Empat. Selamat Pagi.

894 172 17
                                    

Seperti biasa aku terbangun tepat 1 menit sebelum alarm berbunyi. Bunyi alarmku juga cuma suara burung berkicau pelan. It's more than enough for me.
Ya, aku adalah salah satu spesies langka yang punya ability seperti itu.

Aku membersihkan wajah, menyisir rambut dan pergi ke kamar mandi. Sebagian sepupuku masih terlelap dan sebagian lagi ternyata sudah sibuk di dapur.

Aku mengintip ke dapur. Disana Jay tampak sibuk menyiapkan sarapan bersama Sunghoon. Mereka tampak sedang mencuci dan memotong sayuran. Diam-diam aku merasa kagum pada keduanya. Pasti inilah yang mereka lakukan setiap pagi.

" Buruan mandi sebelum rebutan sama yang lain! Nanti kesini bantuin gue masak! " perintah Jay.

Tanpa kudugong dia sudah tau aku mengintip di pintu.

Aku cepat-cepat masuk ke kamar mandi, bersamaan dengan Bang Heeseung yang baru keluar dari sana.

Whoa..! Hampir semua abang sepupuku ternyata morning person alias orang yang suka bangun pagi. Padahal ini hari Minggu.

"Inget ketok pintu kalo masuk kamar mandi, Mat. Gue juga suka lupa ngunci pintu." Katanya dengan muka datar.

"Maaf Bang," jawabku. Kayaknya aku perlu sedia lebih banyak stok kata "maaf" kalau tinggal disini.

Aku lalu bergegas masuk, tapi Heeseung menahan pintunya sebelum tertutup. Aku menoleh heran.

"Mat, sorry, " bisiknya. Dia menggaruk kepalanya yang pastinya ga gatal.

"Kenapa bang?"

" Gaun tidur kamu ada yg laen ga? Yang ini tipis banget, kasian kita yang ngeliatnya..." dia tampak salting ,"ga usah dipake lagi ya."

Sedetik kemudian hawa panas memenuhi wajahku. Pasti warnanya sudah berubah jadi merah-merona-terkamcagiyya !

Aku sudah memakai gaun ini sejak semalam, sewaktu berteriak melihat Sunoo bermasker. Berarti semua sepupuku sudah menyaksikan aku dalam balutan gaun tipis berwarna putih ini.

Kecuali Jake dan Heeseung yang semalam ga terbangun karena teriakan ala nenek lampir-ku.

Tapi Heeseung juga akhirnya melihatku  pagi ini.

Yah, dia kayaknya sekuat tenaga memberanikan diri memberitahu apa yang dirasakannya.

Aku memang terbiasa tinggal berdua dengan Mama, sehingga ga pernah terpikirkan hal-hal seperti itu.

"M-maaf bang....," entah untuk keberapa puluh kalinya aku mengucapkan maaf.
"Ga akan aku pake lagi deh. Makasih ya Bang..." Lalu cepat-cepat masuk ke kamar mandi.

***

.

.

.

Selesai mandi dan berpakaian , aku berlari ke dapur. Dengan sigap membantu Jay dan Sunghoon yang sebenarnya hampir selesai.

Sunghoon seperti biasa masih dengan wajah datarnya. Ga banyak bicara dan lebih banyak bekerja.

Jay sebaliknya,
lebih banyak bicara dan aku babu-nya.

Jay sebaliknya,lebih banyak bicara dan aku babu-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang