3. Lonely🌙️

1K 122 10
                                    

Winter berlari terburu-buru menuju sekolahnya. Untung saja gerbangnya belum ditutup saat ia sampai di sekolahnya. Hari ini ia bersyukur bisa selamat dari hukuman.

'Selamat gue'~

Winter lalu segera menuju ruang Osis.


'Took tookk'~

"Silahkan masuk"

Dengan segera Winter masuk, setelah mendapat ijin.

"Ini kak Rain, proposalnya udah jadi" Winter menyerahkan proposalnya pada Rain, yang merupakan ketua Osis.

"Makasih Win" Rain menerima proposalnya sambil tersenyum pada Winter, yang merupakan wakilnya itu. Lalu Rain menyipitkan matanya saat ia melihat pipi Winter yang terlihat bengkak.

"Pipi lo kenapa Win?" tanyanya heran.

Winter buru-buru menutupi pipinya dengan tangannya. Ia tahu kakak kelasnya itu pasti sudah melihat bengkak di pipinya.

"O-oh ini gak papa kok kak" ucapnya tersenyum.

"Gak papa gimana? Itu bengkak banget loh Win" Karina beranjak mengambil p3k, lalu ia segera menyuruh Winter untuk duduk di sofa yang ada di ruang Osis.

Winter yang tadinya ingin menolak, tapi melihat raut wajah khawatir Rain, jadi ia urungkan niatnya itu. Ia dengan patuh duduk di sofa.

"Kalo sakit bilang ya?" Rain mulai mengobati bengkak di pipi Winter dengan sangat hati-hati. Sesekali ia meringis, saat mengobati Winter. Ia bisa merasakan itu pasti sangat sakit. Tapi Winter justru tidak mengaduh kesakitan sama sekali ketika ia mengobati bengkaknya. Ia jadi heran.

"Kok lo gak kesakitan Win? Emang gak sakit?" heranya, menghentikan aktivitasnya mengobati Winter sebentar.

Winter menggeleng sambil tersenyum. Ia sudah biasa mendapatkan luka seperti itu, jadi ia sudah lupa dengan rasa sakitnya.

Rain semakin di buat heran dengan adik kelasnya itu, namun walaupun begitu, ia tidak mau banyak tanya lagi, ia takut Winter nanti merasa tidak nyaman. Jadi ia memutuskan untuk melanjutkan aktivitasnya mengobati Winter yang sempat tertunda tadi.

"Udah" Karina membereskan peralatan p3k nya, lalu ia menyimpannya kembali di laci mejanya.

"Makasih kak, kalo gitu aku pergi dulu ya" Winter tersenyum tulus, setelah itu ia pamit pergi.

Rain menatap punggung Winter yang sudah keluar dari ruang Osis. Ia bertanya-tanya, kenapa adik kelasnya itu selalu saja mendapatkan luka yang sama di wajahnya? Sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Karna bukan hanya sekali ia mendapati wajah Winter terluka seperti itu, ia sudah sering melihat wajah Winter terluka.

'Sebenarnya dia kenapa sih?'~

Rain merasa iba dengan Winter. Sepertinya kehidupan Winter tidak seberuntung kehidupannya. Tapi ia salut dengan adik kelasnya itu, karna Winter tidak pernah sama sekali menampakkan raut wajah sedih. Seperti tadi, walaupun wajahnya terluka, tapi dia masih bisa tersenyum, bahkan ia tidak mengeluh sakit sekalipun.

~☔❄~

~☔❄~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☔Rain in the Winter❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang