Chapter 6. Kebencian {nc²¹+}

563 33 6
                                    

Golden Maple
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Jimin tersenyum melihat langit malam yang dipenuhi rasi bintang dan aurora kehijauan. Ia dapat dengan laluasa menatap langit malam itu sebab di setiap sisi semuanya dinding transparan. Kamar hotel yang dihuni semua terbuat dari lapisan kaca tebal yang tembus pandang luar dalam.

Taehyung baru selesai dari mandi dan ia mengenakan bathrobe saja. Tangannya mengusak-usak rambut basahnya dengan handuk untuk mengeringkan. Setelah selesai ia mencampak handuk itu ke atas meja dan mengamit sebuah obat tablet sambil matanya melirik Jimin yang berdiri di dekat jendela. Pria Park juga masih mengenakan bathrobe couple seperti milik Taehyung karena habis mandi juga.

Taehyung memasukkan satu butir obat ke mulutnya lalu setelah itu ia berjalan menghampiri sang pujaan. Memeluk tubuh pria itu dari belakang dan menenggerkan dagunya di pundak si empu.

Jimin mendengar suara kertakan dari mulut Taehyung. Ia yang penasaran lantas bertanya. "Kau makan apa?" Sedikit menoleh ke lawan.

"Obat perangsang."

Jimin mendelikkan matanya. Ia melepas pelukan Taehyung dan menatap pria Kim, lebih tepatnya wajah itu.

"Geojitmal!" (Bohong) Jimin tidak percaya sehingga membuat Taehyung tersenyum smirk.

"Satang, geurae?" (Permen, iya kan)

Taehyung menggeleng lemah. Lalu pria itu menjulurkan lidahnya untuk memperlihatkan apa yang dia kunyah. Jimin melihat lidah itu dengan gemericik putih.

"Beneran obat perangsang?" tanya Jimin hampir tak percaya. Taehyung menganggukinya dan menunjuk meja tempat ia meletak tablet obat itu.

"Obat itu ada di sana jika kau mau."

"Kenapa aku harus makan juga? Itu bukan permen, pasti rasanya pahit," tolak Jimin ketus.

"Lagipula untuk apa kau minum obat perangsang? Apa rangsangan hormonmu berkurang?" Taehyung tersenyum melihat bagaimana Jimin berbicara begitu ketusnya.

"Kyeoptta." Jimin terdiam mendengar pujian itu. Kepala pria Kim ini gontai dan melirik luar jendela. Sambil mulut masih setia mengunyah obat pahit itu.

"Wah, lihatlah cahaya aurora itu. Ini mengingatkanku pada hari di mana kita memulai semuanya. Tapi ...." Taehyung memotong ucapannya.

"... tanpa cinta." Taehyung pun melirik ke arah Jimin dan tersenyum. Sedangkan Jimin mulai menampilkan wajah kesalnya. Taehyung terlalu jujur untuk mengingat masa lalu.

"Awalan yang kita buat---hanya untuk balas dendam." Lalu melanjutkan dalam hati. " .... Lalu apakah berakhir dengan balas dendam juga?" batin Taehyung.

"Taehyung-ssi?" panggil Jimin, membuat si empu menoleh.

"Apa kau mencintaiku?"

Akhirnya Jimin pertanyakan itu juga setelah berkalut pada perandaian selama ini. Ekspresi Jimin menunjukkan wajah menuntut. Mendengar bagaimana cara Taehyung berucap, seolah hati Jimin hanya ada dendam.

Si empu yang ditanyakan datang mendekat. Melingkarkan tangannya di pinggang pria Park dan bibir itu melumat bibir tebal Jimin. Submissive hanya mengikuti ritme sang dominan.

Saat setelah Taehyung menghentikan ciumannya. Mata elang pria Kim menatap lekat kelopak mata indah yang tertutup menikmati itu. Sebelum akhirnya membuka perlahan. Keempat bola mata mereka bertemu pandang dan Jimin dapat dengan jelas melihat wajah tampan pria yang ia cintai selama ini.

"Saranghae."

Bagai dihujani beribu bunga. Perasaan Jimin seakan melayang ke langit ke tujuh. Kata ini yang sangat ia ingin dengarkan dari bibir suaminya. Kenapa baru sekarang terucap? Selama ini Taehyung ke mana? Ia berpikir apa Taehyung tidak pernah percaya dengan cinta atau dia memang tidak punya cinta? Berpikir, apa Jimin telah salah memilah orang? Apa dia salah mencintai seseorang? Atau sifat sebelumnya sudah mendarah daging?

Fake Love [VMINKOOK] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang