II

1.1K 160 49
                                    


Cipratan darah tersebar di mana-mana, noda merah pekat itu begitu cantik di indera penglihatannya. aroma besi berkarat yang menusuk penciumannya pun sama sekali tidak ia hiraukan.

Derap langkah kakinya terdengar dalam ruangan besar tanpa nyawa ini. beberapa manusia tergeletak di lantai dengan tubuhnya yang tercabik-cabik. pria itu menginjak beberapa diantara mereka, kedua matanya yang tajam menatap pada satu-satunya objek kecil yang masih tertidur pulas di ranjang bayi.

Ia mengangkat bayi itu, menatapnya datar dan tanpa minat.

"Ja-jangan"
Suara lemah di belakangnya menyadarkan dirinya. ia pun berbalik dengan bayi kecil dalam gendongannya.

Seorang pria muda bertubuh gempal terduduk di atas dinginnya lantai. menatap nanar pada bayi kecilnya yang kini tengah dalam cengkraman sang iblis.

"Madara"

Lelaki muda dengan nama Uchiha Madara itu menatapnya datar, ia cukup puas melihat keadaan sang korban yang sedang menunggu ajal datang menjemput itu merana.

"Jangan anakku! Kumohon!"

Bugh!

Seseorang di sampingnya memukul tubuh pria malang tersebut.
Lelaki bernama Hyuuga Hiashi itu kembali ambruk, namun ia tetap gigih merangkak demi mencapai kaki Uchiha Madara.

Tiba-tiba bayi itu menangis, Madara menatapnya datar. iris abu-abu jernih sang bayi menatap wajah pria yang tidak ia kenali. matanya begitu bulat seperti boneka.

Madara mengarahkan moncong pistolnya pada wajah bayi tersebut, ia hanya menodongkan tidak berniat menarik pelatuknya sama sskali.

"Tolong! Lepaskan Hinata"

Madara menatap ke bawah di mana Hiashi tengah mengiba kepadanya dengan berurai air mata.

"Setelah semua penghianatanmu padaku, kau masih berani meminta?"
Ia menendang tubuh Hiashi cukup keras.

"Bayi ini tidak ada harganya bagiku! tidak atas semua rasa kecewaku!"
Madara berucap dengan keras, pria itu hendak melempar sang bayi namun jemari mungil bayi tersebut menggenggam dasinya. hal itu membuatnya tertegun, ada gelenyar asing yang menyelinap masuk relung hatinya saat bayi itu menatapnya dengan mata bulatnya yang cantik.

Hiashi terbatuk memuntahkan darah, namun pria itu masih bersusah payah untuk tetap berbicara pada Madara.

"Tolong, ja-jangan bunuh Hinata"


Kedua kelopak matanya terbuka secara paksa, dengan nafas yang tidak beraturan. Madara terbangun dari mimpi yang menampilkan hampir separuh kejadian di masa lalu.

Ia menyeka keringatnya lalu meraih gelas di atas nakas samping tempat tidurnya. meminumnya dalam satu kali tegukan.

Dirinya terdiam beberapa saat, ia tidak pernah memimpikan ini sebelumnya. namun entah kenapa dengan tiba-tiba kejadian itu hadir menjadi bunga tidur untuknya.

Madara melirik jam di atas nakas, dan jarum pendeknya menyentuh angka dua dini hari. ia mengacak surainya dengan frustasi, jika seperti ini sudah bisa dipastikan bahwa ia akan kesulitan untuk tidur kembali.

Ia kemudian memilih berdiri dan melangkah keluar kamar, tujuannya saat ini adalah kamar milik Hinata.
di saat seperti ini ia hanya perlu menatap wajah damai milik gadis itu yang selalu bisa menenangkan kegelisahan hatinya.

Saat ini dirinya sudah sampai di depan pintu kamar Hinata, ia memutar gagang pintu yang ternyata dikunci.
ia menghela nafas dan kembali menuju kamar miliknya untuk mengambil kunci cadangan milik kamar Hinata.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang