4. Transmigrasi 2

222 7 0
                                    

Setelah mendapat izin dari dokter mereka bergantian masuk menjenguk Ansa dimulai dari Dara dan Rian.

"Hallo princess ayo bangun nak lihat grandpa disini, bukankah princess pernah bilang kalau grandpa pulang princess akan pukul grandpa ayo bangun sayang grandpa disini di sampingmu" lirih Rian dan masih didengar oleh Dara.

Cup

"Hai sayang! Mommy kangen sama kamu ayo bangun katanya kamu mau mommy buatkan bolu rainbow untuk ulang tahun mu".

"Sayang jangan lama-lama ya tidur nya mommy kangen sama suara Sasa" lirihnya "Bunda keluar dulu ya nanti bunda balik lagi kok, kamu jangan khawatir ada grandpa disini oke" lanjutnya lalu mencium kening Ansa.

Waktu terus berjalan tepatnya sekarang sudah enam bulan Ansa koma. Kata dokter jika sampai pagi Ansa tidak kunjung bangun maka dengan terpaksa semua alat penunjang hidupnya akan dilepas.

"Hai sayang betah banget sih tidurnya sampe gak mau bangun, apa kamu sedang bermimpi? Lalu apakah mimpimu lebih menarik dari pada mommy" ucapnya sambil menggenggam jemari Ansa "Sayang bangun yah mimpinya bisa dilanjut kapan-kapan lagi, kamu gak kangen sama momy?apa kamu gak mau peluk momy? Kam-" ucapan Dara terpotong.

"Mommy makan dulu yah gantian abang yang jaga adek" ucap Farel anak pertamanya.

"Saya tidak lapar lebih baik anda saja yang makan"

Jujur bukan jawaban itu yang Farel inginkan, jawaban itu membuat dia sakit sudah enam bulan lamanya mommy bersikap seolah mereka adalah orang asing yang tidak saling mengenal. Namun tidak hanya padanya tapi kepada dua adik nya twins pun diperlakukan layaknya orang asing.

"Mommy makan yah nanti kalau Sasa bangun terus liat mommy sakit pasti Sasa akan sedih" bujuk Farel.

"Huft, baik saya akan mencari makan tolong jaga anak saya dengan baik"

  Selang beberapa lama Farel beserta twins mendengar suara merintih.

Eunghh

"Ansa kamu mau apa?twins panggil dokter sekarang"

"A-air"

Dokter memasuki ruangan langsung menangani Ansa. Begitupun Dara setelah mendapat kabar bahwa anaknya telah sadar dia bergegas menuju ruangan Ansa setelah memberi kabar pada keluarganya.

"Kondisi pasien mulai membaik, kami akan segera memindahkannya keruang rawat"

"Terimakasih dokter"

Brakk

Suara dobrakan pintu mengalihkan atensi semua orang yang ada di dalam ruangan.

"Ansa kamu sudah sadar nak, kamu tau mommy sangat khawatir padamu. Apakah kamu menginginkan sesuatu?"

"K-kalian siapa." lirih Ansa

Degh

"Ansa jangan bercanda nak, mommy tau kamu pasti sedang bercanda."

Terkejut?tentu saja karena anak kesayangannya tidak mengenali sang mommy begitupun yang lain mematung didepan pintu masuk. Mereka harap Ansa hanya bercanda.

"Siapa kalian, apakah kita saling mengenal?"

"Mohon maaf nyonya sepertinya nona mengalami amnesia, karena benturan yang keras di kepala pasien."

Penjelasan tersebut membuat keluarga Ansa menahan tangis, ingin menentang kenyataan ini tapi tidak bisa. Sekarang mereka harus bisa menerima kenyataan yang ada mengenai Ansa, karena Ansa selamat saja sudah sangat bersyukur.

"Apakah itu bisa disembuhkan dokter?" Tanya Rian.

"Bisa asalkan jangan biarkan pasien memaksakan ingatan masa lalunya."

"Terimakasih dokter."

Aira pov

Eunghh

"Ansa kamu mau apa?twins panggil dokter sekarang"

"A-air"

Ada apa ini siapa mereka, mengapa seolah-olah mereka mengenalku dan apa tadi dia bilang Ansa siapa dia aku tidak mengenalnya.

"Kondisi pasien mulai membaik, kami akan segera memindahkannya keruang rawat"

"Terimakasih dokter"

Brakk

Suara dobrakan pintu mengalihkan atensi semua orang yang ada di dalam ruangan.

"Ansa kamu sudah sadar nak, kamu tau mommy sangat khawatir padamu. Apakah kamu menginginkan sesuatu nak?".

"K-kalian siapa" lirih Ansa.

"Ansa jangan bercanda nak, mommy tau kamu pasti sedang bercanda".

Jujur gua bingung siapa mereka. Ingin gua teriak kalau gua Aira bukan Ansa tapi apa boleh buat bicara saja susah apalagi teriak.

"Siapa kalian, apakah kita saling mengenal?".

"Mohon maaf nyonya sepertinya nona mengalami amnesia, karena benturan yang keras di kepala pasien".

'wah ni dokter sembarang bilang kalau gua amnesia jelas-jelas gua inget semua dasar dokter gadungan'.

Aakh kenapa ini rasanya sakit sekali sial!

Aira pov end

Argkhh

Sebuah rintihan mengalihkan atensi semua orang.
Ansa a.k.a Aira menjambak rambutnya sendiri sembari merintih. Mommy Ansa mencoba untuk melepaskan tangan anaknya dibantu Rian, setelah terlepas Ansa langsung dipeluk sang mommy. Hangat, nyaman itu yang dirasakan ditambah usapan lembut di kepala dengan suara lembut menenangkan dan sakit di kepalanya pun sedikit berkurang untuk sesaat rasa sakit itu kembali menyerang sehingga pandangannya memburam lalu kehilangan kesadaran.

"Ansa jawab mommy Ansa kenapa kamu diam nak?"

"Permisi biar saya periksa" ujar dokter "sepertinya pasien memaksakan ingatannya, sebaiknya kalian jangan mengungkit atau menanyakan apapun yang bersangkutan dengan kejadian yang menimpanya baik sebelum maupun sesudah, karena akan berakibat fatal" setelah menjelaskan dokterpun pamit pergi.


Hi👋
Selamat datang di chapter ini semoga suka dan sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Jangan lupa untuk vote and comment supa saya lebih semangat lagi dalam menulis cerita ini terimakasih.

Transmigration Of Anfaira Where stories live. Discover now