XI

686 91 21
                                    


Hinata merasa kebingungan saat Madara mengajak dirinya ke tempat pemakaman.  Sejak tadi pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun pada Hinata. Madara hanya bilang bahwa dirinya akan membawa Hinata ke sebuah tempat. Itu saja.

Gadis itu hanya bisa mengikuti tiap langkah lebar kaki ayah angkatnya itu. Sambil memegang ujung lengan jas milik Pria itu layaknya anak kecil yang takut kehilangan pegangannya.

"Kita akan kemana, Dad?"
Tanya Hinata begitu penasaran. Madara tetap bergeming hingga kedua langkah kaki pria itu berbenti di depan dua pusara atas nama Hyuuga Hiashi dan Hyuuga Hitomi. Hinata terpekur beberapa saat sambil menatap dua nisan di depannya.

"Ini makam kedua orang tuamu, sayang."
Ucapnya datar. Hinata masih diam, ia tidak tahu harus memberikan reaksi apa.

Jika yang di depannya ini adalah makam milik Madara, mungkin Hinata akan menangis sambil bersimpuh di depan pusara tersebut. Tapi ini milik kedua orangtua kandungnya, yang bahkan tidak pernah ia lihat sebelumnya. Fakta bahwa keluarganya membuang ia ke panti asuhan, menciptakan percikan kebencian dalam diri Hinata.

Maka saat ini, perasaannya tidak ada rasa sedih sama sekali.

"Untuk apa Daddy membawaku kemari?" Tanya Hinata sambil menatap lurus pusara milik orang tuanya.
Madara merangkul bahu gadis itu, dan mengusap pelan lengan Hinata. "Biar kamu tidak penasaran. Setidaknya Daddy berusaha untuk tidak menyembunyikan apapun darimu." Jawabnya.

Hinata terdiam sesaat, ia jadi teringat perkataan Itachi tempo hari lalu tentang penyebab kematian orang tuanya.
Ia belum menanyakan kebenaran berita itu pada Madara langsung.

"Dad, boleh aku tanya sesuatu?" Ucap Hinata sambil menatap wajah Madara.

Pria itu mengangguk tipis, "Boleh, sayang. Tanyakanlah," Jawabnya.

"Aku penasaran, kira-kira apa penyebab kedua orangtua ku meninggal? Daddy belum memberitahuku, bukan?"

Madara terdiam memikirkannya, ia tidak mungkin mengatakan pada Hinata bahwa dirinya lah penyebab orang tuanya meninggal. Hinata tidak boleh tahu kalau Madara yang membunuh mereka dengan tangannya sendiri.

"Orang tua mu, mereka meninggal dalam kebakaran rumah yang menghanguskan seluruh keluarga Hyuuga."
Ujar Madara dengan sorot mata yang berbeda, ingatannya kembali terlampar pada masa itu, waktu dirinya membantai seluruh Hyuuga lalu membakar kediaman mereka.

"Daddy, tahu dari berita yang beredar. Kasusnya dulu cukup menyita perhatian publik, sayang." Ucapnya lagi.

Entah kenapa Hinata justru lega mendengarnya, ia takut jika Madara kembali berbohong. Namun nyatanya apa yang pria itu ucapkan sama seperti yang diucapkan Itachi padanya.

Gadis itu hanya mengangguk kecil, "Begitu," gumamnya.
Ia kemudian melepaskan rangkulan Madara, ia mendekat beberapa langkah ke depan mendekati pusara.

Hinata membungkuk sopan pada kedua orang tuanya, "Ayah, Ibu, terima kasih sudah membiarkan ku lahir ke dunia. Aku tidak marah meski telah kalian buang, karena berkat itu aku dapat hidup bersama Daddy."

Madara memalingkan kepalanya ke samping, jantungnya berdebar kencang dan pikirannya terasa kalut. Hinata benar-benar menganggapnya spesial, sedangkan dirinya telah banyak memberi kebohongan pada gadis itu.

"Aku sayang Daddy, dia adalah malaikatku." Tidak, Hinata. Aku adalah iblis.

"Daddy, memberiku kasih sayang dan perlindungan yang tidak bisa kalian berikan," Dan aku telah merenggut mereka dari hidupmu, Hinata.

"Aku tidak menyesal karena hidup dengannya. Bahkan sampai mati pun, aku tidak akan menyesal." Tidak saat ini, sayang. Kamu akan membenciku bahkan ingin membunuh diriku saat tahu kebenaran yang terjadi.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang