S : 19a

1.4K 172 2
                                    

Seorang lelaki muda bangun dari tidurnya dan meregangkan badannya, malam tadi tidurnya cukup tak nyenyak karena teringat ucapan sang kakek pada sore sebelumnya, membuat setiap kata sang kakek terus menghantuinya di dunia mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang lelaki muda bangun dari tidurnya dan meregangkan badannya, malam tadi tidurnya cukup tak nyenyak karena teringat ucapan sang kakek pada sore sebelumnya, membuat setiap kata sang kakek terus menghantuinya di dunia mimpi. Lelaki muda itu terduduk diam dikasurnya, menunggu seseorang datang dan membawakan sesuatu untuknya pada pagi hari seperti biasa. Baru beberapa detik dirinya berbicara pada hatinya, pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok perempuan paruh baya yang sudah membantu ibunya mengasuhnya dan sudah bersama dengan keluargnya cukup lama. Pengasuhnya mendekat, menunduk hormat pada lelaki muda itu.

"Selamat pagi tuan muda Jeno, bagaimana istirahatnya? Ini air putihnya tuan muda." ucap pengasuh itu ramah sambil memberikan segelas air putih pada lelaki muda bernama Jeno itu sopan. Setelah Jeno membaca gerak bibir sang pengasuh, Jeno mengambil segelas air putih itu, meminumnya hingga tandas dan mengembalikan gelas kosong itu pada nampan yang masih dipegang sang pengasuh. Setelahnya, Jeno mengambil sebuah papan tulis kecil yang ada dinakasnya, menuliskan jawabannya pada sang pengasuh dan menunjukkan tulisannya pada sang pengasuh.

Tidak terlalu nyenyak. Kepalaku berisi semua ucapan kakek kemarin sore. Tulis Jeno pada papan kecilnya sambil menunjukkan wajah kesal dan dengusan kesal yang terlihat lucu dipemandangan sang pengasuh. Jeno berdiri dari duduknya dan berjalan pada salah satu sofa single dikamarnya yang sangat luas, sambil terus membawa papan tulis kecil itu.

"Jadi, tuan muda Jeno masih memikirkan ucapan tuan besar? Besok bukan tuan muda?" tanya sang pengasuh sambil membereskan peraduan ternyaman Jeno sambil mengganti sprei dari kasur besar milik tuan mudanya. Lagi-lagi, setelah Jeno membaca dengan jelas gerak bibirnya, Jeno baru merespon dan kembali menulis di papan tulis kecilnya dengan bibir yang masih mencebik kesal, mengundang sebuah senyum keibuan terbit di wajah sang pengasuh.

Tentu saja bibi! Siapa yang tidak kepikirkan jika secara mendadak dijodohkan dengan orang yang tak dikenal? Apa mungkin kakek terlalu takut jika tidak ada yang mau menerima ku apa adanya bibi?. Tulis Jeno sambil menunjukkan air muka yang terlihat berubah menjadi sedih. Sang pengasuh ikut merasakan kesedihan tuan mudanya, karena dirinya menjadi saksi keheningan masa muda tuan mudanya. Sang pengasuh mendekat, jongkok menyamakan tingginya dengan posisi Jeno duduk dan meraih sebuah papan tulis lain yang memang selalu ada didekat single sofa Jeno, menuliskan pesannya karena ini akan sangat panjang untuk dipahami tuan mudanya. Setelah dirasa beres, sang pengasuh menunjukkan papan tulis yang sudah berisi jawabannya.

Tuan muda itu manis dan tampan secara bersamaan, tidak mungkin tidak ada yang tertarik pada tuan muda. Bibi yakin, apa yang dipilihkan oleh tuan besar pasti yang terbaik untuk tuan muda. Karena tuan besar tidak mungkin melepaskan berlian seindah tuan muda ke tangan yang salah. Tulis sang pengasuh sambil mengelus punggung tangan tuan mudanya dan membuat air muka yang lebih muda kembali cerah. Sang pengasuh berdiri, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, merapikan tempat peraduan ternyaman tuan mudanya. Saat selesai merapikan selimut, bajunya ditarik cukup pelan, membuat korbannya melirik kearah sang pelaku yang sudah menuliskan sesuatu lagi dipapan tulis kecil yang selalu dibawa-bawanya.

Sône. | MarknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang