"besok pagi kita ketemu pak Zain, jam 8"
"aku ingat" ucap hazel pada rekan bisnisnya.
"oke selamat malam" masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
hazel juga segera membuka pintu kamar hotel yang dia pesan.
dia melihat hp, tidak ada yang aneh, hazel membuka tutup minuman kaleng yang dia beli sebelum masuk ke hotel.
sebuah telfon masuk dengan nomor yang tidak dia kenali, dia mengangkatnya.
kalimat yang dia dengar membuat tangannya gemetar, hazel segera mengecek gps mobil, tidak ada perubahan, kemudian dia mengecek CCTV rumah yang tidak menunjukkan keberadaan reina.
tidak berfikir panjang Hazel langsung mengambil kembali tas dan jaket, dia berhenti dan mengetuk pintu kamar rekan bisnisnya dengan cepat.
pintu terbuka "ada apa? kamu belum tidur?"
"kamu yang akan menemui pak zain tanpaku, aku akan mengirim document yang kamu butuhkan lewat email, aku ada keperluan mendesak"
hanya itu yang dia katakan, kemudian pergi meninggalkan banyak pertanyaan yang dilontarkan rekannya.
Hazel naik ke atas mobil, dia melihat GPS, normalnya butuh waktu 4 jam untuk tiba ke rumah, namun karena matahari sudah gelap dab sudah melewati jam pulang kerja kemungkinan dia akan tiba lebih cepat.
dengan kecepatan melebihi 140/jam Hazel bisa tiba dirumah hampur setengah dari estimasi waktu yang di perkirakan oleh google.
benar saja saat tiba dirumah, istrinya tidaknada di tempat meninggalkan sebuah ponsel dan mobil yang masih ada di garasi, hazel berfikir mungkinkah reina berusaha kabur begitu saja dan tidak akan pernah kembali lagi.
sebelum kembali kemobil untuk mencari reina, sebuah lampu mobil terlihat, Hazel mengintip dari jendela, dia melihat istrinya dengan seorang laki-laki yang dia kenal. kaca depan mobil itu cukup terang karena lampu di dalam mobil menyala ditambah penerangan lampu di pagar rumah hazel yang memang sengaja dibuat terang agar reina tidak merasa takut akan gelap.
Tangan Hazel mengepal, alisnya mengkerut, matanya memerah melihat apa yang terjadi, mereka berciuman, bahkan tanpa paksaan seakan saling menyukai. Hazel Murka, dia tidak bisa menerima apa yang dia lihat, ingin rasanya dia mencabik-cabii riko namun itu sangat beresiko untuknya.
reina melambaikan tangan ke arah rico dan melihatnya hingga mobil itu berlalu pergi.
Reina masuk ke dalan rumah Hazel berdiri, memingkis lengan bajunya, seluruh tubuh hazel terasa terbakar, tangannya gemetar.
reina menarik nafas dalam dalam, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
hazel sudah berada di depannya, mata hazel dengan jelas melihat sedikit bekas tanda merah yang ada di leher dan dada reina.
"wanita jalang"
PLAK
tamparan keras dia terima, sangat keras hingga reina langsung bisa merasakan pusing. itu bukan akhir semuanya, Hazel menjambak rambut reina, menyeretnya ke kamar dan melempar tubuhnya kelantai.
hazel melepas ikat pinggangnya. "kenapa kamu melakukan itu" bentak hazel sambil mencambuk reina dengan ikat pinggang
Reina berusaha menahan sakit, namun pada akhirnya dia menangis. itu terlalu berat untuk tubuhnya yang ringkih.
tangisan itu menghentikan Hazel, Hazel melihat tangannya yang baru saja menyiksa istrinya dengan kejam. Dia segera pergi meninggalkan reina begitu saja.
hazel mengusap wajahnya beberapa kali, menarik nafas dalam untuk mengendalikan amarah yang sebenarnya tidak bernah berhasil. malampun terlewati dengan pecahan barang-barang yang berserakan di rumah.
......
Arah jarum jam menunjukkan jam 1 siang, hp berdering sejak pagi namun dibiarkan begitu saja hingga kehabisan batre.
hazel masih duduk dengan lesu, tidak semenitpun dia bisa tertidur. Dia segera merapikan kembali rumah, dia tidak bisa membayar siapapun untuk itu, atau orang akan berfikir negatif dan tau bahwa hazel menganiaya istrinya.
saat membuang pecahan kaca hazel melewati kamar reina yang sedikit terbuka. Reina tidak mengunci pintu dan terbaring di atas tempat tidur.
Hazel masuk, membawa salep dan peralatan p3k lainnya. dengan sebuah kapas yang sudah dibasahi oleh alkohol dia membersihkan luka bekas pukulan di bibir reina.
terlihat bekas cambukan berwarna merah di lengan reina. Hazel perlahan mengobati itu dengan salep anti biotik.
Reina terbangun Mereka bertatapan, hazel tidak tau harus berkata apa. Reina membelai pipi suaminya yang mulai terlihat kurus.
"kamu harus mengunci pintumu"
"untuk apa?"
"aku bisa saja menyakitimu lagi"
"kamu hanya menyakiti dirimu sendiri, setiap luka yang aku terima adalah luka untukmu juga begitulah caraku untuk membalas dendam padamu" sambil memegang erat telapak tangan Hazel dan kembali tertidur.
ini adalah ancaman, ini adalah awal dari rencana Reina yang berkeinginan kuat untuk membuat sengsara siapapun menyakitinya. Hazel sangat tau bahwa dia termasuk dalam daftar orang yang dimaksud.
tapi walaupun begitu, Hazel kehilangan cara, dengan IQ yang diatas rata rata sekalipun, dia tetap tidak bisa berbuat banyak. menyingkirkan reina adalah cara terbaik untuk menghilangkan segala penghalang, namun hazel tidak yakin apakah dia akan bisa seperti dahulu, dia melemah.
Selanjutnya Hazel harus menentukan pilihannya, dia berfikir keras dan merencanakan sesuatu dengan rapi tanpa ada celah. Dia bukan laki-laki penurut walau dibutakan perasaan. Dalam dirinya sudah tertanam jiwa2 psikopath.
hazel menggeser sebuah lemari yang ternyata di belakangnya ada sebuah tempat kecil berukuran 200x120x40cm dimana disana berjejer beberapa senjata yang dia miliki.
Hazel memakai jaket kulit hitam, celana hitam sebuah topi dan masker berwarna yang sama, namun dia juga mengecat rambutnya dengan warna pirang dengan chat yang tidak permanen.
Sebuah tas ransel hitam siap untuk membawa apapun yang dia butuhkan. Sebuah Pisau lipat yang terlihat seperti seperti pisau lipat Tajam, pistol jenis Beretta M9 lengkap dengan peredan beserta pelurunya.
tidak ada yang tau rencananya, namun reina yang terbangun tepat saat Hazel melewati kamarnya merasa aneh dengan penampilan Hazel, dia segera berdiri dengan tubuhnya yang masih merasa lemas.
"Hazell..." panggil reina.
hazel menghentikan langkahnya sambil berbalik ke arah reina.
"kamu mau kemana"
"bukan urusanmu"
reina tidak mau melepaskan Hazel, "kamu mau kemana, apa yang akan kamu lakukan" sambil meremas jaket hazel
"aku akan membunuhnya"
"jangan mencoba untuk membunuhnya tanpa seizinku" ucap reina.
"aku tidak perlu izinmu"
hazel tetap beranjak pergi namun reina tidak mau melepas lengannya, bahkan saat hazel mendorongnya hingga terjatuh reina memegang kakinya dengan erat. "kamu tidak boleh membunuhnya"
hazel mengeluarkan pistolnya dari balik jaket, menodongkannya ke kening reina "kenapa.. kamu sangat menyayanginnya? sampai tidak rela dia mati?"
reina mendekatkan pistol itu di keningnya "bunuh saja aku jika begitu"
"haruskah aku membunuh kalian berdua??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Cruel Psycopath
ParanormaleMenceritakan tentang seorang psycopath yang jatuh cinta pada korbannya sendiri