7. Ending Scene🌂

872 122 2
                                    

"WINTER!" teriak Rain dengan kencang, melihat tubuh Winter sudah tidak berdaya lagi di jalanan. Darah terus mengalir dari tubuhnya. Tetapi semua orang hanya sibuk melihatinya saja. Tanpa ada niatan membantu sama sekali. Rain yang tadi sempat di dorong oleh Winter, lalu segera berdiri dari jatuhnya, dan menghampiri Winter.

"CEPAT PANGGIL AMBULANCE!! KENAPA KALIAN HANYA MELIHATINNYA SAJA?!!" sudah habis kesabaran Rain. Kenapa semua orang mendadak jadi bodoh seperti ini? Sudah jelas-jelas Winter sedang membutuhkan pertolongan segera, tapi mereka hanya mengerubunginya saja. Apa mereka pikir Winter sedang melakukan sebuah pertunjukkan? Rain sampai tidak habis pikir.

"Winter bangun, gue mohon bangun" kepala Winter sudah berada di pangkuan Rain. Dan Rain masih terus mencoba membuat Winter membuka matanya. Seketika rasa takut dan khawatir menyelimutinya, saat Winter tidak kunjung juga membuka matanya.

Ketika ambulance sudah datang, Rain segera menyuruh petugas agar segera membawa Winter ke rumah sakit. Di dalam ambulance Rain terus saja menangis. Seharusnya ia yang sekarang berada di posisi Winter bukan Winter. Andai saja tadi ia tidak ceroboh, menyebrang tanpa melihat-lihat ke sekitarnya, tentu kejadiannya tidak akan seperti ini. Winter masih bersamanya.









'Kenapa tadi lo bodoh banget, ngapain lo nolongin gue? Harusnya tadi gue yang ketabrak bukan lo bodoh!'

'Kapan lo gak bersikap so jagoan? Lo itu sama kaya gue, manusia, tapi kenapa lo terus bersikap seakan-akan lo itu malaikat?!'

'Kenapa lo nolongin gue sih Win? Yang jelas-jelas bukan siapa-siapa lo!'

Winter sedang di tangani oleh dokter, dan Rain menunggunya di kursi tunggu sambil masih menyalahkan dirinya. Ia mengusap wajahnya kasar. Sekarang siapa yang harus ia kabari soal keadaan Winter? Ayahnya? Rain tidak yakin jika Key akan peduli dengan keadaan Winter. Yang ada Key akan menambah masalah nantinya. Jika ia beritahu tentang kecelakaan Winter. Pria itu hanya memanfaatkan anaknya saja selama ini. Dan tidak pantas di sebut seorang ayah. Tidak ada ayah yang setiap hari menyuruh anaknya yang masih remaja untuk bekerja. Tidak ada ayah yang memukuli anaknya seperti yang di lakukan Key selama ini pada Winter.

"Maaf dek, apa ada keluarga pasien di sini?" Rain di landa kebingungan, tidak tahu harus menjawab apa.

"Memangnya kenapa dok? Pasien baik-baik saja kan?" Rain panik, semoga saja Winter tidak mengalami hal serius.

"Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan keluarga pasien" ucap dokter.

"S-saya ke-kasihnya dok, dia udah gak punya keluarga lagi selain saya" entah dari mana ide bodoh itu muncul di pikiran Rain. Ketika sedang panik, orang-orang cenderung akan melakukan hal bodoh yang tidak biasanya mereka lakukan. Dan Rain termasuk orang-orang itu. Ia pintar, tapi ketika sedang panik, terkadang ia melakukan hal yang menurutnya tidak masuk akal. Dan biasanya setelah itu, ia akan malu sendiri.

Dokter yang tadi menangani Winter pun tersenyum, "Kalo begitu mari ikut saya" Rain mengikutinya dari belakang, sambil terus berdoa agar Winter baik-baik saja. Walau bagaimanapun ini kesalahannya. Ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Setelah sampai di ruangannya, dokter langsung menjelaskan pada Rain  keadaan Winter yang sebenarnya. Banyak istilah-istilah asing yang dokter itu ucapkan, namun Rain yang masih duduk di bangku SMA tentu tidak mengerti. Ia beberapa kali meminta dokter agar menjelaskannya ulang dan menyederhanakan perkataannya itu.

"Intinya pasien akan sulit untuk berjalan seperti semula lagi"

"Maksud dokter Winter lumpuh?" ingin menangis rasanya mendengar fakta yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali. Suara Rain bergetar. Jika saja di depannya tidak ada orang, mungkin ia sudah menangis histeris.

Dokter hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Rain. Ia turut berduka cita atas apa yang sudah di alami kekasih Rain. Di usianya yang masih terbilang sangat muda, dia harus menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa berjalan seperti dulu lagi.

"Dokter bohongkan? Gak mungkin Winter lumpuh dok!!" Rain sampai berdiri dan menggebrak meja dokternya. Alhasil papan nama yang ada di atas mejanya pun sampai terjatuh.

"Dokter Kim Taeyeon" Rain membaca papan nama dokter itu.

"Bukankah anda seoarang dokter? Dan dokter itu tugasnya menyembuhkan pasiennya. Dan saya minta anda sembuhkan Winter seperti semula lagi. Saya akan bayar berapa pun yang anda minta" jika tadi Rain masih bersikap sopan santun, sekarang tidak. Entah kemana perginya sopan santunnya itu.

Rain bukan orang pertama yang bersikap seperti ini padanya, jadi Taeyeon mencoba mengerti pasti sangat sulit untuk Rain menerima kenyataan bahwa kekasihnya tidak bisa berjalan lagi.

"Maaf, saya hanya dokter bukan Tuhan. Jika saya mampu, tanpa di minta pun saya akan menyembuhkan kekasihmu itu"

"Arghh sial!!" Rain pergi meninggalkan ruangan Taeyeon. Pikirannya sangat kacau sekarang. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Winter hanya punya ayahnya, tapi ayahnya tidak pernah memperdulikannya, saat tubuhnya masih sempurna saja Key selalu melakukan kekerasan pada Winter. Lalu bagaimaa sekarang jika dia tahu anaknya sudah tidak sempurna lagi? Rain tidak bisa membayangkan apa yang akan di lakukan Key pada Winter.

'Gue harus gimana?' hanya ada satu cara yang bisa Rain lakukan untuk menebus kesalahannya pada Winter. Dan ia akan lakukan itu. Ia lalu menghubungi seseorang dan mengajaknya untuk bertemu di cafe.

Winter belum siuman, jadi sepertinya tidak masalah jika ia meninggalkannya sebentar, setelah urusannya selesai ia akan kembali lagi.









Sedangkan di sisi lain, Key sangat murka pada anak tidak bergunanya itu. Hari sudah mulai gelap, tapi anaknya itu tidak kunjung pulang juga. Bukan khawatir, tapi sekarang ia sedang membutuhkan uang dengan cepat. Dan ladang uangnya itu belum menampakkan batang hidungnya. Mau bertanya pada temannya, tapi ia tidak tahu teman-teman Winter.

"Dasar anak gak berguna!! Awas aja lo kalo sampai gue nemuin lo!!"

Key pergi untuk mencari anaknya itu, walau ia tidak tahu harus pergi kemana untuk mencarinya.






































~❄ Winter ❄~

"Aku harus melupakanmu saat gelap datang
Aku mengirim mu pergi seperti itu"

***

~☔ Rain ☔~

"Saat matahari terbenam
Aku akan menempatkanmu di mata ku, karena kau akan menghilang"

***

☔Rain in the Winter❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang