Dua Tujuh. Insecure.

603 127 12
                                    

Aku dan Bang Heeseung dengan cepat meninggalkan area kampus. Mencari tempat yang jauh dan mencoba buat menjernihkan kepala.

Waktu menunjukkan Jam Sebelas siang. Bang Heeseung mengajakku nonton, karena ga ada satu pun dari kita yang mood buat pulang ke apartemen dan kembali kerja di kantor.

Heeseung memarkirkan mobilnya di basemen gedung bioskop yang sepi. Lalu melepaskan sabuk pengaman, dia menoleh ke arahku,
"Sekarang, kita mau telepon tante Miska ga? Biar masalah bisa clear.."

"Ini masih jam kerja." Tolakku, "lagian aku masih males kalo mesti bahas masalah itu lewat telepon. Kasih aku waktu..."

Heeseung mengangguk lalu menjabat tanganku,
"Janji ya, Hari ini cabut kuliah buat terakhir kalinya! Besok-besok kita mesti kerja keras buat cepet kelar kuliah.
Setelah itu, baru gue enak ngomongnya sama Appa dan Tante Miska.
Soal Kita." Katanya.

Aku tertawa ironis melihat wajah seriusnya. Ga pernah kebayang sebelumnya, bahwa aku dan dia bakal menjalani fase seperti ini.

"Kenapa malah ketawa?" tanyanya.

"Aku ga tau gimana caranya kita jelasin ini sama mereka. Aku ga yakin mereka langsung nerima.." Aku mengusap muka, "Karena kita tuh konsepnya udah kek adek-kakak aja."

Kerutan di kening Heeseung memudar, "ya mungkin yang pertama bakal keingetan sama Appa itu pemandangan kita lagi nangkep capung berdua. Ya kan?"

"Atau rebutan balon. Kalo balonnya meletus satu, yang satunya lagi sengaja dicolok pake jarum sama Mama. Biar sekalian meletus dua-duanya," aku tersenyum sambil menusuk telunjukku ke perutnya.

Kami lalu berpandangan sambil tertawa,

"Maapin ya Mat, gue tadi kebawa emosi."

Bang Heeseung ternyata emang orang yang agak moody, untung aja dia bisa dengan cepat mengendalikan diri.

Aku mengangguk kecil dan memberanikan diri berkata,
"Aku bakal belajar konsep 'KITA', dan kita belajar sama-sama.."

Wow, Darimana Matahari bisa belajar ngomong seserius itu?

Heeseung mengangguk singkat. Lalu dia menegakkan bahunya,
"Sebenernya gue lebih penasaran reaksi Jungwon kek gimana. Ya nggak?"

Aku dan Heeseung auto resah membayangkan itu. As for Jungwon, mengumpulkan bahan gibah itu sama derajatnya dengan penelitian.

Yah, ambil positifnya aja, setidaknya penelitian dia bukan tentang cara beternak Tarantula.

***

.

Bang Heeseung membawaku masuk ke ruangan teather yang hanya diisi beberapa pasangan aja. Kami duduk di tengah dan mencoba menikmati parade iklan yang ditayangkan sebelum filmnya dimulai.

Sound teather berbunyi keras sampai Heeseung harus bicara di dekat telingaku, "Kamu nyadar ga, ini first-date kita? "

Aku ga merasa itu hal yang penting karena datang kesini juga ga sengaja.
Heeseung menggenggam tanganku, menatap ke depan lalu tertawa kecil merayakan kemenangannya.

Tiba-tiba otakku mengingat moment yang sama. Hampir seperti dejavu. Cuma waktu itu Jay yang menatap ke depan dan tertawa merayakan kemenangannya. Di sebuah ruangan paviliun rumah kaca. Di rumah orangtuanya.

Aku menggelengkan kepala, berusaha menghilangkan wajah Bang Jay dan cakar elangnya.

Heeseung lalu melanjutkan bisikannya,
"..Gue seneng bisa nonton di sini berdua, tapi gue lebih seneng kalo bisa nonton TV berdua aja di rumah, dan ketiduran sampai pagi."

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang