Chapter 13. Obsesi yang membunuh nc¹⁸+

377 27 0
                                    


Golden Maple
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Tangan terbelenggu itu terangkat untuk menyentuh tangan Jungkook yang mengadah. Seperti akan menerima uluran tangan itu, membuat harapan penuh pada sosok Jungkook. Namun ....

Plak!

Tamparanlah yang diterimanya. Panas dan menyengat. Jungkook menatap mata merah yang berbinar itu.

"Brengs*k!" Bibir tebal itu mengumpat.

"Lancang sekali kau---"

"Bunuh saja aku!" teriak Jimin memotong ucapan Jungkook.

"Bunuh aku. Aku tidak ingin hidup denganmu. Bunuh saja aku----"

Plak!

Berbalik. Jungkook yang menampar Jimin kali ini. Rasanya ia kehilangan kesabaran melihat Jimin yang semakin melampaui batas. Jungkook dapat mendengar deruan tangis dari mulut Jimin. Ia pun mencengkram dagu itu untuk menghadapkan wajah Jimin.

"Kau memang tidak suka diberi hati, yah? Apa kau ingin kekerasan, hah!?" gertak Jungkook membuat tangan Jimin meremas seprai dengan kuat. Jimin takut. Bahkan sangat takut sejujurnya, tapi mau bagaimana lagi, rasa kecewanya kian membuncah.

Wajah itu terhempas ke kiri dengan begitu kasarnya. "Kalau begitu matilah! Temui cintamu itu di neraka!" geram Jungkook berlalu bangkit dari atas ranjang dan pergi meninggalkan Jimin.

Jeduaarrr!

Bahu Jimin terangkat karena terkejut. Dentuman pintu begitu keras memekakkan telinganya. Usai kepergian Jungkook, Jimin kembali meringkuk sambil menutup telinganya. Ia menangis sendirian, di dalam kamar itu. Mana bisa Jimin lupa hari terakhir ia melihat Taehyung mati di depan matanya. Saat itu, takkan mungkin bisa hilang dalam ingatan Jimin. Takkan mungkin.

Terdengar suara itu begitu memilukan. Tangisnya mengingat semua itu seolah mengartikan betapa ia mencintai sosok Taehyung. "Hyung, maafkan aku. Aku mohon maafkan aku ...," lirihnya semakin menangis tersedu-sedu.

Ini memang salahnya. Seharusnya ia tidak pernah mencoba bermain api saat ia sendiri tak bisa memadamkannya.

Hari selanjutnya.....

Masih di ruangan yang sama, di mana Jimin disekap. Seorang pelayan datang dengan makanan seperti biasa. Hanya bedanya kali ini Jungkook ikut hadir di ruangan itu. Dengan tanpa melihat, Jimin mencampakkan piring nasi beserta mangkuk sayuran ke lantai.

Semua berpecahan dan air yang gelasnya pecah menyiprati sepatu oxford coklat Jeon Jungkook yang mengkilap. Seperti kehabisan kesabaran. Jungkook akhirnya menyuruh pelayan itu pergi yang segera dituruti.

Ia datang ke samping ranjang. Memperhatikan sosok Jimin yang semakin membuatnya bosan dengan tingkah itu. "Berhentilah bertingkah. Kau belum tau siapa sosok Jungkook sebenarnya, 'kan? Jangan pancing emosiku."

"Kau hanya pecundang ...." ketus Jimin. "... yang buta akan cinta." Lanjutnya dan Jimin tersenyum smirk untuk pertama kalinya.

Mendengar pernyataan itu membuat Jungkook sangat geram dan ia mengepalkan tangannya. "Kau benar-benar membuat kesabaranku habis, Park Jimin----"

"Jangan sebut namaku!" bentak Jimin dengan amarah membuncah.

"Tidak ada yang boleh menyebut namaku dengan lengkap selain Kim! Tae! Hyung!" Tentu hal ini menyakiti Jungkook. Keduanya saling bertatap nyalang. Semenit kemudian Jungkook mengalihkan pandangannya. Jungkook tidak ingin terpancing emosi. Karena yang ada, ia bisa kehilangan kendali nanti. Dia tidak ingin melukai Jimin.

"Kau itu orang lemah, Jungkook---" Pria Jeon mengangkat pandangannya menatap horor Jimin yang dengan berani mengatakan demikian. Menantang sosok kepala gangster terkemuka di Seoul ini 'The Thunder'.

Fake Love [VMINKOOK] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang