9. Murka

143 5 0
                                    

Ansa pov on

'buset setia amat mereka nungguin gua, nggak nyangka akting gua bagus juga cocok lah jadi pemain flm'

'gimana ya keadaan si safir sekarang masih hidup kah atau udah menyatu dengan tanah? Mari rebut kembali semua yang harusnya jadi milikmu Ansa!'

Ngomong-ngomong gua jahat nggak sih bohongin mereka dengan pura-pura masih pingsan? Bodo amat dah mending gua tidur aja biar dikiranya masih pingsan jadi dosa gua nggak banyak bngt karena boongin orang.

Ansa pov end

_______________________________________________________

Malam telah berlalu kini ruangan yang tadinya hening sudah mulai ramai karena banyak anggota keluarga yang datang menjenguk Ansa.

Mereka masih menunggu Ansa sadar karena sudah terhitung satu hari dia tidak sadarkan diri.
Tanpa mereka ketahui sebenarnya dia sudah sadar sejak semalam dan sekarang sedang tidur.

(Nii bilek : buset dah itu tidur apa simulasi mati)

"Apa yang sebenarnya terjadi kenapa princess sampai masuk rumah sakit?" tanya Grandpa.

"Kami tidak tahu Opa, awalnya semua baik-baik saja saat kami sedang makan di kantin tapi tak lama setelah anak baru itu datang bergabung di meja makan tiba-tiba Ansa menjerit ketakutan." terang Gaza.

Note : disini para Abangnya Ansa gatau muka Safira ya, karena pas di kantin nggak sempet liat muka dia tapi mereka tau kalau Safira itu anak haram dari Daddy nya.

"Memangnya siapa dia dan kenapa Ansa sampai seperti ini?" tanya Oma meminta penjelasan.

"Kalau tidak salah namanya Safira Blake dia murid pindahan dari Sanjaya School Oma dan untuk Ansa sendiri sepertinya dia memiliki trauma karena dilihat dari reaksi dia saat melihat murid baru Ansa langsung ketakutan." terang King.

Disini tidak hanya keluarga Xandara dan Sanjaya saja yang hadir tapi para sahabat Ansa dan Farel juga hadir untuk menjenguk Ansa.
Bahkan keluarga Alexander juga datang karena Bundanya King dan Mommy Ansa bersahabat.

"Bukankah dia anak haram dari Azril dan jalang sialan itu?" sinis Grandma.

"Sttt ingat di sini ada orang tua dari Azril bagaimanapun kita harus menjaga ucapan kita agar mereka tidak sakit hati." peringat Grandpa.

Sementara keluarga Sanjaya yang mendengarnya tidak marah justru mereka kecewa karena anaknya sudah menyakiti anak dari sahabatnya.

"Itu benar dan kami tidak marah bagaimanapun semuanya berawal dari Azril." ucap Oma Dira.

"Sudah itu kita bahas nanti sekarang yang terpenting adalah Ansa sembuh terlebih dahulu kalau perlu saya akan minta psikolog terbaik untuk Ansa agar kondisi mentalnya membaik." lerai Opa Dian.

(Sedikit penjelasan, jadi disini Ansa manggil orang tua dari ibunya itu Grandpa dan Grandma sedangkan sama orang tua dari ayahnya itu manggilnya Oma dan Opa begitupun dengan ketiga abangnya.)

Perlahan kedua bola mata Ansa terbuka dan hal itu menarik atensi semua orang yang ada di dalam ruangan.

"Sayang ada yang bisa mommy bantu? atau kamu mau apa bilang sama mommy."

Tidak ada jawaban hanya pandangan kosong yang terlihat dari kedua bola mata itu.
Tak lama kemudian dokter pun datang dan memeriksa keadaannya.

"Sepertinya pasien sudah mengingat sedikit memori yang sempat terlupakan dan itu yang menyebabkan pasien seperti ini." jelas dokter. "Sebelum saya terangkan lebih lanjut bolehkah saya bertanya?"

"Silahkan dokter."

"Apakah pasien pernah mengalami kejadian buruk yang mengakibatkan psikisnya sedikit terganggu?"

Mereka terdiam, tidak ada yang tahu karena selama ini mereka sibuk dengan dunianya masing-masing.
Sementara dokter yang melihat mereka terdiam hanya menghembuskan napas.

"Sepertinya ada sesuatu yang membuat pasien mengingat kejadian buruk yang pernah di alaminya sampai membuat psikisnya terganggu, saran saya sebaiknya kalian meminta psikolog untuk membantu pasien keluar dari bayang-bayang buruk itu." terang dokter lalu setelahnya pamit undur diri.

Setelah dokter pergi ruangan itu hening tidak ada yang berbicara mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing lalu mereka kompak melihat ke arah Ansa yang hanya berbaring dengan pandangan kosong.

Ansa pov on

Perlahan kedua bola mata Ansa terbuka dan hal itu menarik atensi semua orang yang ada di dalam ruangan.

"Sayang ada yang bisa mommy bantu? atau kamu mau apa bilang sama mommy."

Tidak ada jawaban hanya pandangan kosong yang terlihat dari kedua bola mata itu.
Tak lama kemudian dokter pun datang dan memeriksa keadaannya.

"Sepertinya pasien sudah mengingat sedikit memori yang sempat terlupakan dan itu yang menyebabkan pasien seperti ini." jelas dokter. "Sebelum saya terangkan lebih lanjut bolehkah saya bertanya?"

"Silahkan dokter."

"Apakah pasien pernah mengalami kejadian buruk yang mengakibatkan psikisnya sedikit terganggu?"

Mereka terdiam, tidak ada yang tahu karena selama ini mereka sibuk dengan dunianya masing-masing.
Sementara dokter yang melihat mereka terdiam hanya menghembuskan napas.

"Sepertinya ada sesuatu yang membuat pasien mengingat kejadian buruk yang pernah di alaminya sampai membuat psikisnya terganggu, saran saya sebaiknya kalian meminta psikolog untuk membantu pasien keluar dari bayang-bayang buruk itu." terang dokter lalu setelahnya pamit undur diri.

'Gila sih nggak nyangka kalau akting gua sebagus ini dan untung aja dokter itu bisa di ajak kompromi.'

'Kira-kira apa yang bakalan terjadi sama si Safir ya kedepannya apalagi kalau keburukan dia terungkap pasti bakalan seru sih.'

'Tapi nggak enak juga sih kalau tiap hari kerjaannya cuma baring di kasur tanpa kegiatan, ya gimana ya gua tuh anaknya gak bisa diem.' batinnya menjerit.

'Ini kalo anak-anak tau gua akting pasti langsung heboh si.'

'Jadi kangen gua sama mereka kira-kira gimana ya kabarnya apa mereka nangis tujuh hari tujuh malem gara-gara gua tinggal.'

'Buset dah gua ngantuk lagi ini tolong!"

Lalu Ansa kembali tidur setelah makan dan minum obat.

Ansa pov end.

"Ansa sudah tidur sebaiknya kita keluar biarkan dia istirahat dulu." saran Grandpa.

Kini mereka sudah berada di luar ruangan dan mereka memutus kan untuk pulang dan akan kembali sore harinya.

"Dara saya turut prihatin sama keadaan Ansa semoga dia cepat sembuh, saya harus pulang dulu karena ada urusan di luar kota mungkin setelah pulang dari sana saya akan menjenguk Ansa lagi." ucap Nyonya Alexander.

"Terimakasih sudah mau menjenguk Ansa dan terimakasih do'a nya."

Setelah kepergian keluarga Alexander para sahabat Ansa dan Farel pun pamit.

"Tante kami juga pamit pulang dulu sore nanti kami kesini lagi." ujar Kayla.

"Yasudah hati-hati dijalan."

Kini tinggal dua keluarga yang ada di sana dan mereka memutus kan untuk menunggu Ansa di dalam ruangan sambil membahas masalah yang Ansa alami.

Hai👋 maaf kalau kurang nyambung dan banyak typo.
Sebenernya sih mau Up kemaren² tapi pas buka draf cb nya ilang jadi harus buat lagi.

Semoga suka

Transmigration Of Anfaira Where stories live. Discover now