VII

923 135 13
                                    

Enjoy!

Madara tersenyum tipis saat melihat Hinata berjalan menuju ke arahnya. Gadis itu baru saja pulang sekolah, dan tanpa segan ia menghampiri Madara ke ruang kerja milik pria itu.

Sebelah alisnya tertarik keatas, Madara merasa aneh dengan ekspresi wajah Hinata yang nampak tidak biasa.

"Sayang, ada apa?"
Tanya Madara dengan sebelah tangan yang hendak menyambut tubuh sang jelita. Hinata yang sudah murka sejak tadi langsung saja melemparkan beberapa kertas dokumen tentang siapa dirinya yang sebenarnya tepat didepan wajah Madara.

Madara terkejut luar biasa, tubuhnya mematung seketika sesaat lembaran kertas tersebut menampar wajahnya.
Ia mengepalkan kedua tangannya, hendak marah namun ia tahan karena sadar bahwa yang melakukan semua itu adalah kesayangannya sendiri.

"Kenapa Daddy berbohong padaku?"
Tembak Hinata dengan pertanyaan yang mampu membuat Madara terdiam di tempat.

"Aku bukan putrimu, benar?"
Tanya gadis itu lagi dengan raut wajah yang benar-benar marah.

Wajahnya kini sudah memerah akibat menahan rasa marah sejak tadi. dan untuk pertama kali dirinya berani meluapkan kemarahannya di depan Madara langsung. Pria yang telah membohongi dirinya sekaligus yang ia hormati selama ini.

"Hyuuga, Aku Hyuuga Hinata, bukan Uchiha Hinata!"
Teriaknya berhasil membuat keterpakuan Madara pecah seketika.

Pria itu tersentak dan mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya kembali. ia kemudian berjongkok dan memunguti lembaran kertas yang tadi Hinata lemparkan padanya.

Ia membaca tiap kata yang ada di lembaran tersebut, dan seketika amarahnya memuncak saat tahu siapa bajingan yang telah mengirimkan semua itu pada Hinata.
Diremasnya kertas-kertas itu lalu ia buang ke sembarang arah.

Hinata berjongkok tepat di bawah kaki Madara, gadis itu menangis dan menyembunyikan wajah di balik telapak tangan mungil miliknya.

"Hinata, apa semua itu penting sekarang ini?"
Madara ikut berjongkok dan memegangi kedua bahu Hinata yang bergetar hebat.

"Aku menyayangimu, sangat. Apakah semua itu tidak cukup bagimu?"
Ia bertanya dengan suara yang teramat pelan, hatinya ikut teriris melihat Hinata dalam keadaan terpuruk seperti saat ini.

Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan, ia menatap Madara dengan nanar. "Tapi kenapa harus menyembunyikan semua ini?"

"Dimana orang tua kandungku saat ini, Dad?"

Madara menghela nafas pelan, otaknya dipaksa bekerja untuk mencari alasan logis yang bisa ia berikan pada Hinata. alasan dengan sebuah kebohongan di dalamnya yang mampu membuat Hinata tetap berada di sisinya.
Pria itu mengangkat tubuh Hinata tanpa beban, ia mendudukkan gadis itu di atas sofa hitam miliknya.

"Aku masih marah padamu. jangan bertingkah seolah-olah diantara kita sedang baik-baik saja!"
Hinata memperingatkan itu pada Madara saat pria itu hendak memeluk  dirinya. Madara tidak mengindahkan peringatan dari gadis itu, ia memilih diam dan berusaha bersikap setenang mungkin.

"Jadi, Dimana orang tuaku?"
Tanya gadis itu lagi.

"Orang tuamu berada di Neraka saat ini."

"DADDY!"
Bentak Hinata tanpa rasa takut, ia menatap nyalang sosok pria yang telah hidup bersamanya hingga belasan tahun.

Madara tertawa pelan, ia menatap Hinata tidak kalah culas. Tatapan yang baru pertama kali ia perlihatkan pada gadis kecilnya.

"Benar, sayang. Orang tua yang telah tega membuang putri kandungnya sendiri memang sudah sepantasnya tinggal di Neraka."

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang