08.

258 40 18
                                    

Ting tong. Ting tong.

Kegiatan Beomgyu mencuci piring terhenti waktu bel apartemen berbunyi. Dia segera mematikan keran. Tangannya dilap ke celemek beruang yang ia pakai.

"Oh?! Lama ga ketemu." Beomgyu membuka pintu lebih lebar untuk mempersilakan sang tamu masuk. "Duduklah, aku buatin minum dulu," ucapnya sigap mengambil gelas dari lemari.

"Ga usah repot-repot Gyu," ucap Soobin, melambaikan tangannya lalu menarik kursi dapur. Kantung plastik putih besar ditaruh di atas meja. "Ini aku bawain oleh-oleh."

"Wah banyak banget, ada buah juga. Makasih Bin!" Beomgyu antusias membuka plastik, membuat Soobin tersenyum.

"Kamu kan lagi isi, jadi harus banyak makan yang bergizi. Ohya, mana Ningning?" Pandangannya diedarkan ke seluruh dapur yang menyambung dengan ruang tamu.

Beomgyu diam sejenak, lalu kembali memindahkan makanan ke wadah. "Tadi dia bilang mau main sebentar."

Alis Soobin sedikit terangkat. "Dia pergi sama temannya dan ninggalin kamu sendirian?"

Beomgyu menatap si pria tinggi dengan kening berkerut. "Kai masih muda, apa aku harus larang dia ketemu teman-temannya? Lagian selama ini dia cuma sibuk kuliah sama kerja, jadi ya gapapa."

Soobin manggut-manggut sambil makan keripik yang ia ambil sendiri dari lemari.

"Gimana rasanya tinggal bareng Ningning?" Tanya Soobin memecah keheningan.

"Hmm? Yah.. gitu deh," jawab Beomgyu sambil memasukkan kotak makan ke kulkas. "Kaya punya adik yang masih kecil dan manja meskipun badannya besar." Dua gelas coklat panas dihidangkan di meja. Dia ikut duduk di depan Soobin.

"Gemesin kan? Kamu dulu pernah bilang pingin punya adik," Soobin terkekeh.

"Dari awal kan aku memang menganggap Kai kaya adikku sendiri," balas Beomgyu, menyesap coklatnya. Kehangatan meresap dari sisi gelas ke kedua telapaknya.

"Kadang aku berasa punya dua bayi, padahal belum lahiran."

"Ooh?" Soobin masih mengunyah keripiknya. Isi toples kini tinggal setengah.

"Maksudmu bayi yang bisa membuat bayi?"

Sontak Beomgyu berdiri mengangkat sendok tinggi-tinggi, siap dilempar.

"Hei, aku cuma bercanda!" Lengan Soobin reflek terangkat menutupi muka.

Beomgyu kembali duduk dengan lengan terlipat di depan dada, pipinya memerah. "Adikmu mesum," decihnya.

Mendengar itu, alis Soobin kembali terangkat. Dulu ketika mereka masih remaja, sayup-sayup sering terdengar suara pada malam hari. Penasaran, Soobin yang waktu itu belum tidur, mencari sumber suara yang ternyata berasal dari kamar Hyuka.

Diam-diam ia menempelkan telinga ke pintu yang tertutup, berusaha mendengar lebih jelas.

"Aaahh.. Kak Gyu, Kak Gyu, mmhhh.. aaaahhhhhh...."

Demi nama baik Kai, Soobin tidak pernah mengungkit soal itu.

"Ehem," Soobin berdehem, lanjut membuka toples kedua. "Lagian kalau dia ga mesum, gimana kamu bisa hamil?"

Sebuah kain lap tebal sukses mendarat di wajahnya.

"Hei hei, masa begini kelakuanmu sama kakak ipar?!" Pekiknya. Beomgyu hanya mendengus, "kita seumuran, dan itu serbet bersih."

Mereka sudah akan ribut saat terdengar password pintu depan ditekan.

"Aku pulang!"

"Wah panjang umur, itu dia anaknya." Soobin melipat serbet hingga rapi.

Kai yang berjalan masuk dapur terkejut dengan kehadiran Soobin. "Wah, abang kok ga bilang mau kesini?"

"Aku baru dapat libur, makanya mampir sebentar."

Kai memeluk Beomgyu dari belakang kursi. Dagunya diusap-usap ke pucuk kepala yang lebih tua. Soobin memperhatikan adegan itu sambil makan kacang.

"Tadi kita lagi ngomongin kamu loh dek." Telunjuknya mengarah pada Hyuka yang kini menenggelamkan wajah ke helai lembut warna hitam.

"Ohya? Ngomongin apa?"

"Gyu bilang kalau kamu — ADUH!" Soobin memegang hidungnya yang terkena hantaman tutup toples.

Beomgyu melepas rangkulan Kai. "Sana ganti baju terus cuci tangan. Soobin bawa banyak makanan buat kita."

Mata Hyuka berbinar. Dia mengangguk dan bergegas ke kamar.

Sewaktu pintu kamar sudah tertutup, Soobin menoleh ke arah Beomgyu dengan sebelah tangan menumpu dagu. "Kamu terlihat beda dari sebelumnya, ya. Senang deh lihat kalian akur." Beomgyu hanya tersenyum tipis.

Mereka bertiga kemudian menghabiskan siang itu dengan mengobrol dan makan bersama.



Waktu akan pulang, Soobin menarik Beomgyu mendekat, berbisik di telinga.

"Gyu, mungkin bagimu Ningning masih seperti anak kecil, dan kamu merasa berat buat mikir semuanya sendiri. Tapi ga ada salahnya kamu lebih mengandalkan dia, Gyu. Aku tahu Ning sedang berusaha yang terbaik buat kamu dan anakmu." Setelahnya dia mengusap rambut Beomgyu lalu pamit.

Me + U    🐧🐻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang