Ia kelihatan sedang bosan.

"Bukankah sudah kukatakan. Tinggalkan saja dia!"

Ucap seorang pria dengan tato tulisan yang terlihat di punggung jari-jemarinya. Model rambut undercut. Ia juga mengenakan anting tindik yang mirip dengan yang dipakai pemuda Park. Selain telinga, alisnya juga ditindik, bukan hanya itu yang lebih parah adalah ujung bibirnya juga. Itu semua tindik asli dan bukan main-main. Berbeda dengan orang di hadapan yang antingnya saja bisa dibongkar pasang.

"Tidak bisa juga seperti itu. Aku berhutang budi padanya dan dia mencintaiku--"

"Tapi aku juga mencintaimu."

Terdiam. Orang ini bangkit dan menghampiri pemuda yang 2 tahun lebih tua darinya. Sepatu oxford bermerek itu berjalan dan suara tapakannya membuat lantai mengeluarkan suaranya.

Tubuh kekar itu, pakaian mewah itu, wajah sangar yang tampan itu, sangat cocok sekali untuknya. Hingga saat si empu mendekat, membuat oknum ini terdiam mematung.

Tengkuknya dicengkram erat dan si pelaku mendekatkan bibir tipisnya. Saat akan hampir sampai pada bibir lawan---lidahnya terjulur keluar sehingga menyentuh bibir terbuka lawan lebih dahulu. Dengan sengaja pemuda Park membuka celah sehingga lidah itu melesap cepat masuk ke rongga mulutnya dan kedua bibir mereka bersatu.

Oh my! Inikah yang namanya ciuman sebenarnya. Kenapa orang itu begitu ahli sehingga sangat memabukkan? Keduanya terus larut dalam ciuman panas itu sebelum akhirnya dihentikan sendiri oleh si pemulai. Mata elangnya menusuk tajam menatap mata pemuda Park.

"Apa karena aku bukan anak seorang pengusaha hebat? Seperti Kim Taehyung?" Ia menggeleng.

"Lalu? Apa karena aku anak seorang mafia? Kau takut jika hidup denganku?" Lagi, ia menggeleng.

"Lalu? Lupakan hutang budi itu, Jimin. Jika saja aku muncul sebelum Taehyung, mungkin aku yang menolongku saat itu. Lalu kau akan berhutang budi padaku." Ia terlihat sedih tapi air mata tak pernah ikut keluar ataupun tergelincir walau tanpa sengaja. Seolah ungkapan sedihnya bertolak-belakang dengan perasaannya.

Orang bernama Jimin ini menangkup pipi putih yang begitu mulus tersebut. Ia mencoba menghibur orang yang menjadi tempat pelariannya ke-dua setelah oknum bernama Kim Taehyung. Yah, Jeon Jungkook.

Pria ini menarik wajah itu untuk bersandar di bahunya sambil memeluk tubuh besar Jeon. Tak menolak, mungkin akan damai saat dalam pelukan orang tercinta seperti ini.

Fake Love [VMINKOOK] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang