Eomma & Gelang

75 5 0
                                    

selamat membaca !


.

.

.

.

'Apa yang kau cari, dan apa yang ingin kau buktikan ?'

Kembali.

Kalimat pertanyaan dari Dr. Steven yang sebenarnya begitu mudah di jawab oleh anak kecil sekalipun, tapi Maiden bahkan seperti tidak memiliki silabel pasti yang akan dia kemukakan untuk menjadi jawabannya.


Mungkin yang dia cari adalah kebenaran. Tapi baginya, semua sudah benar. Sudah berjalan sesuai dengan porsinya.

Sudah jelas dia tau jika Reygan yang asli sudah meninggal. Dia tau jika Reygan yang berhoodie hitam yang datang kesekolah untuk membalas dendam, hanyalah delusinya. Dia juga tau jika Rey, adalah sosok baru yang nyata dan pasti yang baru menjadi temannya lusa lalu.

Tapi benarkah itu semua yang dia cari dan dia yakini ?

Ada sebuah batu besar yang mengganjal hatinya. Bahkan ia tidak dapat menyebutkan apa yang menurutnya rancu disana.

'Kenapa aku ragu?'

Kepalanya dibanjiri dengan fikiran-fikiran yang seharusnya ia hindari. Ya, dia bertekat sembuh. Ia mengikuti semua anjuran dan saran Dr. Steven. Semuanya. Tanpa terkecuali.

Tapi dalam perasaan penerimaan akan kenyataan dan bagaimana seharusnya ia bersikap, ia seolah berada di atas trambolin raksasa.

Ia tak dapat menapak dengan pasti diatasnya. Begitu banyak keraguan. Jika ia sedikit saja kehilangan keseimbangannya, aia akan terjatuh lalu terayun dengan sendirinya.

Kembali, ia mengusap kasar dahinya yang berkeringat. Entah karna cuaca yang akhir-akhir ini begitu panas, atau semua pikirannya yang berkecamuk sedari tadi, yang terus saja mengusiknya.

Dan sebelum ia kembali menjernihkan fikirannya, sebuah tepukan halus di pundaknya menyadarkannya tiba-tiba.

Eomma, berada di sana. Disebelah ranjangnya. Menatap dengan tatapan sendu yang menyakitkan.


Tak ada sepatah katapun keluar. Mungkin Eomma sibuk mengatur nafasnya sendiri, agar tangisnya tidak kembali pecah.

Menangis, mungkin adalah hal yang rutin Eomma lakukan sejak kejadian demi kejadian terjadi pada Maiden.

Bisa dibilang, sejak semua ini terungkap. Sejak diagnosa Dr. Steven merusak semua gelak tawa dan keharmonisan keluarga mereka.

Ingin bertanya, kenapa hal ini terjadi pada mereka, urung ia lakukan.

Eomma tau, menyalahkan tuhan saat ini hanyalah hal yang sia-sia. Eomma bahkan malu untuk berdoa pada tuhan atas kesembuhan putra bungsunya.

Eomma merasa hidup mereka sudah cukuo dengan segala kebahagiaan selama ini. ketentraman apa lagi yang tidak mereka rasakan selama hidup bersama di satu atap yang penuh dengan kehangatan ?

Lalu haruskah Eomma egois saat Tuhan memberikan ujian dengan penyakit Maiden lalu menyalahkan Tuhan ?

'Ini adalah dosaku'

Tekan Eomma selalu, di dalam hatinya. Berulang kali.


Entahlah. Eomma hanya bisa meratapinya. Tanpa bisa melakukan apa-apa. Egois memang jika malam-malamnya terlewat begitu saja hanya dengan sebuah isak tangisan tanpa butiran doa yang terlafalkan.

Namun kembali lagi, baginya, ini semua hanyalah sebuah bayaran atas seluruh kebahagiaan yang terlimpah dalam hidupnya.

Memiliki anak-anak yang akur di dalam satu rumah, memiliki kehidupan yang sukses dengan pekerjaan ataupun sekolahnya, gelak tawa di meja makan, keributan di pagi buta ulah si anak tengah dan bungsunya, Eomma rasa, itu setimpal dengan bayaran yang harus Eomma keluarkan.

[FF] ICARUS •MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang