Menghentikanmu

176 34 21
                                    

Jangan lupa vote, comment dan share yaa

Typo bertebaran. Maklum, Author ngetik sambil rebahan.

(Cash ada di desc)

Selamat membaca. !!

.
.
.
.

Maiden membasuh wajahnya di toilet rumah sakit.
Ia sekarang sedang dilanda perasaan aneh. Ia takut, ia ingin pergi dan berharap tidak pernah terlibat lagi dengan Reygan. Tapi entah kenapa dia ia juga tertarik dengan lelaki itu.

Mungkin sekarang semata-mata karna sosok yang begitu membuatnya terkejut berkali-kali itu, membuatnya merinding dan penasaran sekaligus.

Maiden baru saja menengok ke kamar rawat dari salah seorang gadis yang ternyata kakak kelasnya itu. Atau anggap saja, korban Reygan tadi malam yang kotak musiknya dia curi.

Sesuai dugaan Maiden.

Gadis itu tentu salah satu pembully Reygan.

Sangat kentara dari ucapan-ucapan lelaki dengan aura gelap itu. Yang mempertegas memang tujuannya untuk datang kembali ke sekolah, ke kehidupannya yang penuh kenangan suramnya adalah membalas perlakuan tidak menyenangkan yang ia terima beberapa waktu lalu.



Maiden bingung antara untuk menaruh simpati atau malah menjauhi.
Untuk Maiden sendiri, ia merasa apapun yang dilakukan oleh lelaki itu sekarang, hanya wujud replikasi dari sifat sifat yang pernah dia terima. Lingkungannya yang kelamlah yang membuatnya menjadi lelaki seperti yang sekarang.

Tapi Maiden juga takut.


"Apa yang kau lakukan dengan menatap wajah tampanmu sendiri seperti itu ?"

Maiden lagi-lagi terperanjat dengan kehadiran Reygan. lelaki itu tepat berdiri di belakangnya.

"Ku rasa aku harus mulai terbiasa dengan Hyung yang datang tiba-tiba."
Ucap Maiden menatap sosok pria itu dari pantulan cermin.

Sebuah perubahan aura dirasakan Maiden meskipun tidak ada perubahan sudut di bibir lelaki itu. Tapi Reygan terlihat sedikit senang.


"Aku lebih suka saat kau takut denganku. Itu menggemaskan." Ucap Reygan keluar dari dalam toilet ketika seseorang masuk.

Maiden mengatur nafasnya setelah bayangan kelebat seorang gadis terbaring dibangsalnya beberapa waktu lalu dengan kepala di perban meMenuhi otaknya sesaat.



...




Maiden berjalan menyusuri simpang menuju gang rumahnya. Tapi dia tidak sendiri. Ia bersama Reygan tentu saja.

Perasaan takut menyeruak saat gang sempit dan sepi itu tidak dilengkapi dengan penerangan yang memadai. Ditambah lagi, karna jalan kompleks di depan yang ramai dan dipenuhi pedagang keliling, membuat area gang ini terkesan ditinggalkan. Benar-benar sepi.

Maiden membayangkan bagaimana jika tiba-tiba Reygan mengeluarkan pisau dari dalam hoodie nya.

"Tenanglah, aku tidak membawa pisau dalam hoodie-ku."


Maiden benar-benar harus terbiasa dengan detak jantungnya yang berubah dengan cepat karna Reygan.

Dan entah dapat keberanian dari mana, Maiden bergumam kecil seolah tidak berusaha menarik respon dari lawan bicaranya.



"Kau bahkan tidak membutuhkan pisau untuk membuat seseorang tuli beberapa bulan."

Hanya saja Reygan berhasil menangkap kalimat itu dalam pendengarannya.  Sebuah senyuman mengembang disana.


[FF] ICARUS •MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang