Viori mengangkat dan mengamati cincin itu dibawah sinar matahari yang masuk lewat jendela, cahaya itu sudah hampir hilang karena waktu sudah sangat sore tapi ia masih bisa melihat lekukan-lekukan pahatan halus yang sangat detail dibubuhkan diatas cincin itu.
"Ini stampel lilin." Viori pernah melihat hal seperti ini di kehidupan sebelumnya. Lilin berwarna-warni dilelehkan dengan api, dituangkan ke atas kertas -biasanya untuk menutup amplop dan distampel dengan sebuah stampel besi yang akan membentuk lambang atau huruf saat lilin itu mendingin. Viori tidak begitu memikirkan kegunaannya, ia hanya senang karena cincin itu terlihat cantik dan sederhana, tidak mencolok seperti perhiasannya yang lain. Cincin itu sangat pas dikenakan di jari telunjuknya, entah karena sudah terlanjur menyukainya, tapi Viori merasa bahwa warna kilap emas dari cincin itu seolah-olah memantulkan warna gaunnya dan terlihat menyatu.
Viori berekspektasi suhu ruangan itu akan turun dan mendingin seiring dengan hilangnya cahaya sore, tapi ternyata perpustakaan itu tetap terasa... tepat. Tidak dingin sehingga membuat merinding, tetapi juga tidak hangat sampai berkeringat, suhu seperti ini bisa membuat siapapun yang membaca buku melupakan waktu dan melewatinya, apalagi jika semua jendela tertutup.
Gelap yang sudah muncul membuat cahaya kekuningan dari lampu gantung makin mencolok, menyadarkan Viori bahwa hari sudah hampir usai, ia harus bergegas kembali untuk makan malam bersama Lucius dan Mikhail. Ia tak melupakan kertas berisikan tulisan Lucius, ia melipatnya menjadi dua lalu memasukannya bersama dengan kotak cincin dan kotak kayu yang berisikan petunjuk pertama. Kantung gaun kecilnya berisikan berbagai hadiah-hadiah kecil dari Lucius, membuat kantongnya menggelembung seperti anak kecil yang baru saja mencuri permen.
Rena dengan cepat mengikuti langkah Viori kembali ke ruangannya untuk membantunya mengganti gaun dan merapikan rambutnya. Sesampainya di kamar, Viori segera mengosongkan isi kantongnya dan memastikan tidak ada satupun hal tertinggal, ia tidak ingin hadiah dari Lucius sampai hilang atau tercuci dengan gaunnya.
Rena menolak untuk merapihkan rambut Viori seadanya, berkali-kali ia harus menarik kembali Viori supaya diam terduduk dan membiarkan Rena menyisiri rambutnya dengan berbagai jenis sisir yang makin lama makin halus. Butiran-butiran parfum berterbangan dan menempel di seluruh gaun Viori. Rambutnya digerai supaya terlihat santai -Viori tidak merasa santai sama sekali, rambutnya banyak tertarik dan terjepit karena hiasan rambutnya yang sebelumnya.
"Aku lapar." Viori mengerucutkan bibirnya sambil menatap Rena dari cermin, mencoba meyakinkan Rena bahwa makan malam jauh lebih penting daripada rambutnya.
"Duchess harus terlihat rapih! Saya membiarkan Duchess berkeliaran biasanya karena Duke terlihat tidak masalah dengan hal itu, tetapi sekarang kita sedang kedatangan tamu dari kerajaan lain."
Viori berakhir terlambat datang ke ruang makan, Mikhail dan Lucius sekali berbincang dengan suasana yang agak menegangkan.
"Maafkan keterlambatan saya, lagi..." Viori menunduk dan memainkan rambutnya sedikit malu, rasanya tiap kali ia masuk ruang makan, semua tatapan beralih kepadanya karena ia selalu terlambat.
"Adakah sesuatu yang saya lewatkan?" Viori menggeser ujung-ujung gaunnya yang menyeret di lantai.
"Kami hanya sedang membahas mengenai pesta berburu yang kebetulan akan dilaksanakan beberapa hari lagi."
"Beberapa... hari?" Viori reflek menengok ke arah Reinhard seolah meminta penjelasan kenapa ia tak pernah mendengar bahkan sedikitpun mengenai hal ini.
"Uh, Duke tidak pernah bersedia mengikuti pesta berburu sebelumnya." Reinhard yang berdiri di belakang Lucius sedikit melangkah ke arah kursi Viori dan menunduk sambil berbisik, memastikan dirinya tidak menganggu perbincangan Lucius dan Mikhail.
"Kau ingin berpartisipasi di pesta berburu?"
"Pangeran Mikhail mengundangku dengan tawaran yang menarik."
Viori menengok ke arah Mikhail dan Lucius bolak-balik menunggu penjelasan.
"Saya tertarik dengan pesta berburu Kerajaan Heliose, jadi saya berkenan berpartisipasi, saya menawarkan Duke untuk juga berpartisipasi agar kami bisa membandingkan keahlian dan saling memperbaiki kekurangan."
"Pangeran Mikhail mengajakku berlomba." Lucius tanpa basa-basi dan kata-kata yang memperhalus.
"Apa yang kalian dapatkan?" Sedikit rasa kepercayaan diri membuat Viori berekspektasi hadiah dari perlombaan ini akan ada hubungannya dengannya.
"Pedang." Lucius dan Mikhail menjawab bersamaan.
"Ah." Viori mengangguk pelan, sedikit kecewa tapi tidak kaget mengingat Lucius maniak pedang -walaupun bukan pembunuh berdarah dingin, tapi ia tetap menyenangi pedang dan aktivitas ksatria.
"Saya yakin tidak mungkin pedang biasa, kan?"
"Pedang Ascalon." mata Lucius terlihat serius -atau mungkin mengantuk karena kelopak matanya agak turun.
"Pedang yang mitosnya ditempa dengan api naga, dilengkapi dengan gagang berlapiskan sisik naga dan katanya konon bisa membelah kontinen." mata Mikhail justru berbinar semangat, ia terlihat siap menjelaskan dan mendongengkan asal-usul pedang itu kalau perlu.
"Terdengar menarik. Pedang ini akan menjadi hadiah dari pesta berburu itu?"
"Ya, dan saya yakin kalau saya dan Duke berpartisipasi, hanya kami berdua yang punya kemungkinan memenangkannya."
"Menarik juga." gumam Viori. Ia bertopang dagu sambil berpikir. 'Pedang Ascalon yang diingatnya sesuai alur cerita tidak dimenangkan oleh siapapun dan nanti akan diberikan kepada Lucius sebagai hadiah kontribusinya menyelesaikan permasalahan perang di masa depan, jadi kurasa di pesta perburuan ini akan dimenangkan Lucius, tidak masalah.'
"Saya setuju, berarti nanti saya harus ikut untuk mendukung Lucius, kan?" Maksud Viori adalah mendukung Lucius secara formal, dan partisipasi Viori juga dapat dihitung sebagai aktivitas pergaulan kelas atas.
"Ehem, betul. Dan kau juga harus menyulam sapu tangan untukku."
"....." Viori memandangi pantulannya di permukaan teh yang sudah dingin.
Mikhail menaikan satu alisnya.
"Saya tidak usah ikut, deh." Viori menyeringai tipis, kepalanya sudah pusing membayangkan harus menyulam sapu tangan untuk Lucius yang paling tenar dan paling diperhatikan seluruh orang.
'Bagaimana kalau nanti sulamanku jelek? Atau bagaimana kalau sulamanku tidak selesai tepat waktu? Atau temanya tidak tepat? Warnanya terlalu mencolok? Kalau tidak cocok dengan warna busana berburu Lucius?'
Lucius hanya menggeleng sambil menghindari tatapan memelas Viori.
"Ha.rus." Lucius menyeka sudut bibirnya dengan sapu tangan tak berapa lama para pelayan dengan kompak mengeluarkan hidangan penutup.
"Kalau begitu apakah saya boleh mendapat sapu tangan juga?"
"Tidak!" Viori dan Lucius serentak menyaut.
'Satu sapu tangan saja sudah beban moral dan fisik, apalagi aku harus menyulam untuk pangeran kerajaan tetangga? Mau mempermalukanku sampai kontinen sebelah?'
"Saya rasa kurang pantas untuk istri saya menyulam sapu tangan untuk pangeran. Bukankah pesta berburu ini menjadi kesempatan yang tepat untuk pangeran mencari... calon istri?"
Kata-kata Lucius seperti menanamkan sebuah ide di benak Viori. Ide cemerlang yang rasanya tidak hanya akan membuka jalan yang bahagia tapi juga masa depan yang cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need to Escape from The Duke!
RomanceSaat terbangun dari mimpi yang menyesakan, Celestine terbangun di ruangan yang familiar, tapi ruangan ini seharusnya tidak ada di dunia nyata. Gawat! Ternyata ia masuk ke dunia webtoon yang pernah dibacanya dulu, masalahnya ia menjadi karakter yang...