Side Chapter

240 41 8
                                    

Waktu Hyuka masih balita, orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Saat itu tangisnya tidak berhenti ketika diberi tahu akan tinggal jauh dari Soobin, teman main yang juga kakak sepupunya. Keduanya sangat dekat dan bersikeras tidak mau dipisahkan. Orang tua Soobin akhirnya memutuskan untuk merawat Kai. Ibarat dimana ada Soobin, tak jauh pula ada Kai di dekatnya.

Hyuka yang berperawakan kecil serta pendiam sering diganggu anak-anak lain di lingkungan situ. Namun, Soobin berusaha selalu melindunginya. Pernah suatu hari dia sedang main sendiri di taman untuk menunggu Soobin pulang sekolah, beberapa anak datang dan menyudutkannya.

"Heh bocah cengeng, mana abangmu yang bongsor itu?"

"Dasar aneh, mainnya cuma sama boneka. Kamu pasti ga punya temen ya?" Ejek yang berbadan paling besar.

"Hahaha, habis ini dia pasti nangis dan ngadu ke orang tuanya," ujar yang lain.

"Loh memangnya dia punya orang tua? Ayah ibunya aja pergi ninggalin dia, si anak pungut keluarga Choi. Soobin juga bukan kakak kandungnya."

Hyuka menunduk dalam-dalam. Menggigit bibirnya keras. Ga boleh cengeng, batinnya. Ga boleh nangis lagi.

"Hei hei, lihat tuh." Salah seorang dari mereka mendekat dan menekan-nekan pipi Hyuka. "Kamu pasti mau nangis kan. Ayo nangis yang kencang, biar abangmu datang." Mereka tertawa terbahak-bahak.

"HEH BOCIL, BISA GA SIH GA GANGGU ORANG LAIN?! SEUMUR KALIAN TUH HARUSNYA MAIN PEROSOTAN, BUKAN MAIN KEROYOKAN KAYA GINI!"

Hyuka terlonjak mendengar suara menggelegar. Dia mendongak. Seorang anak yang lebih tua darinya datang dengan sepeda. Anak itu mendekat dan memarkirkan sepedanya di belakang Hyuka, kemudian maju sambil mengayunkan tongkat baseball di tangan. "Kamu kamu dan kamu, mau jadi jagoan hah?!" Ucapnya lantang. "Aku bisa cerita soal ini ke guru, ayahku juga berteman dengan bapak kepala sekolah, jadi jangan kira kalian bisa seenaknya!"

Para pengganggu kecil itu menatapnya sengit. "Siapa sih?! Mentang-mentang sudah besar, ga usah ikutan deh."

"Heh, yang sopan sama kakak kelas! Kalian tuh iri aja kan sama Kai, karena ga punya kakak yang baik kaya Soobin? Tuh, Soobinnya datang," balas anak itu dengan nada menantang.

Terlihat seorang anak bertubuh tinggi lari mendekat. Kerumunan itu segera bubar karena Soobin terlihat menyeramkan kalau marah.

"Bang Soob!" Kaki mungil Hyuka berlari menuju sepupunya dengan wajah merah menahan tangis. Lengannya terentang minta dipeluk.

"Cep cep Ning. Maaf ya tadi abang bantu bu guru dulu. Ningning jadi nunggu." Soobin mengusap-usap punggung si kecil dengan nada menenangkan. "Abang tadi minta Gyu ke sini biar Ning ga sendirian."

"Iya adik kecil, gapapa, mereka udah pergi kok." Anak itu menepuk-nepuk bahunya. Tangannya masuk ke saku celana dan mengeluarkan beberapa bungkus permen. "Mau?"

Soobin mengusap rambut si kecil yang mengintip ragu. "Gapapa dek, ini temen abang, namanya Beomgyu. Dia baru pindah ke sini. Nanti bakal main dan sekolah bareng kita juga."

Kai mendongak. "Kak.. Gyu?" Ucapnya pelan. Beomgyu berjongkok di depannya. "Iya! Kamu bisa andalkan aku kalau si bongsor ini nggak ada!" Dia menunjuk dadanya dengan jempol, tampak sangat percaya diri. Tongkat baseballnya diputar-putar. Kai kembali memeluk kaki Soobin.

Me + U    🐧🐻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang