Chapter 2

995 100 3
                                    

Selamat membaca.

Sean mematung di tempat namun ia tetap bersikap santai, sebelumnya Sean sudah menduga tempat pertemuan yang di minta dalam pesan chat Dilraba yaitu lapangan basket terbengkalai yang sudah jarang sekali bahkan tidak pernah di kunjungi orang. ini pertama kalinya Sean mengiyakan permintaan tidak masuk akal itu. Sean hanya khawatir jika Dilraba dalam bahaya tapi kenyataan justru kebalikan dirinyalah yang dalam masalah besar.

 Sean hanya khawatir jika Dilraba dalam bahaya tapi kenyataan justru kebalikan dirinyalah yang dalam masalah besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga kakak ipar!" Celetuk Sean.

Yibo tengah bersendeh kepada motor besar miliknya dan dilraba di sampingnya kemudian beberapa anak buah dari Yibo mengawalnya.

"Hah?! Kau bilang apa?"

"Ah tidak-tidak aku hanya bercanda" Sean cengengesan menggaruk belakang kepala padahal tidak gatal.

"Cuih!" Yibo membuang air ludah ke sembarang arah, berjalan perlahan mendekati Sean yang jaraknya tidak begitu jauh.

"Apa kau sadar sedang berhubungan dengan siapa? Kenapa kau berani sekali mendekati adikku?!" Bentak Yibo telah berdiri di hadapan Sean.

'Bocah ini tidak begitu tinggi di banding denganku dan menurutku ia agak pendek tapi nyali nya seperti tiang listrik. Sean berkutat dalam hati memandangi pria lebih muda di hadapannya.

"Ya. Aku menyukai adikmu apa itu salah?" Dengan enteng Sean menjawab gertakan Yibo.

"Aku akan menghabisimu di sini!" Umpat Yibo hendak menarik kerah pakaian Sean.

"Dengar bocah! Wajahmu masih penuh hiasan ukiran yang ku buat dengan tinjuku, apa kau ingin terkapar seperti kemarin!" Tangan Sean menampik tangan Yibo yang hendak menarik kerah pakaiannya.

"Kau sendirian apa masih punya nyali hah?!"

"Bisakah kau berhenti berteriak, aku bisa menghabisi kalian sekaligus!" Jawab Sean melempar tatapan tajam ke Yibo.

Terlintas sebuah rencana di kepala Yibo ia memandangi Dilraba yang terlihat cemas membeku di tempat dan hanya menyaksikan.

"Baiklah, aku punya sebuah tawaran untukmu, tawaran ini cukup menguntungkan hubungan mu tapi juga kepentinganku." Yibo melemaskan nada bicaranya sembari memberikan senyum smirk.

Dilraba terkejut dengan apa yang ia dengar terlihat sedikit lega namun juga penasaran tidak biasanya Yibo melunak.

"Aku akan memberikan kesempatan hubungan mu dengan Dilraba tetapi kau harus menyerahkan hak wilayah itu padaku."

Tiba-tiba hening sesaat kemudian Sean tertawa renyah misterius.

"Aku takkan pernah menyerahkan wilayah itu pada siapapun! Meskipun hubunganku..." Sean menunjuk tepat ke arah Dilraba.

"Dan dia harus berakhir..."

Deg!

Bagai petir menyambar di siang bolong Dilraba membeku bukan main ada suara hati yang retak. Air mata yang sedari tadi sudah ia keluarkan kini merembas lebih banyak ia menutup mulut dengan kedua telapak tangan tak percaya dengan tutur kata Sean yang begitu gampang di ucapkan.

RIVAL ZERO(yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang