I

3.6K 208 64
                                    

Pokoknya, Semua karakter Naruto adalah Milik Bapak Masashi Kishimoto yang terhormat.




Uchiha Hinata menatap malas dirinya lewat pantulan sebuah cermin rias. di belakangnya sudah ada dua orang Maid yang tengah menata rambut panjangnya sedemikian rupa. wajahnya dipoles dengan make up tipis, gaya riasan yang cocok untuk seorang siswi sekolah menengah atas pada umumnya.

"Nona, Bagaimana dengan poninya?"
Tanya salah satu dari mereka, Hinata hanya mendengkus sebal. ia merotasikan kedua bola matanya sebelum ia berucap dengan sedikit ketus.

"Biarkan saja!"

"Aku hanya pergi ke sekolah, bukan ke pesta"

Gadis itu berdiri dengan sedikit menghentakkan kedua kakinya, ia menyambar tas sekolah miliknya dan pergi begitu saja meninggalkan para pelayan yang masih setia menatap dirinya dari belakang.

Menjadi putri semata wayang seorang pengusaha kaya memang tidak akan menyulitkan dalam urusan materi. namun bisa menjadi hal yang menjengkelkan karena hidup yang tidak bisa sesuai apa yang dia inginkan.

Sama halnya dengan yang Hinata alami, menjadi putri kesayangan seorang pengusaha kaya raya bernama Uchiha Madara. menjadikan dirinya tidak bisa bebas dalam bertindak. hidupnya sudah ditata sedemikian rupa sejak ia kecil, menjalani kehidupan sesuai keinginan sang ayah.

Hidup bagai di penjara, ke manapun ia pergi selalu ada pengawal yang mengikutinya. membuatnya muak dan ingin rasanya memberontak.

Tatapan mata gadis dengan seragam sekolah menengah atas itu berubah tajam saat ametisnya bersibobrok dengan kedua iris hitam pekat milik pria itu. seorang pengawal kesayangan ayahnya, Kakashi.

Pria dengan setelan jas yang rapih itu menundukkan kepalanya, memberi hormat pada gadis yang selalu ia beri tatapan sinis.

"Segeralah ke meja makan. Tuan besar sudah menunggu nona"
Setelah mengucapkan itu, Kakashi melipir begitu saja.

Hinata mencibirnya dalam hati, namun ia tetap menuruti apa yang dikatakan oleh pria itu. Ia membawa kedua kakinya melangkah menuju meja makan di mana ayahnya tengah menunggu dirinya.

Gadis itu mendaratkan pantatnya di salah satu kursi di sana, berseberangan dengan tempat duduk ayahnya.

"Hinata"
Gadis itu mendongak, ia melihat ayahnya yang juga tengah menatap dirinya.

"Duduk di sini!"
Titahnya tegas dan tidak menerima bantahan. gadis itu hanya bisa menghela nafas pelan dan memilih mengikuti perintah Madara.

"Daddy akan mengantarmu hari ini"
Pria itu berucap saat setelah Hinata baru saja duduk di dekatnya.
Hinata yang baru saja menyentuh garpu dan pisaunya sejenak terdiam, ia memalingkan wajahnya dan menatap sang ayah dengan raut wajah bingung.

"Kenapa?"
Pria itu bertanya dengan senyum kecil yang terulas dari bibirnya yang kecoklatan.

Hinata menggeleng pelan,"Tidak apa-apa" balasnya singkat.

"Hanya saja, tidak biasanya daddy ikut mengantarku ke sekolah"
Ucapnya dengan jujur. Madara tersenyum tipis, lalu ia menyentuh puncak kepala gadis itu dan mengusapnya pelan.

"Kamu cantik"
Puji Madara tanpa beban, sedangkan Hinata yang mendengarnya sedikit terperangah. karena tidak biasanya pria itu memuji dirinya secara terang-terangan.

Hinata melepaskan tangan pria itu yang kini tengah mengelus pipi kirinya, Jantungnya berdetak sedikit tidak beraturan. Ia tidak pernah terbiasa atas skinship yang terjadi antara ia dan ayahnya.
membuatnya tidak nyaman dan takut.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang