Chapter 7 - Jatuh Cinta

799 106 13
                                    



*****

Off termenung memegang buku yang bahkan entah apa isinya, sudah berjam-jam Off duduk didekat jendela sambil memegangi buku yang ia ambil secara acak itu. Off tak menyangka jika bertemu dengan pria yang selalu ia cintai selama tujuh tahun belakangan akan berakhir seperti ini. Off dipaksa menerima kenyataan jika orang yang amat ia cintai tak mencintainya lagi, sudah mencintai orang lain.

Jatuh cinta itu sulit.

Bisa indah, bisa juga sakit.

Mencintai Gun terasa benar juga salah. Terkadang Off terpikir, dari sekian juta manusia, kenapa ia harus jatuh cinta pada seorang Gun Atthaphan?

Dari sekian banyak keputusan yang bisa ia pilih, kenapa ia harus memilih keputusan yang sulit dengan mencintai orang lain saat ia masih terikat?

Apa Off menyesal? Mungkin iya, juga tidak.

Off terlalu jatuh cinta juga hati, hanya untuk sekedar menyesal. Off tak pernah merasa jatuh sedalam ini, bahkan saat bertemu dengan Mook. Dengan Mook ia jatuh cinta dengan perlahan, dan terasa sudah terencanakan. Bertemu di universitas, berteman, berpacaran lalu menikah. Tapi dengan Gun, he suddenly come out of the blue, memikat Off dengan pesonanya yang luar biasa. Off masih ingat dengan sangat baik pertemuan pertamanya dengan Gun tujuh tahun lalu. Dia masih ingat kali pertama bibir mereka bertemu, indahnya sorot mata Gun yang sayu, wangi yang menguar dari tubuhnya dan betapa pas tubuh Gun dalam peluknya. Sempurna. Off dibuat tergila-gila.

"Papii?"

Lamunan panjang Off terputus saat Sean terbangun dari tidurnya, "Ya sayang?"

"Peluk."

Off segera meletakan bukunya dan ikut membaringkan diri disamping sang Anak. Mata Off menatap langit-langit sambil mengusap rambut Sean sayang.

"Papii?"

"Hmm?"

"Boleh Sean tanya sesuatu?"

"Tentu saja."

"Papii kenal kakak cantik tadi? Dia siapa?"

Off sedikit tertegun, "Dia.."

"hanya seorang kenalan. Kenapa Sean bertanya?"

"Sean sedih karena Papii menangis, apa kakak cantik itu membuat Papii menangis? Apa dia orang jahat?"

Off menggeleng, "Tidak, Papii yang jahat."

Sean mendongkak, "Papii tidak."

Off tersenyum, "Terimakasih."

"Sean suka kakak cantik tadi."

"Oh ya? Kenapa?"

"Karena cantik."

Off tertawa, "He is. Memang sangat cantik."

Sean mengangguk setuju, "Apa Sean bisa bertemu kakak cantik lagi?"

"Mungkin tidak." Jawab Off terus terang.

Sean cemberut, "Kenapa?"

Off memejamkan matanya, menghela nafas panjang. "Dia pergi Sean, lagi, dan mungkin takkan kembali."

"Pergi kemana? Tak bisakah Papii memintanya untuk tidak pergi?"

Off menahan tangisnya, kemudian mendekap Sean erat. "Sudah malam, Sean harus tidur, selamat malam sayang."

SIN S2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang