11.

252 38 11
                                    

Musim dingin, setelah Kai lulus SMU.


Hyuka hati-hati menapakkan kaki di trotoar bersalju. Sesekali melihat ponsel untuk memastikan bahwa tujuannya sudah benar. Biasanya orang-orang akan berjalan tergesa di suhu sedingin ini, tapi tidak dengan Hyuka. Tak banyak pejalan kaki pada jam segini. Jadi, ia tak perlu khawatir akan menabrak orang lain sewaktu memperhatikan jejak kaki yang dibuat sepatu bootnya di atas lapisan putih tebal.

Harusnya di sekitar sini.

Matanya menangkap seseorang diantara para mahasiswa yang lalu lalang. Asap putih keluar dari mulutnya yang menghembuskan napas lega. Langkahnya dipercepat ke arah gerbang sebuah fakultas.

Wah beruntung sekali, aku bahkan ga perlu susah-susah mencari ke dalam.

"Kak Gyu!" Serunya pada Beomgyu yang sedang berjalan keluar dari lobi gedung utama fakultas.

Yang dipanggil terkejut, menoleh ke arah Hyuka yang berjalan mendekat. "Lho Kai, kamu kok bisa disini?"

"Tadi aku habis lihat-lihat pengumuman kak. Karena lewat dekat sini jadi sekalian mampir deh, hehehe."

Bohong.

Universitas mereka berbeda dan terpisah belasan kilometer. Sebelumnya, ia sudah mencari info transportasi di Seoul agar tidak tersasar. Terlebih, Soobin memberi tahunya kalau Beomgyu hari ini berangkat ke kampus. Ini bukan kebetulan.

Tapi Beomgyu tidak perlu tahu itu.

"Kak, aku diterima di kampus pilihan pertamaku!" Digenggamnya kedua tangan yang lebih tua. Senyumnya merekah.

"Wah, selamat ya! Sebentar lagi kamu jadi mahasiswa!" Beomgyu ikut memekik girang. Dia memegangi bahu Hyuka dan melompat-lompat kecil.

"Siapa, Gyu?" Seorang pria keluar dari gedung lalu berdiri di belakang Beomgyu.

"Kak, ini Kai adiknya Soobin, yang aku pernah cerita. Kai, kenalin ini Kak Hyunjin, pacarku. Dia alumni kampus sini." Hyuka sedikit menunduk untuk memberi salam.

Sorot tegas orang itu tampak makin tajam menatapnya dari atas hingga ujung kaki. "Hmph."

Si pemuda blasteran yakin mendengar dengusan. Barusan dia menertawakanku?

"Ohya mumpung kamu di Seoul, ayo kita rayain kelulusanmu. Kakak juga mau ikut kita jalan-jalan?" Beomgyu melempar senyum ke arah Hyunjin. Yang paling tua mengibaskan tangan. "Ga ah, ngapain. Mending aku ngumpul sama temen-temenku," jawabnya. Lengannya melingkar di pinggang Beomgyu. Pandangannya sempat beradu beberapa detik dengan Hyuka saat mencium pipi si manis sebelum pergi.

Tangan Hyuka terkepal erat dalam saku jaket.

Malam harinya, ia menginap di apartemen studio milik Beomgyu. Hyuka menatap langit-langit, belum mengantuk. Kemudian ia bangkit dari sofa dan menghampiri ujung ruangan.

Beomgyu tengah berbaring miring di ranjang, tangannya tergeletak di atas bantal sambil menggenggam ponsel. Alisnya bertaut seakan sedang berpikir keras saat tidur.

Jempol Hyuka mengusap-usap kening itu hingga raut wajah Beomgyu berubah rileks. Dia juga membenarkan selimut yang melingkupi tubuh si mungil.

Kakak lagi mikir apa?

Igauan Beomgyu terdengar ketika Hyuka menarik ponselnya untuk ditaruh di atas nakas. Kebiasaan itu belum berubah, Beomgyu masih suka bicara saat tidur.

"Kak," bisik Hyuka, merunduk dan menyibak poni halus warna hitam. "Andai aku dibolehin jadi pendamping kakak, aku ga akan bikin kakak kepikiran dan khawatir kaya gini," lanjutnya, mengecup perlahan dahi Beomgyu.

Hyuka kini duduk di lantai sambil memeluk kedua lutut. Di telinganya terpasang headphone. Segelas cokelat panas tergenggam di tangan. Kehangatan mengalir ke telapaknya yang serasa membeku di tengah suhu bulan Januari.

Dari jendela kaca yang mengarah ke balkon, ia memperhatikan kelap-kelip lampu gedung dan kendaraan. Kepalanya menyender dinding. Dalam hati menyanyikan lirik lagu yang sedang dimainkan.

"What if I'm down?
What if I'm out?
What if I'm someone you won't talk about?
I'm falling again, I'm falling again, I'm falling
And I get the feeling that you'll never need me again"

Cokelatnya diteguk perlahan. Kelopak matanya terpejam.

"Kai, kamu kok belum tidur?"

Atensinya teralihkan sewaktu mendapati Beomgyu sudah duduk di ranjang.

"Belum ngantuk. Kakak sendiri kenapa kebangun?" Ia balik bertanya.

"Aku lagi nunggu kabar dari Hyunjin. Katanya lagi sama teman, tapi aku curiga." Beomgyu menggapai ponselnya, yang langsung dilempar ke atas kasur. "Hufft. Pesanku sama sekali ga dibaca. Dia juga ga angkat teleponku ataupun telepon balik. Jangan-jangan benar yang Soobin bilang kalau Hyunjin selingkuh." Ekspresi Beomgyu berubah suram.

Lagi, Hyuka meneguk minumannya. "Tidurlah kak. Besok pagi-pagi kita harus ke stasiun kan."

"Padahal aku bisa lho pulang sendiri ke Ansan, kamu ga perlu jauh-jauh ke sini cuma buat nemenin."

"Tapi kita udah beli tiket kak. Paman dan Bibi Choi juga pasti kangen deh, kan Kak Gyu belum sempat pulang selama persiapan wisuda ini," rajuk Hyuka dengan suara imutnya.

Beomgyu mengusak rambut sambil menghela napas. "Yaudah, kamu juga tidur sana."

Hyuka memandang gelasnya. Senyum miringnya terukir di wajah. Segera dihabiskannya isi gelas untuk bersiap tidur.



Esoknya, mereka duduk bersebelahan di stasiun. Pagi itu sangat dingin. Hyuka merapatkan diri. Ingin sekali dia merangkul bahu yang lebih tua sambil menggenggam tangan satunya dan berbagi kehangatan. Kepulan asap putih keluar dari mulut Beomgyu yang meniup-niup udara karena bosan menunggu.

"Kak, sebentar lagi keretanya datang, ayo kita siap-siap."

Pip pip pip.

Beomgyu mengeluarkan ponsel dari saku mantel. Melihat nama yang tertera di layar, matanya melebar. Panggilan itu segera diangkat. "Ya? Ah, suaramu putus-putus. Kamu bilang apa tadi?" Beomgyu berdiri. Dari kejauhan, terlihat kereta yang akan mereka tumpangi mendekat.

"Masih ga kedengaran. Kayanya sinyal di sini jelek." Beomgyu beranjak menjauhi peron, tapi Hyuka langsung menahan lengannya. "Kakak mau kemana? Nanti kita ketinggalan kereta."

"Halo? Ah sial, malah ditutup. Sebentar Kai, aku cari sinyal dulu." Beomgyu berusaha menjauh, tapi cengkeraman itu makin erat.

"Lepasin ga," ucap Beomgyu dengan nada tajam.

"Ga mau. Ayo pulang," balas Hyuka tidak mau kalah.

"Sebentar aja, Kai. Hyunjin barusan telepon. Pasti dia lagi mabuk di tempat temannya, jadi aku harus jemput dia."

Mata Hyuka melebar. Rahangnya mengerat. "Kakak sekarang mau ke sana ketemu dia?"

"Ya, kenapa?! Apa urusannya sama kamu?! Sana pulang sendiri, toh kamu bukan anak kecil lagi!" Beomgyu berteriak dan menyentak tangannya hingga terlepas. Tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang. "Pulanglah, Kai. Aku ada perlu," nada suaranya melunak. Setelah mengatakan itu, dia mengambil tasnya dan berlari menuju pintu keluar.

Hyuka memandangi punggung yang menjauh itu dengan tatapan nanar. Bergegas ia menaiki kereta dan mencari nomor kursinya. Setelah duduk, ia memasang headphone. Laju kereta yang halus dan berirama membuatnya ngantuk, ditambah semalam dia kurang tidur. Hyuka menyandarkan punggung ke kursi penumpang dan mengatupkan mata. Playlistnya memainkan lagu yang semalam tak henti ia putar.

"What am I now? What am I now?
What if you're someone I just want around?"


Bibir Hyuka bergerak mengikuti lirik. "But what if I'm that someone you never want to be around?" Ucapnya perlahan.









Hello, Sara here 👋

Menurut temen2 pembaca, gimana ceritanya sejauh ini?

Ohya, boleh banget lho isi kolom komentar   (^ ^)
Makasih udah baca book ini. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Semoga kita selalu diberi kesehatan ❤️


Me + U    🐧🐻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang