44. Sunghoon

501 108 19
                                    

From author to reader : Yeorobun, aku seneng banget Heeseung akhirnya comment buat Engene di Weverse.
Buat rayain itu, hari ini aku triple-up.

Kita udah deket banget sama akhir cerita, mudah-mudahan masih pada kuat ngikutinnya.. 😇😊🤗
________________________________________

Hari berganti, Minggu berganti dan Bulan juga berganti.

Kehidupan di apartemen buram seperti kaca yang lupa dicuci. Bang Jay sudah pergi.

Ruangan apartemen cuma sering diisi oleh  6 orang yang tersisa, aku, Sunghoon, Sunoo, Jung, Jakey dan Riki. Sementara Bang Heeseung kembali ke kesibukannya yang lama, bertemu dia di rumah adalah hal yang langka.

Kesibukan di kantor dan keruwetan tahap akhir skripsi ga membuatku kunjung melupakan kepedihan yang timbul gara-gara kedua sepupu tertua.

Putus dengan Bang Heeseung adalah pukulan terberat sejak tinggal di sini, dan berjauhan dengan Bang Jay adalah racun yang perlahan melumpuhkan.

Kadang aku merasa para sepupuku yang lain memandangku dengan tatapan iba. Jenis tatapan yang aku paling ga suka.

Sunghoon bahkan melarang aku buat sekedar duduk di meja Bang Jay dan numpang kerja di sana.
Alasannya : "Daripada lo baper terus mewek nelepon dia."

Dan akhirnya Sunghoon dan Jungwon pun merombak susunan ruang meeting jadi berbeda, meja kerja Jay dialihkan ke ruang tamu dan digunakan sepenuhnya oleh Jungwon. Sementara meja lama milik Jungwon yang lebih mungil, berjajar dengan meja kerja lain di sudut ruang meeting untuk dipakai bersama.

Selain mencegahku buat terus baper dengan absennya Bang Jay dari tim, mereka juga udah mulai menyadari kondisi antara aku dan Bang Heeseung yang udah beda.

Mereka tau, Heeseung ga lagi menatapku dengan tatapan yang sama. Kalau kebetulan duduk berdampingan, dia gak lagi melingkarkan tangannya. Masih mengobrol, tapi seringkali menolak kalau harus sama-sama cuci piring sehabis makan malam.

Ribuan kali aku bicara pada diriku sendiri. Bukankah ini yang aku inginkan?

Aku yang pengen ninggalin keduanya, aku yang ingin mereka berpikir ulang.. Beneran sayang sama aku, atau engga.

Bang Heeseung betul menginginkan aku, atau ada orang lain?

Bang Jay betul-betul suka padaku atau sekedar ingin bertanding dengan Bang Heeseung aja?

Dan sampai hari ini aku belum bisa menemukan jawabannya. Apa mereka baik-baik aja atau ngerasain depressed yang sama seperti otakku sekarang?
Itu masih misteri.

Ini adalah proses berat yang mesti dijalani buat mendapatkan hasil yang meyakinkan.

Aku sedih?
Engga.

.
Aku bukan sedih.
Tapi mau mati.
Itu aja.

***


.

Selasa, jam 15.15
Di ruang multifungsi

Bang Jake menghadiahi aku sekantong coklat F*rr*ro R"cher.

"Nih, coklat sultan!" Dia setengah membanting coklatnya di meja.
" Heh, Nuna, makan coklat biar hepi..muke lo butek kayak aer parit di pasar sebelah sana tuh..apa namanya gue lupa..."

"Pasar Selasa?" Aku menebaknya.

"Iya, pasar Selasa tapi bukanya Rabu terus, heran gue." Jake duduk di depanku. Lalu mulai meraih lem tembak dan meneruskan acara tempel menempel aksesoris.

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang