XIII

704 98 29
                                    

Hinata tidak bisa menahan keterkejutannya saat beberapa wanita mendatangi dirinya beserta kotak-kotak peralatan make up dan juga beberapa gaun bergaya kerajaan Prancis jaman dulu. Gadis itu menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangan, ia segera berlari menerjang ayahnya yang berada di belakang para wanita itu.

"Daddy, ini semua apa?" Bisik Hinata.
Madara tersenyum tipis, ia merangkul bahu Hinata. "Kamu ingat nanti malam ada acara apa?" Tanya Madara.

Hinata terdiam sejenak, ia memutar otaknya untuk mencari jawaban.
Jika tidak salah, ini adalah tanggal 27 Desember, dan itu artinya merupakan hari ulang tahunnya.

Hinata selama ini tahu dia lahir di bulan juli, atas keterangan data-data palsu yang digunakan Madara sebelum identitas Hinata terbongkar. Ia hanya merayakan ulang tahun di bulan itu, makanya dirinya tidak terlalu akrab dengan ulang tahun dirinya yang sebenarnya.

"A-aku sendiri bahkan lupa, Dad!"
Ucap Hinata sendu. Madara menyentuh pipi gadis itu dan mengusapnya dengan lembut, Hinata menatap mata sang pria, dan ia bisa melihat pancaran kasih sayang lewat kedua obsidian hitam itu.

"Jadi, kamu harus bersiap-siap sekarang, sayang." Hinata mengangguk patuh. Ia hendak mengikuti arahan dari si penata rias, namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya karena teringat sesuatu.

"Dad, tapi teman-temanku, bagaimana? Aku tidak sempat mengundang mereka."
Ucap Hinata mengungkapkan kegelisahannya.

"Tenang saja, Baby. Daddy sudah menyebar undangan jauh-jauh hari kepada mereka." Jawab Madara yang langsung membuat Hinata tersenyum bahagia.

Dengan gerakan kilat, gadis itu berhasil mencuri satu kecupan di pipi Madara dan berhasil membuat pria itu mematung.

"Aku sayang, Daddy."
Teriaknya setengah berlari. Madara memejamkan matanya saat setelah mendengar itu. Ia tidak habis pikir dengan tingkah laku gadisnya, berani sekali Hinata mencuri satu kecupan sebelum pergi, memang gadis kecilnya itu minta dihabisi.

Pria itu tidak bisa lagi menahan perasaan yang membuncah dalam dadanya, ia merasa bahagia hanya dengan sekadar melihat senyum gadis itu. Madara berharap Hinata akan terus dikelilingi kebahagiaan, ia tidak menghendaki senyum manis itu hilang. Namun sekali lagi ia tersadar, dirinya bisa menjadi salah satu orang yang akan merenggut kebahagiaan gadis itu. Dan untuk memikirkannnya membuat Madara sakit kepala.

.

Para penata rias itu mulai memoleskan make up secara bertahap pada permukaan wajah Hinata. Sementara Hinata terlihat duduk dengan anteng sambil menatap pantulan wajahnya dari balik cermin, ia sudah biasa dirias seperti ini. Namun biasanya ia hanya mengenakan riasan tipis, namun kali ini sedikit ada perbedaan. Entah dari gaya riasannya, atau hal lainnya, meski begitu dirinya cukup menikmati semua itu.
Setelah selesai dengan wajah, kini giliran bagian rambut yang ditata. Hinata memiliki rambut bawaan yang lurus dan cantik, jadi kali ini penata rambut hanya membuat beberapa curly - an di ujung rambut Hinata, sedangkan poninya dibuat sedikit lebih tipis dibanding sebelumnya. Beberapa jepitan rambut berbentuk bintang yang berkilau digunakan untuk mengelilingi rambut Hinata secara melingkar ke bawah.

"Anda tampak luar biasa, Hinata-sama." Puji Haruna yang merupakan penata rias yang diperintahkan Madara untuk Hinata.

Gadis itu menatap dirinya sekali lagi, ia sedikit mengernyitkan dahi karena tidak mengerti dengan konsep riasan yang dikenakannya saat ini. Tapi, Hinata cukup puas dengan hasilnya, ia benar-benar tampak menawan dengan riasan itu.

"Terimakasih." Balas Hinata tidak lupa memberi senyuman tipis.

Untuk selanjutnya gadis itu dituntun untuk segera mengenakan gaun pesta nya.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang