Happy reading!
♥︎
Nesya tak pernah menyangka jika kehidupan bisa sekeras ini.
Melihat dirga yang sudah kembali berkutat dengan laptop serta laporan, bertemu klien secara offline maupun online. Setelah kejadian yang bahkan belum terlewat 6 jam.
Nesya stress. Melihat orang stress yang tengah berusaha menghilangkan rasa stressnya dengan bekerja sampai stress. Astaga.
Dengan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, nesya mau tidak mau ikut duduk disana- mendengar ocehan dirga soal pekerjaan yang akan datang sebentar lagi.
Proyek besar yang sedang dirga perjuangkan keberhasilannya, akan segera dimulai.
“Besok rapat para petinggi koneksi pembangunan, kita akan bahas soal waktu pengerjaan, bahan yang digunakan serta resiko, lalu data perkiraan pengeluaran bersih dan kotor untuk pembangunan di dua kota." Jelas Dirga.
"Tolong buat salinan data yang kongkret jangan sampai mereka bisa memanipulasinya sewaktu-waktu. saya tau ada yang bermain kotor disini.” Lanjutnya seraya ia menjabarkan laporan yang harus diganti atau disempurnakan pada Nesya.
“Tian tolong pastikan perekam suara cadangan serta cctv ruangan berfungsi dengan baik untuk mengurangi resiko kecurangan.” Peringat Dirga kali ini pada Tian.
“Baik, pak. Akan saya atur semuanya.”
Sejurus kemudian ketiga orang itu sibuk dengan tugasnya masing-masing. Laptop, ponsel, email, kertas laporan dan lain-lain.
Jiwa kompetitif serta perfectionist mereka seketika muncul seiring adanya panggilan atas dasar kesempurnaan.
Pukul 12 malam lebih tujuh menit, mereka baru selesai bekerja.
“Rapikan semuanya, kalian boleh istirahat. Besok pukul 9 pagi kita berangkat.” Putus Dirga pada kedua bawahannya.
“Baik, pak.” Jawab Nesya dan Tian serentak.
“Kalau begitu saya pamit lebih dulu, pak, bu. Selamat beristirahat.” Pamit Tian sebelum ia pergi meninggalkan dua orang lain yang masih sibuk beberes.
Hening melanda, suara gesekan antara kertas yang disusun pun mengisi keadaan.
“Nesya.”
“Iya pak?”
Beberapa saat dua pasang mata itu saling bertukar pandang.
“Terima kasih untuk yang tadi siang.” Ucap Firga.
“O-oh, bukan apa-apa pak.”
“Maaf juga, karena sudah menarik kamu kembali ke tempat yang salah.”
Nesya gugup, tatapan Dirga sangat sendu namun tulus padanya.
“Tidak apa-apa, pak. Saya mengerti.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in a Lie: Dirga [ S2 ] ✔️
FanfictionSelesai✔️ masih tentang seorang pria tampan yang akhirnya kembali menemukan sebuah jawaban. juga kembalinya sebuah alasan dari Dirga, untuk memperjuangkan apa yang pernah ia sia-siakan. apapun akhir dari kisahnya nanti, Dirga harap tidak akan ada la...