XIV

715 91 27
                                    

Itachi tengah dilanda kebingungan, sudah berminggu-minggu dirinya mencari kebenaran tentang kematian Hiashi dan hasil yang ia dapatkan cukup membuatnya puas. Namun ada secuil rasa kasihan yang tiba-tiba hinggap dalam dirinya terhadap Madara, jika ia membongkar semua kejahatan pria itu, maka bagaimana dengan Hinata? Gadis itu jelas akan sangat kecewa dan tidak menutup kemungkinan juga akan berbalik membenci Madara.
Itachi tahu Madara mungkin adalah iblis berwujud manusia, pria itu bengis dan tidak memiliki belas kasih pada siapapun. Tapi pada Hinata, ia tidak akan menampik semua fakta bahwa Madara begitu menggilai gadis itu. Semua orang tahu, mereka dapat melihat bagaimana tatapan memuja yang dilayangkan Madara saat menatap mata gadis itu.
Penuh hasrat dan cinta, belum lagi perlakuannya yang manis hingga membuat siapa pun dapat mengerti bahwa Madara begitu mencintai Hinata.

"Ah, Sial! Membuatku frustasi saja."
Umpat Itachi menahan kesal, lalu ia menghisap rokok nya dengan kuat dan menghembuskan asapnya kasar.

Ia melirik beberapa berkas yang ada di kursi penumpang, itu adalah bukti-bukti yang akan dirinya perlihatkan pada Hinata, namun entah kenapa keraguan itu justru hadir di saat-saat seperti ini.

Dalam kekalutannya, Itachi melihat mobil Kakashi lewat di depan pajero nya. Ia menggeram marah, saat ini Itachi sudah tahu siapa dalang dari kecelakaan mobil yang menimpanya lima tahun yang lalu. Dan itu semua ulah Kakashi, ia akan memberi perhitungan pada lelaki sialan itu. Tanpa banyak berpikir lagi, ia segera melajukan Pajero hitamnya setelah dirinya membuang puntung rokoknya sembarangan.

Sedangkan Kakashi, lelaki itu tahu bahwa dirinya tengah diikuti, ia pun mempercepat laju mobilnya agar tidak ada celah bagi orang itu  menyusul dirinya.
Beberapa kali dirinya menatap ke atas kaca spion untuk memantau mobil yang mengikutinya, Kakashi mengumpat kasar saat tahu bahwa mobil yang mengikuti dirinya adalah milik Itachi.

"Itachi sialan! Untuk apa dia mengikutiku?" Tanya Kakashi pada dirinya sendiri.

Aksi kejar-kejaran antara Kakashi dan Itachi pun tidak dapat dihindari, mereka saling beruasaha untuk menghindar dan mengejar. Karena kesal, Kakashi pun mengarahkan mobilnya ke salah satu gedung tua yang jauh dari jalan raya dan tentu saja Itachi mengikutinya.

Itachi itu turun dan membanting pintu mobilnya dengan keras, di sana sudah ada Kakashi yang menunggu kedatangannya dengan tampang menantang.
Tanpa basa-basi, Itachi melayangkan tinju pada Kakashi. Pukulan pertama Kakashi tidak dapat menghindar, namun untuk serangan selanjutnya pria itu dengan mudah menangkis tiap pukulan yang diberikan Itachi.

"Bajingan! Keparat, kau!"
Itachi terus memojokkan Kakashi dengan serangan yang membabi buta hingga lelaki bersurai perak itu pun jatuh tersungkur di atas tanah.

Nafas keduanya memburu dengan cepat, wajah Kakashi terdapat banyak lebam, sebuah karya dari Itachi. Sedangkan lelaki Uchiha itu hanya mendapatkan bibirnya yang sedikit robek.

"Apa maksudmu, Itachi?!"
Bentak Kakashi dengan mata yang nyalang. Itachi menginjak leher lelaki itu dengan penuh tekanan, hingga membuat Kakashi kesulitan bernafas.

"Kau yang menyebabkan aku kecelakaan dan hampir meregang nyawa, dan kau masih bisa berlagak tidak berdosa di depanku?" Ujar Itachi dengan amarah yang meletup-letup.

Kakashi tertawa mendengarnya, lelaki itu tertawa keras dengan darah yang mulai keluar dari mulut dan hidungnya.

"Tidak kusangka kau mengetahuinya juga," Ujar Kakashi dengan susah payah.

Itachi mencengkeram kerah leher kemeja Kakashi, wajahnya telah berubah keras saat ini. "Apa tujuanmu melakukan itu? Apa Madara yang menyuruhmu?!" Bentak Itachi.

Kakashi tidak menjawab, lelaki itu masih tertawa terbahak-bahak dan membuat Itachi semakin kesal dibuatnya.
"Diam setan!" Bentak nya lagi.

Lelaki itu menyeringai puas, dengan mulut yang telah berdarah ia masih bisa menampilkan senyum culasnya.
"Memangnya apa lagi? Aku selalu menyingkirkan siapapun yang mengusik ketenangan Tuan Madara!" Kakashi berbicara dengan sangat emosional, kedua matanya ikut berair saat mengeluarkan kalimat tersebut.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang