Caught in a Lie: Dirga [ S2 ] ✔️

𝓒𝓪𝓾𝓰𝓱𝓽 𝓲𝓷 𝓪 𝓛𝓲𝓮 • sedikit harap.

happy reading!

vomment juseyo yeorobun~

♥︎

"Sya, sayang!"

"Iyaa sebentar, Pa."

Di hari minggu yang cerah ini, Nesya akan terbang ke Malang untuk persiapan rapat besar perusahaan.

Lagi-lagi ia harus merelakan waktu santainya untuk pekerjaan. Berada di perusahaan besar dengan jabatan yang cukup melelahkan.

Mungkin banyak orang yang menginginkan berada di posisinya, padahal mereka tidak tau sesibuk apa tugas seorang sekretaris.

"Udah semua?" Nesya turun dengan satu tas jinjing besar.

Menghampiri Papa untuk sarapan bersama sebelum pergi untuk satu minggu kedepan. Jika seperti ini Nesya terkadang ingin sekali berhenti bekerja.

Intensitas waktunya bersama sang Papa berkurang banyak, bertemu hanya untuk makan bersama atau jika sempat Papa akan menjemputnya ke perusahaan.

Selain itu tidak ada. Mereka bahkan sudah jarang untuk sekedar mengobrol banyak hal sampai tengah malam, berbagi rekomendasi bacaan, minum teh bersama sambil menikmati langit malam.

Ah, Nesya rindu.

"Papa jangan terlalu capek kerja loh. Istirahat yang cukup, sama vitaminnya diminum." Ingat Nesya pada sang Papa.

Lelaki paruh baya itu tersenyum, lantas mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu juga, jauh dari rumah dijaga pola makannya. Kalo ada apa-apa kabarin Papa ya?" Usapan lembut pada rambut panjang Nesya, nyaman.

Selesai sarapan, Nesya benar-benar pamit karena ia harus ke perusahaan lebih dulu sebelum ke bandara.

"Bener gak mau Papa antar?"

Nesya menggeleng lantas dengan cepat ia mengecup pipi sang Papa dan masuk ke dalam taksi.

"Take care!"

"Iyaa! Bye." Nesya melambaikan tangannya semangat.

Jalanan menuju kantor cukup ramai, salahkan kolega Dirga yang membuat pertemuan di hari senin.

Atau mungkin atasannya saja yang terlalu iseng karena ia justru menerima banyak undangan dari luar kota.

Nesya lelah, tolong.

Sampai di perusahaan Nesya langsung naik ke lantai paling atas, ruangan direktur utama yang mana adalah ruangannya juga.

"AAA!" Teriak Nesya terkejut.

Pintu ruangan terbuka begitu saja ketika ia bahkan belum menyentuh kenop. Dirga pelakunya.

"Astaga, maaf pak."