Chapter 53

783 96 2
                                    

Di lain pihak, Viori menghabiskan hari itu tanpa banyak pikiran. Sepertinya ia bersantai sedikit terlalu jauh dan sekarang malas untuk kembali ke situasi yang mengharuskannya selalu siap siaga dan berpikir mengenai langkah selanjutnya. Berusaha tidak lengah diantara perkumpulan para bangsawan yang selalu mencari kekurangannya, menunggu Mathilda melakukan sesuatu yang membahayakan nyawa Viori, dan dihantuin ketakutan akan efek samping yang timbul karena ia merubah plot asli. 

Ia datang kembali ke ruang kerja Lucius untuk menerima hadiah yang dijanjikan kepadanya saat makan malam kemarin. Viori merasakan langkahnya ringan karena tidurnya yang sangat nyenyak semalam, jalannya ke Istana Sirius tidak terasa lama seperti biaasanya. Lucius masih dikelilingi dengan tumpukan dokumen yang sepertinya tidak akan berkurang sebanyak apapun yang sudah dibaca dan ditandatangani. 

"Kulihat kau menyukai cuaca hari ini." Lucius menengok sejenak dari dokumen di mejanya. 

Viori berjalan hampir sambil melompat-lompat kecil, gaun musim panasnya ikut turun naik dengan setiap langkahnya. Setelah pesta berburu, musim panas sudah hampir berada di puncaknya sehingga seluruh isi lemari Viori ditukar dengan gaun-gaun musim panas dengan bahan tipis yang tidak gerah. 

"Aku juga senang karena kau bilang akan memberikanku hadiah." Hadiah terakhir yang diterima Viori adalah sebuah perpustakaan yang dilengkapi pengatur suhu yang sudah disihir sehingga suhunya selalu stabil dan nyaman, perpustakaan itu sudah menjadi tempat persembunyian favorit Viori saat ia ingin menghindari kedatangan bangsawan-bangsawan yang mencoba mendekatinya entah dengan niat baik atau buruk. 

Lucius mendorong mundur kursi yang didudukinya, lalu dengan perlahan menyenggol sesuatu di yang bersandar di kaki kirinya. Terdengar suara gesekan dengan meja kayu dan karpet, lalu Viori melihat seikat bulu mencuat dari kaki kiri Lucius. Secara perlahan bulu-bulu putih itu membentuk sesuatu, kemoceng putih dengan tali bulu di ujungnya.....

"Rubah!?" Viori lebih kaget karena Lucius membiarkan seekor hewan di ruang kerjanya dibanding memikirkan kenapa Lucius menghadiahinya seekor rubah putih. Ruang kerja Lucius selalu ditata rapih dan bersih walaupun tumpukan dokumen seringkali menggunung sampai tidak kelihatan dasarnya, tetapi membiarkan hewan bermain di ruang kerjanya dan membahayakan merusak dokumen-dokumen penting sangatlah tidak biasa untuk Lucius. 

Viori menatap rubah putih dan Lucius bolak-balik. Matanya seolah-olah masih tidak percaya ia melihat seekor hewan dan Lucius di satu frame yang sama. 

"Kenapa? Bukannya kau suka hewan-hewan yang..." tangannya memberikan gestur seolah-olah sedang bermain dengan boneka dan menggerakannya ke kiri kanan. "-menggemaskan?"

"Aku hanya kaget kau membiarkan hewan yang kutebak hewan liar masuk ke ruang kerjamu." Viori berjongkok dan rubah itu dengan perlahan mendekatinya. Matanya siaga dan kepalanya tertunduk tetapi dengan pasti ia mulai mengendus tangan Viori. 

"Rubah itu incaran Androry, kalau kubiarkan keluar bisa-bisa gosipnya bocor dan ia merampasnya dariku." 

Viori dengan cepat berdiri sehingga rubah itu kaget dan mundur menjauh. "Rubah ini incaran Emperor dan kau menyembunyikannya disini!?" 

"Kau suka hal yang menggemaskan, kan?" 

Viori menggelengkan kepalanya, "Tapi kan tidak perlu hewan peliharaan yang diincar Emperor, rubah atau anjing biasa juga cukup." 

"Omong kosong, aku bisa memberikanmu hewan paling langka sekalipun untuk dipelihara." 

'Lucius sepertinya tidak menangkap maksudku, tapi aku terlalu malas untuk mendebatnya.' Viori segera menutup mulutnya dan sekarang kembali berjongkok, berusaha mengembalikan kepercayaan rubah itu supaya mendekat. 

I Need to Escape from The Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang