19.

28 6 0
                                    

Akhir minggu ketiga di bulan Juli, lima bulan yang lalu.




Hampir semenit Hyuka berdiri mematung. Tangannya yang semula terangkat diturunkan. Bermacam hal berkecamuk dalam benaknya.

Apa reaksi keluargaku jika tahu? Bagaimana dengan keluarga Choi? Apa aku akan diusir dari apartemen Bang Soobin? Kalau gitu aku numpang Taehyun aja sampai dapat kamar kosong di asrama. Gapapa, aku bisa bolak-balik ke tempat Kak Gyu.

Hyuka menelan ludah sambil membayangkan kemungkinan yang akan terjadi. Memang dia berkata tak akan meninggalkan Beomgyu, tapi sebenarnya dia sendiri tak tahu apa yang harus dilakukan. Karenanya, di sinilah dia sekarang. Di depan kamar Soobin, orang yang menurut Hyuka bisa membantunya. Setelah berdehem pelan dan menenangkan hati, Hyuka mengetuk pintu di hadapannya.

"Masuk aja, Ning."

Meski serumah, akhir-akhir ini mereka jarang papasan karena biasanya Soobin sibuk praktikum. Dia juga baru pulang dari Jepang.

Hyuka melongok dari balik celah pintu. "Bang, ada yang mau kuomongin nih."

"Ya? Duduklah."

Hyuka menutup pintu kamar sambil menggigit bibir. Ia duduk di pinggir ranjang, menunduk menatap jemarinya yang bertautan. Diamatinya sang kakak sepupu yang tengah membuka paket.

"Mau ngobrol sambil makan snack?" Tanya Soobin saat mengeluarkan sebuah kaleng biskuit dari kardus.

Hyuka mengangguk kecil. Tangannya yang berkeringat meremat sprei. Setelah menarik napas dalam-dalam, Hyuka membuka mulut. "Aku mau nikah sama Kak Beomgyu," ucapnya lirih.

Gerakan Soobin terhenti sejenak, lalu tertawa kecil. "Ohya? Hahaha, waktu kecil kamu juga sering bilang gitu. Gemes deh," kekehnya sambil menggeleng-geleng.

"Iiih abang, serius ini." Hyuka menjeda kalimatnya. Kembali menghela napas sebelum melanjutkan, "Kak Beomgyu hamil."

"HAH?!?" Tutup kaleng di tangan Soobin jatuh ke lantai hingga berdentang.

Masih menunduk, Hyuka menceritakan semua yang ia tahu. Meski terbata, dia lega karena Soobin adalah orang yang bisa dia percaya.

"Ningning-ah." Soobin berjalan mendekat. Kai mendongak. Dari posisinya duduk di pinggir ranjang, yang lebih tua tampak tinggi menjulang di hadapannya.

"Barusan ngomong apa?"

"E-eh.. Kak Beomgyu.. lagi hamil..?" Jawab si pemuda ragu.

"Beneran?"

Kai mengangguk gugup. Ia kembali menunduk, tak berani mengangkat kepala. Aura dalam kamar terasa mencekam.

"Kamu — " Soobin menggeram. Giginya menggertak. Ditariknya kerah baju Hyuka hingga mereka berdiri berhadapan. Satu tangannya terkepal erat. "Kamu tau ga udah ngapain aja?!" Bentak yang lebih tua. Mata Hyuka memejam erat. Soobin yang sehari-hari tampak kalem sungguh menyeramkan waktu marah.

"Dulu kan kamu bilang ke Seoul mau kuliah, ini ditinggal sebentar malah bikin masalah. Mau jadi apa kamu hah?! Kuliah aja belum kelar! Sekarang kamu bilang mau nikah dan punya anak? Mabok kamu hah?! Makanya jangan kebanyakan minum!" Bentak Soobin menumpahkan kekesalannya panjang lebar.

"Abang!" Wajah yang lebih muda kini pucat. Matanya berkaca-kaca seperti anak rusa yang panik. Soobin terdiam, menggigit pipi bagian dalamnya. Dadanya naik turun. Dia akhirnya melepas cengkeramannya.

"Astaga jantungku, kukira aku bakal kena stroke," kata Soobin. Kedua tangannya menutupi kepala lalu menyeka wajah. Dia jelas kaget setengah hidup mendengar penuturan Hyuka. "Kamu sadar apa yang udah kamu lakukan?" Ulang Soobin. Suaranya tenang dan dingin. Hyuka menunduk, mengangguk cepat.

Me + U    🐧🐻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang