12 : Misunderstand

34 10 38
                                        

Hyun Jae POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyun Jae POV

*flashback on

Aku langsung bergegas membuka pintu apartemen setelah suara bel berkali-kali mengganggu ketenanganku. Sampai ponselku yang terjatuh pun tidak aku pedulikan, alhasil aku lupa jika saat ini sedang berkirim pesan dengan Jungkook.

"Omooo, Jae kesayangan bibi..." ujar wanita di hadapanku yang langsung saja menghadiahkanku dengan pelukan erat.

Aku pun langsung membalas pelukannya, jujur aku sangat rindu dengan sosoknya. Mungkin sudah sekitar 6 bulan aku tak pulang.

"Aku merindukanmu Jae, kau keterlaluan." gerutunya.

Aku pun tersenyum mendengar itu, bibiku benar-benar lucu.

Ya dia adalah satu-satunya sosok yang aku punya. Kami tidak ada hubungan darah sedikitpun, karena nyatanya dia adalah pengasuhku sejak aku masih kecil. Eomma dan Appa adalah pebisnis yang gila kerja, mereka jarang memiliki waktu untukku. Oleh karena itu, mereka memilih untuk membayar pengasuh untuk merawatku. Untungnya bibi So Ji adalah wanita yang baik dan penyayang, bahkan aku sudah menganggapnya seperti Eomma ku sendiri terlebih sekarang aku sudah tidak memiliki Eomma lagi.

"Cukup Jae, bibi tidak akan mengizinkanmu lagi untuk mempersulit hidup. Malam ini kau harus pulang ke rumahmu, dan bibi akan mengurus pemberhentianmu dari kafe tempatmu bekerja." ujarnya penuh penekanan.

Aku pun sontak melepaskan pelukan itu, aku menatapnya dengan sendu berharap dia tidak benar-benar serius dengan kalimatnya.

"Jae... Bibi mohon... Apa kau tidak percaya pada bibimu ini? Kau bukanlah orang susah Jae... Jadi tolong jangan seperti ini. Bibi sudah tua, bibi akan merasa sangat bersalah pada kedua orang tuamu jika membiarkanmu hidup susah seperti ini." lirihnya, bahkan mata bibi sudah terlihat berkaca-kaca.

Oh Tuhan, ini kelemahanku. Aku tidak pernah bisa melihat bibi menangis. Lantas aku pun menariknya masuk dan mengarahkannya untuk duduk di sofa.

"Kau tidak mau dirawat bibi lagi ya...?" lirihnya.

Aku pun segera menggengam telapak tangannya. Menatap wajahnya lekat untuk menyakinkannya jika aku baik-baik saja.

"Tolong mengertilah Jae... Bibi mohon kembali ke rumah ya? Kau tidak perlu bekerja Jae... Setidaknya tidak untuk saat ini. Bibi mohon... Bibi tidak siap melepasmu sendirian. Kau tahu? Dunia ini tidak seindah negeri dongeng, dan kau juga sudah tahu kenyataan itu..." ujarnya sendu, bahkan aku sudah bisa melihat air matanya mengalir turun secara perlahan.

Tanpa menunggu aba-aba, aku pun langsung mendekapnya. Aku benar-benar merasa bersalah karena sudah membuatnya khawatir dan menangis.

Akhirnya aku memutuskan untuk ikut pulang bersama bibi. Pulang ke rumahku sesungguhnya dan meninggalkan kehidupan sederhana yang sudah aku coba bangun sendiri. Sudah kutegaskan dari awal, aku bukanlah seorang gelandangan. Aku memang yatim piatu, tapi aku tidak kekurangan uang. Benar kata bibi, sebenarnya aku tidak perlu susah-susah bekerja karena warisan orang tuaku rasanya sudah sangat cukup membiayai hidupku sampai akhir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang