4. If I Was⭐️

924 130 12
                                    

~Restaurant~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Restaurant~

'BRAAKK'~

'Praangg'~

"Ahhh, maaf" Winter tidak sengaja menabrak seorang pelanggan yang akan makan di sana. Ia terus menundukkan kepalanya untuk meminta maaf padanya.

"MAAF KAMU BILANG?!!! KAMU GAK TAU APA BERAPA HARGA BAJU SAYA YANG KAMU KOTORIN INI HA?!! GAJI KAMU AJA DI SINI GAK AKAN CUKUP BUAT GANTI RUGI BAJU SAYA!!"

Pelanggan itu tampak sangat marah pada Winter, karna bajunya yang terkena tumpahan jus yang tadi di bawa oleh Winter.

Winter terus menunduk. Ia tidak berani menatap wajah pelanggan itu, "Sekali lagi saya minta maaf, saya tidak sengaja" ucapnya, penuh penyesalan.

"Saya gak mau tau, kamu harus ganti rugi baju saya!!"

Winter terdiam, ia tidak mungkin bisa mengganti rugi baju pelanggan itu, ia tahu harga bajunya pasti sangat mahal, sedangkan gajinya saja dari bekerja di restaurant ini tidak sebanyak itu. Ia bingung harus bagaimana sekarang. Ia hanya diam saja menunduk takut.

"Sekali lagi saya minta maaf atas kecerobohan saya tadi, dan saya juga minta maaf karna saya tidak bisa mengganti rugi baju anda nyonya" Winter meminta maaf dengan tulus. Tapi sepertinya pelanggan itu masih saja tidak terima. Ia lalu mengangkat tangannya, berniat ingin melayangkan sebuah tamparan ke wajah Winter, tapi sebelum ia berhasil menampar wajah Winter, tangannya sudah lebih dulu di tahan oleh seseorang di belakangnya.

"Maaf jika saya sudah lancang ikut campur, tapi anda tidak bisa dengan seenaknya melakukan kekerasan fisik pada anak di bawah umur nyonya" Winter mengangkat kepalanya, yang sedari tadi terus menunduk, saat ia mengenali siapa si pemilik suara itu.

"Kak Rain?"

Ternyata si pemilik suara itu adalah Rain. Yang kebetulan sedang mampir di restaurant itu dengan kekasihnya, Kai. Dan ia tadi tidak sengaja melihat ada keributan di sana. Tadinya ia tidak berniat sama sekali untuk ikut campur, tapi ketika ia melihat seorang wanita yang ia yakini usianya sudah memasuki kepala empat itu akan melayangkan sebuah tamparan pada gadis remaja, ia lalu dengan segera menahan tangan wanita itu. Ia tidak menyangka wanita itu berani sekali melakukan kekerasan fisik di depan umum, apalagi semua pelanggan di sana memperhatikan mereka.

"Siapa kamu?!! Berani sekali kamu ikut campur urusan saya?!!" pelanggan itu tampak sangat marah pada Rain, ia dengan kasar menghempaskan tangan Rain yang tadi menahan tangannya.

Rain menatap biasa saja pelanggan itu, ia bahkan sempat tersenyum tipis, "Saya sama seperti anda nyonya, hanya seorang pelanggan saja di restaurant ini" ucapnya santai.

"Lalu untuk apa kamu ikut campur urusan saya ha?!! Kamu tidak tahu siapa saya?!!"

"Memangnya anda siapa? Dan oh ya maaf, saya juga tidak ingin tahu siapa anda. Karna menurut saya, anda hanya seorang wanita yang tidak bermoral. Yang berani melakukan tindak kekerasan pada anak di bawah umur. Bahkan anda berani sekali melakukannya di depan umum seperti ini. Apa anda tidak takut, jika ada yang mengambil foto anda yang sedang melakukan tindak kekerasan itu dan menyebarkannya ke media sosial?"

Mendengar perkataan Rain, palanggan itu jadi geram, ia mengepalkan tangannya. Ia lalu beralih melihat ke arah Winter, yang ternyata sedang melamun sambil menatap Rain. Untuk melampiaskan kekesalannya itu, ia akhirnya melampiaskannya pada Winter. Ia mendorong dengan kencang tubuh kecil Winter. Sampai tubuhnya membentur meja yang berada di belakangnya.

'BRUUKKK'~

Suara keras itu menandakan betapa kencangnya pelanggan itu mendorong tubuh Winter. Wajar saja jika tubuh Winter sampai menabrak meja dengan keras seperti itu, karna di lihat dari fisik tubuh Winter yang kecil dan kurus, sedangkan orang yang mendorongnya itu memiliki tubuh yang besar dan berisi.

Rain maupun Kai tampak terkejut dengan tindakan pelanggan itu. Mereka berdua lalu dengan segera membantu Winter berdiri.

Rain melayangkan tatapan tajamnya pada pelanggan itu, "Nyonya, anda benar-benar tidak punya hati sama sekali, apa anda tidak memiliki seorang anak ha?!! Sampe anda tega bersikap seperti ini pada gadis remaja sepertinya. Ah saya tahu, anda sepertinya memang tidak memiliki seorang anak, jadi anda tidak memiliki hati malaikat seorang ibu" sinisnya.

Winter memegang tangan Rain lembut, agar Rain tidak lagi berdebat dengan pelanggan itu.

"Udah kak, aku gak papa kok. Lagian tadi aku yang salah" ucapnya tersenyum pada Rain.

"Sekali lagi maafkan saya nyonya, karna sudah merusak baju anda" Winter kembali membungkuk untuk meminta maaf.

Pelanggan itu tampak mendengus kesal, "Saya pastikan kamu akan di pecat dari restaurant ini!" ucapnya, setelah itu ia pergi dari sana.

"Lo gak papa Win?" Karina masih khawatir melihat keadaan Winter sekarang.

Keadaan Winter tidak bisa di katakan baik-baik saja, karna siku dan juga kepala belakangnya tampak mengeluarkan darah segar.

"Kita ke rumah sakit aja gimana?" Kai yang sedari tadi hanya diam saja, kini mulai bersuara.

"Gak usah kak, aku baik-baik aja kok" Winter mencoba untuk tetap tersenyum, agar ia tidak membuat Rain dan Kai khawatir. Ia tidak mau saja merepotkan orang lain dan lagi ia tidak mau berhutang budi nantinya pada mereka berdua.

"Kepala lo berdarah Win, gimana lo bilang gak papa?!" Rain mulai kesal dengan sikap so kuat adik kelasnya itu. Bisa tidak sih adik kelasnya itu tidak bersikap seolah-olah dia baik-baik saja, padahal dia sedang terluka sekarang? Apa salahnya untuk jujur?

"Ini gak papa kok kak, palingan luka kecil doang, besok juga pasti sembuh" jujur saja, Winter merasa tidak enak mendapat perhatian seperti itu dari Rain. Ia tahu jika Rain hanya merasa kasian dengannya tidak lebih. Karna itulah, dadanya mendadak terasa sakit, saat Rain menatapnya dengan tatapan mengasihaninya seperti itu. Ia benci tatapan itu. Apa sebegitu mengenaskan dirinya sampai-sampai Rain menatapnya seperti itu?

"Gak! Lo harus tetep ke rumah sakit sekarang Win, gak ada penolakan!" Rain menarik paksa tangan Winter untuk segera menuju mobil Kai. Tapi dengan lembut Winter melepaskannya.

"Aku beneran gak papa kak. Makasih kakak udah khawatirin aku, dan juga makasih kakak tadi udah bantuin aku. Aku pergi dulu ya, soalnya aku masih ada kerjaan di dapur" setelah pamit pada Rain dan Kai, Winter segera pergi menuju dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

"Udahlah sayang, jangan di paksa, mungkin bener dia baik-baik aja" Kai mencoba meyakinkan Rain, kalau Winter baik-baik saja. Dan Rain tidak perlu khawatir lagi.

Rain mengangguk, padahal ia yakin Winter pasti tidak sedang baik-baik saja. Tapi mau bagaimana lagi? Ia juga tidak bisa terus memaksa Winter agar mau ke rumah sakit dengannya. Ia hanya bisa berharap semoga Winter selalu baik-baik saja. Walaupun pada kenyataanya ia tahu, kalau Winter tidak pernah baik-baik saja.
































~❄ Winter ❄~

"Musim hujan akan selalu lupa untuk pergi"

***

~☔ Rain ☔~

"Kuharap kerinduan yang datang bersama angin dapat memberitahumu tentang hatiku"

***

☔Rain in the Winter❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang