12.

29 4 0
                                    

Musim Semi. Kai baru masuk universitas.


Hyuka menyandarkan punggung ke kursi perpustakaan. Satu tangannya di depan mulut saat menguap lebar. Jadwalnya sebagai mahasiswa baru cukup padat. Selain kuliah juga ada praktikum, tumpukan tugas dan laporan, ditambah dia ikut band fakultas. Hyuka belum hapal letak tiap ruangan. Jadi saat pergantian sesi, dia harus bergegas agar tidak terlambat jika ruang kuliahnya di gedung berbeda.

Layar ponselnya di atas meja menyala. Sejenak ia membaca pesan masuk dan mengetik balasan, kemudian membereskan barangnya.

"Ning!" Sapa Soobin ketika mereka bertemu di depan sebuah restoran. "Untung kamu belum pulang tadi. Ayo masuk, abang udah pesan tempat." Kai mengikutinya duduk di salah meja. "Malam ini kita mau makan apa bang?" Tanyanya pada Soobin yang sibuk mengetik di ponsel. "Sebentar ya, nunggu yang lain dulu. Oh, itu dia!"

Hyuka menoleh ke arah pintu masuk. Seseorang berambut hitam legam berjalan ke arah meja mereka.
Hyuka kembali menghadap sepupunya. "Abang ga bilang kalau ajak dia juga," ia mendesis.
"Emang kenapa? Biasanya kamu senang kan ketemu Beomgyu." Pria tinggi itu mengerutkan kening. Belum sempat menjawab, terdengar suara yang sangat familiar.

"Hai Soobin, hai Kai! Maaf nunggu, aku baru balik kerja." Beomgyu duduk di sebelah Soobin, berhadapan dengannya. Si pemuda blasteran memaksakan senyum. "Kamu bilang mau ajak Hyunjin, kok sendiri?" Mendengar itu, Hyuka menahan air mukanya tidak berubah.

"Dia... katanya lagi sibuk. Tau ah, aku juga bingung sama dia. Udahlah kita makan aja. Jangan ngomongin Hyunjin, aku kesal karena dia ga jadi ke Seoul." Beomgyu menghela napas.

"Kalian lagi berantem?" Beomgyu hanya mengangkat bahu. Mereka lalu memesan makanan sambil mengobrol. Tepatnya, hanya Beomgyu dan Soobin yang berbincang, sementara yang termuda fokus makan. Sesekali memainkan ponsel.

"Udah malam nih, pulang yuk."

Hyuka mendongak. Soobin sudah ke kasir untuk membayar. Sewaktu akan berdiri, Beomgyu menarik lengan bajunya. "Kai, duduklah." Ia pun kembali duduk, menunggu yang lebih tua bicara.

"Maaf waktu itu aku teriakin kamu dan ninggalin kamu di stasiun. Aku terpaksa, soalnya — "

Hyuka mengangkat telapaknya. "Gapapa kak, aku bisa ngerti kok."

" — Hyunjin abis mabuk-mabukan dan ga bisa pulang sendiri. Jadi waktu itu aku harus ngurusin dia," lanjut si rambut hitam.

"Dia sering begitu?"

Diam sejenak, Beomgyu mengangguk kecil. "Biasanya kalau lagi banyak pikiran atau stress soal kerjaan. Tapi waktu itu dia anteng sih, ga teriak-teriak."

Hyuka memejamkan mata dan menghela napas. "Ya, syukurlah hubungan kalian baik-baik aja."

Beomgyu tersenyum simpul. "Moga ga ada halangan lagi sampai hari H." Melihat Hyuka yang tampak bingung, Beomgyu terkekeh. "Oh, Soobin pasti belum bilang kalau musim gugur ini, aku sama pacarku berencana menikah."

Kai terpaku. Meski sudah mendengar soal ini, dia mengira kalau acaranya baru diadakan 2-3 tahun setelah Beomgyu lulus.

"O-oh, gitu ya..? Hahaha, selamat deh kak." Ia mengangkat gelas untuk menutupi wajahnya. Tak sanggup melihat ekspresi riang Beomgyu.

"Tenang aja, undangannya akan kukirim sebulan sebelumnya." Mengangguk, Hyuka bangkit dan keluar dari restoran itu. Mendahului Soobin yang baru saja kembali ke meja.



*****



Beberapa minggu kemudian.

Me + U    🐧🐻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang