Istana Altair sore itu tenang, terasa kelewat tenang malahan. Untuk sejenak sepertinya Viori lupa dengan kedatangan Mikhail, sampai ia melihat karpet merah marun yang masih digelar sepanjang lorong istana, membuat cahaya sore itu terlihat lebih gelap dari biasanya. Viori masih tidak punya rencana dengan kedatangan Mikhail, walaupun Mikhail memberitahukan kedatangannya tapi ia tidak pernah dengan jelas menyebut kapan ia akan datang sehingga Viori hampir lupa dan kaget dengan kedatangannya.
"Rasanya tidak pantas kalau aku bergaul dengannya seperti... teman, jadi aku akan mengunjunginya sebagai Duchess." Rena ikut mengangguk menyetujui pemikiran Viori, ia juga berpikir sepertinya tidak baik jika Viori bergaul terlalu dekat dengam Mikhail, walaupun gosip mengenai perceraian mereka sudah hampir hilang karena kasus percobaan pembunuhan Lucius, sepertinya keadaan ini terlalu beresiko untuk dianggap enteng.
Bayang-bayang ksatria bawahan Sieghart yang berlari membawa koran dengan headline perceraiannya dengan Lucius membuat Viori merasa ingat akan suatu yang terlupakan diantara kegaduhan dan kesibukannya menyelamatkan Lucius.
"Perpustakaan!" Viori menengok ke arah Rena yang ada di belakangnya yang sedang membantunya menutup gaunnya.
"Perpustakaan? Ah! Perpustakaan yang dihadiahi untuk Duchess!" sepertinya pikiran mereka sudah satu frekuensi.
"Sepertinya aku akan mengecek perpustakaan itu dulu." Viori padahal punya banyak buku yang ingin ia cari di perpustakaan yang katanya lebih lengkap daripada perpustakaan Emperor itu.
"Kunci, kunci, kunci...." laci kamarnya dipenuhi barang campur aduk yang tidak pernah sempat ia bereskan karena seluruh kejadian menyelamatkan Lucius yang membuatnya sakit terus menerus. Diantara sapu tangan yang belum selesai ia sulam, kotak hadiah dari Sieghart dan perintilan hadiah dari Mikhail seperti kertas surat dan tinta tulis, ia akhirnya menemukan kunci pintu perpustakaan yang dihadiahkan untuknya. Ia merasa sedikit menyesal karena menyimpan kunci itu dengan ceroboh sehingga bagian gagangnya sudah sedikit lecet walaupun ia belum pernah memakainya. Viori menggosok bagian gagangnya berupaya menghilangkan lecet-lecet itu dengan sarung tangan saat ia menyadari sebuah ukiran didalamnya. Ukiran itu sangat kecil sampai-sampai ia harus menggunakan kaca pembesar yang biasanya digunakan untuk melihat peta.
L&V.
Yang pertama kali muncul dipikirannya justru merk pakaian. 'Ah, kurasa maksudnya, Lucius dan Viori?' ia menggumamkan hal itu sambil menyipitkan matanya, berusaha melihat lebih jelas barangkali matanya menipunya.
Viori tiba-tiba merasakan sentakan kegirangan seperti anak kecil yang akan membuka hadiah ulang tahun, ia berjalan cepat sambil menenteng kunci di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menarik gaunnya supaya tidak menghalangi langkahnya.
Jika Istana Sirius adalah tempat untuk mengurus pekerjaan formal dan urusan kenegaraan, Istana Altair adalah tempat untuk menyambut tamu, mengadakan pesta dan membangun koneksi antara para bangsawan kelas atas, maka dari itu Istana Altair dipenuhi dengan ruangan yang berfungsi untuk hiburan dan aktivitas bangsawan seperti rumah kaca untuk minum teh, ruang melukis -atau untuk dilukis potretnya, ruang bermain kartu bridge dan bergosip, dan tentu saja dilengkapi dengan perpustakaan yang biasanya hanya digunakan untuk memamerkan kekuatan uang dan kekuasaan untuk mendapatkan buku-buku langka dari berbagai kontinen.
Viori berharap bahwa perpustakaan ini tidak seperti perpustakaan yang biasanya, ia berharap Lucius benar-benar memperhatikan buku-buku yang dikoleksi di perpustakaan itu. Walaupun berada di ujung lorong sayap kiri Istana Altair yang sangat jarang didatangi orang, lantai dan setiap jendelanya sangat bersih dan tak sedikitpun debu terlihat. Dari kaca-kaca jendela yang mengkilap masuk cahaya matahari sore oren terang yang terpantulkan di gagang pintu perpustakaan yang berbahan emas gelap. Pemandangan itu rasanya membuat hati Viori merasa penuh, memikirkan bahwa Lucius memikirkan penempatan perpustakaan yang akan diberikan kepadanya.
'Dipenuhi sinar matahari dan jarang didatangi orang, sempurna untuk membaca buku sendirian.'
Viori memasukan kunci yang digeganggamnya, dan memutar kenop pintu itu. Sedikit terdengar suara engsel pintu itu terseret karena tidak pernah dibuka selain pertama kali Lucius masuk untuk mengeceknya.
Hal yang pertama Viori lihat adalah jajaran jendela-jendela yang tingginya menyentuh langit-langit perpustakaan, dengan tira-tirai warna hijau gelap dengan tali kepang emas untuk menutupnya. Di pojok matanya ia bisa melihat tangga yang menuntunnya ke lantai kedua dengan balkon terbuka di kedua sisi perpustakaan. Rak buku dengan kayu mahoni coklat gelap penuh berisikan buku tanpa celah. Viori masuk mendekat sedangkan Rena menunggunya di pintu yang masih terbuka.
Di kehidupan sebelumnya Viori -atau Celestine tidak pernah punya waktu untuk mengunjungi perpustakaan, ia tidak pernah punya alasan juga. Selain karena menghabiskan sisa waktunya seharian untuk bekerja paruh waktu, ia juga tidak pernah punya opsi untuk kuliah sehingga ia tidak pernah menyisihkan waktu untuk belajar. Perpustakaan besar yang ada di kotanya juga membutuhkan kartu member yang harus dibayar pertahun sehingga Celestine bahkan tidak pernah berpikir untuk mendatangi perpustakaan. Walaupun membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang disenangi, ia hanya bisa membaca buku-buku yang ia miliki dan beberapa buku digital bajakan dengan kualitas rendah.
Perpustakaan ini terasa seperti Viori masuk kedalam dunia yang berbeda, walaupun sinar matahari memenuhi ruangan itu, tapi suhu ruangan itu tidak terasa panas atau gerah sama sekali, walaupun buku-buku itu dilapisi dengan kulit hewan yang diwarna hijau dan merah gelap, tapi buku-buku itu tidak berbau bahan kimia aneh yang biasanya tercium dari bahan kulit baru.
Terdekat dari tempat ia berdiri, Viori melihat sepasang meja panjang kayu dengan 6 kursi yang berjajar saling bersebrangan. Meja kayu itu diamplas sampai mengkilap dengan tekstur kayu yang melingkari sampai ke ujung-ujungnya. Kursi-kursinya dilapisi dengan bantal berkain bludru warna biru yang diisi busa tebal. Viori mendekati meja yang berada di kanannya saat ia menyadari sebuah kotak kecil berengsel warna hitam dengan ukiran yang diwarna emas. Didalamnya terlihat beberapa lembar surat yang dilipat sampai agak kecil.
'Kalau kau membaca surat ini, kuharap kau menyukai perpustakaan yang kusiapkan.'
Tulisan tangan itu jelas sangat khas, Lucius dengan pena tinta merah gelapnya yang biasa ia gunakan untuk menandatangani surat formal.
'Aku meninggalkan sedikit kejutan didalam perpustakaan dalam bentuk petunjuk yang akan menuntunmu ke hadiah lain.'
Dahi Viori agak berkerut, ia tidak pernah membayangkan Lucius bisa terpikirkan untuk membuat kejutan misteri dan menghadiahinya untuk Viori.
'Petunjuk pertama,
Diantara tangga ganjil yang memandang mekar bunga, aku menemukan warna para bangsawan.'Tangga yang berada dikiri menghadap ke arah air mancur kecil, sedangkan tangga yang berada dikanan menghadap ke sebuah pohon. Viori berlari kecil ke tangga kanan tanpa melepas pandangannya ke arah pohon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need to Escape from The Duke!
Roman d'amourSaat terbangun dari mimpi yang menyesakan, Celestine terbangun di ruangan yang familiar, tapi ruangan ini seharusnya tidak ada di dunia nyata. Gawat! Ternyata ia masuk ke dunia webtoon yang pernah dibacanya dulu, masalahnya ia menjadi karakter yang...