Time.

408 76 3
                                    

Happy Reading.

*

Mengambil waktu senggang untuk menghentikan kegiatannya, Julian mengambil 3 Minggu penuh untuk bebas dari pekerjaannya. Ada hal yang akan Julian lakukan dan dirinya harus siap secara mental.

Hembusan nafas panjang menguar, menegaskan jika dirinya mempertimbangkan beberapa hal yang ada di otaknya. Asap rokok terus saja mengebul dari patung rokok yang dirinya hisap.

"Kau terlihat Stress?" Atensi Julian teralih mendengar suara laki-laki. Sosok jakung bak dewa Yunani. Thomas Hilton Kim alias Vee.

Kakak Aliya memang teman Julian. Mereka seumuran.

"Seperti yang kau lihat" Julian tidak menegur saat Vee mengambil rokok dimeja depan mereka. Laki-laki itu bahkan ikut merokok juga.

"Kau tidak bekerja?" Julian menggeleng pelan, Aliya bahkan tidak tau jika dirinya mengambil libur panjang. Julian belum mengatakan apapun.

"Kau sendiri?"

"Hanya menikmati waktu senggang" Julian memilih bungkam dan menikmati rokoknya yang tersisa setengah. Tidak ingin terlibat obrolan lagi dengan Vee.

"Bagaimana jika tiba-tiba kau punya anak Lian?" Julian mengarahkan pandangannya pada Vee. Anak? Kenapa tiba-tiba sekali?

"Tentu saja bahagia, anakku. Darah dagingku" Vee terlihat tersenyum hambar dan kembali menyesap rokoknya, jelas tidak melihat tatapan Julian yang sudah curiga.

"Apa kau akan jadi ayah?" Mata keduanya bertemu, Vee membalas tatapan Julian.

"Entahlah" jawaban acuh Vee membuat Julian mengingat sesuatu.

"Elina melihat Lisa masuk ke ruang dokter kandungan"

Itu adalah topik yang Aliya ucapkan saat pertemuan terakhir mereka. Apa mungkin?

"Rachel hamil?" Julian tau jika Vee tengah menjalin asmara dengan Rachel, wanita yang lebih tua dari Vee. Aliya sedikit memberikan informasi soal itu. Jelas Aliya akan bercerita apapun padanya, mengenai masalah atau hal yang mengganggu otaknya. Termasuk tingkah laku Vee.

Vee menggeleng dan membuang rokoknya. Entahlah, dirinya tidak bisa mengatakan apapun pada sembarang orang. Meskipun Julian adalah temannya tapi tetep saja. Ini private.

"Aku pergi"

"Vee?"

"Hem?"

"Suka atau tidak jika itu sudah takdir kau harus menerima itu?" Langkah kaki Vee terhenti, tanpa berbalik dan diam diposisi bisu.

"Aku tidak tau apa yang terjadi padamu hanya saja akan lebih baik kau tidak lari dari masalahmu, masalah tidak akan selesai dengan lari. Kau laki-laki dan seharusnya kau bertangungjawab atas semuanya"

"Apa maksudmu?" Suara Vee memelan.

"Elina mengatakan jika melihat Lisa masuk kedalam ruang dokter kandungan" Vee sontak saja berbalik menatap Julian. Jelas dengan wajah terkejut.

"Anakmu?" Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Vee. Laki-laki itu terdiam bak patung.

Julian menarik nafas dalam, yang Aliya curigai benar ternyata. "Aku tidak ingin ikut campur dalam masalahmu, itu adalah hidupmu. Saranku satu, jangan lari dari tanggung jawab, kau tidak akan tau apa yang akan terjadi esok" Julian berjalan mendekat dan menepuk pundak Vee lalu berlalu, meninggalkan ruangan ini lebih dulu. Julian perlu menghirup udara segar.

*

Aliya terus saja melihat ponselnya, memastikan jika ada notifikasi dari Julian, laki-laki itu tidak ada memberikan dirinya kabar dari tadi pagi. Kemana?

Secret Alexia!✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang