S : 22b

1.1K 107 7
                                    

TW // CheatingWarn : Age Switch ; Age Gap ; Harsh Word ; Long Story--------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TW // Cheating
Warn : Age Switch ; Age Gap ; Harsh Word ; Long Story
--------------------

Mark menghela nafasnya kasar, perbincangannya dengan Hera tadi siang terus berputar bak kaset rusak dibenaknya, bagai sebuah musik yang mendakwanya. Mark menatap Jeno, menangkup wajah indah, manis dan tampan didepannya dan menatap lurus netra lelaki yang lebih tua, membuat sebuah senyuman indah Jeno tercetak.

"Kak, lu sayang ngga sih sama mbak Hera? Lu sayang ngga sih sama Jisung? Lu sayang ngga sih sama calon anak lu? Lu sayang ngga sih sama keluarga lu?" tanya Mark bertubi dengan nada yang terdengar putus asa sambil masih menatap dalam netra yang lebih tua. Pertanyaan Mark berhasil membuat senyum diwajah Jeno perlahan luntur, melepas tangkupan tangan Mark pada wajahnya dan menatap netra yang lebih muda, netra yang kini memancarkan rasa bersalah yang begitu jelas.

"Aku sayang sama mereka semua, tapi untuk sekarang aku lebih sayang kamu daripada mereka." Jawab Jeno santai sambil terus menelisik pada netra yang lebih muda, melihat binar rasa bersalah itu makin jelas. Mark menghela nafasnya kasar, menutup wajahnya dengan kedua tangannya setelah memijat pelipis dan pangkal hidungnya.

"Kenapa? Kenapa kamu sekarang sering banget tanyain hal ini sama aku?? Semua pasti karena Hera kan?? Semua karena istri aku kan??" tanya Jeno bertubi pada Mark dengan nada bergetar menahan tangis, dirinya benar-benar sudah jatuh pada lelaki yang ada didepannya ini. Mark kembali menghela nafasnya berat, berusaha tak terpancing dengan emosi Jeno yang sudah mulai meluap. Mark membenahi duduknya, menatap yang lebih tua dengan tatapan lelah dan jengah, menunjukkan rasa bersalah yang nyata pada matanya.

"Bukan karena mbak Hera, semuanya murni keluar dari pikiran gue dan dari hati gue. Ngga usah bawa-bawa mbak Hera sama masalah ini, kak." ucap Mark tenang dengan sedikit ketegasan disana, sebisa mungkin menahan emosinya dan tak terbawa oleh emosi Jeno, karena jujur hatinya sudah tak sanggup lagi untuk melukai Hera lebih lama. Jeno menatap Mark dalam, menatap netra yang lebih muda dengan air mata yang sudah menumpuk dipelupuk matanya.

"Lalu?? Kamu ngga pernah bahas ini sama aku didua bulan pertama kita bareng. Tapi sekarang, kamu sering banget bahas hal ini! Kamu beneran udah ngga sayang sama aku?? Aku bisa kok cerai sama Hera dan bangun keluarga baru sama kamu! Itu kan mau kamu, Mark??" lagi cecar Jeno dengan emosi yang benar-benar meluap, menumpahkan semua yang ada dihati dan rasanya. Mark lagi-lagi membuang nafasnya kasar, menggeleng pelan dengan ucapan Jeno barusan, melepas sebentar kacamatanya dan memijit pangkal hidungnya lelah.

"Gue ngga sekejam dan setega itu, kak! Cerai sama mbak Hera waktu dia hamil dan Jisung masih usia 4 tahun itu bukan solusi kak! Jangan gila!" timpal Mark dengan nada lelah, dirinya benar-benar sudah tak sanggup lagi dengan hubungan ini, benar-benar tak sanggup. Jeno berdiri dari duduknya, berjalan mendekat pada Mark yang sejak tadi tak beranjak dari duduknya dan mendudukkan dirinya dipangkuan Mark.

"Sayang, aku sayang banget sama kamu. Aku terlanjur sayang sama kamu. Masa kamu tega sama aku?" ucap dan tanya Jeno dengan nada yang dibuat menggoda, walau nyatanya suaranya masih bergetar menahan tangis. Mark diam, menatap laki-laki yang lebih tua darinya itu lelah.

Sône. | MarknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang