IV

1K 174 34
                                    


Madara menghentikan mobilnya di depan gedung tua yang alamatnya di kirim oleh Yahiko. rahangnya mengeras dengan kedua tangan terkepal kuat. lelaki itu benar-benar cari mati terhadapnya, mengirim gambar yang berisikan foto Hinata dengan keadaan yang mengkhawatirkan.

Tangan kanannya memegang sebuah pistol, ia berjalan dengan gagahnya memasuki gedung tua nan kumuh itu. tanpa mengurangi kewaspadaan terhadap sekitar. karena Yahiko sudah pasti tidak akan sendirian, lelaki itu bisa saja membawa pasukan dan mencoba untuk menghabisinya.

Benar dugaannya, saat ia baru saja melangkahkan kaki memasuki gedung beberapa orang berpenampilan menyeramkan menyerang Madara. jika seperti ini pistol tidak terlalu dibutuhkan, karena pertarungan jarak dekat akan lebih baik menggunakan benda tajam.

Tanpa basa-basi lagi, Madara segera menarik belati miliknya dari arah saku belakang celananya. ia langsung menerjang dan melukai para berandal kecil itu.

Sementara itu di depan, Yahiko menonton pertarungan dengan Hinata yang ia ikat di atas kursi. lelaki itu menyeringai melihat kemampuan Madara. pria tua itu rupanya dengan mudah menghabisi para pengawalnya hanya dengan sebilah pisau kecil.

Hinata melihat semua itu, bagaimana cara ayahnya bertarung. Pria itu menebas, menusuk, memukuli para pengawal Yahiko tanpa ragu-ragu. darah menciprati wajah juga pakaian sang ayah, melihat itu Hinata dibuat bergidik ngeri. ayahnya benar-benar pemangsa handal.

Tiba-tiba Yahiko menarik rambut Hinata, gadis itu sedikit mendongak.

"Kau lihatkan? Ayahmu, Iblis!"
Teriak Yahiko hingga membuat telingan Hinata pengang.

"Hei! Uchiha Madara!"
Yahiko masih berteriak, dan itu sukses menghentikan pergerakan Madara. pria dengan surai hitam itu menatap ke arah di mana gadis kecilnya di sekap.

Ia menyeringai, obsidian hitamnya menatap tajam pada Yahiko. pria itu berjalan pelan menghampiri lelaki sinting itu, pengawal milik Yahiko sudah mati terkapar olehnya.

"Bagaimana rasanya memperlihatkan sisi iblismu di depan putrimu sendiri?"

"Eh, tunggu"
Yahiko menghentikan ucapannya, ia menatap Madara dengan senyum culas. Pria paruh baya itu terdiam, ia cemas jika si bajingan Yahiko akan berkata macam-macam.

"Kau punya putri?"
Tanyanya dengan senyum miring.

Hinata menangis terisak, ia takut berada di tengah-tengah seperti ini.
ia bahkan dapat merasakan aura membunuh yang terpancar dari kedua orang itu. belum lagi ucapan-ucapan yang dilontarkan Yahiko membuatnya seolah-olah dia bukan putri kandung Madara.

"Banyak omong! Maju kalau berani keparat!"
Madara berucap, ia memegang belatinya kuat-kuat.

Yahiko yang tidak memiliki pilihan lain pun memilih untuk meladeni Madara mengajaknya berduel seperti orang kerasukan.

Hinata terdiam sambil menangis, di depannya kedua orang itu tengah bertarung. mereka saling memukul dan menyayat satu sama lain.

Madara sudah hampir mencapai batasnya, tenaganya ia habiskan untuk menghajar kroco-kroco sebelumnya. dan itu membuat dirinya sedikit kewalahan menghadapi Yahiko yang menyerangnya dengan membabi-buta.

"Dad! Hati-hati!"
Teriak Hinata, ia cemas tentu saja. Madara adalah orang yang Hinata sayangi sekaligus ia percaya. dan setelah melihat semua ini, bagaimana pria itu mencoba untuk menyelamatkannya seorang diri. Hinata benar-benar tersentuh untuk kesekian kali nya.

"Arggh!"

Madara terkena tusukan di perut bagian kiri. ia memegang bekas luka yang kini tengah mengeluarkan darah segar.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang